22 Februari 2009

Berburu Udang untuk Lauk Makan

BEKARANG DI DUSUN II, DESA IBUL BESAR (1)

Mencari udang dengan cara bekarang memiliki kesan tersendiri. Selain menjadi ajang bermain sesama teman, juga untuk memupuk kebersamaan dan persaudaraan. Seperti apa?

Warga Dusun II, Desa Ibul Besar, Kecamatan Pemulutan, Kabupaten OI, beramai-ramai mencari ikan dan udang menggunakan alat-alat sederhana saat air rawa sedang surut.

Siang itu matahari memancarkan sinar dengan teriknya. Angin pun seakan enggan menemani perjalanan di atas sepeda motor ini. Jam di tangan menunjukkan pukul 14.35 WIB. Bermaksud hendak berteduh di bawah pohon rindang, justru pemandangan unik yang didapati. Yup….puluhan orang berada di rawa dengan berbagai peralatan rumah tangga. Tidak hanya anak-anak, orang dewasa pun ikut terjun mengaduk-aduk lumpur yang ada di bawah air. Bahkan, tampak pula seorang nenek yang menggunakan tudung saji (penutup makanan di meja) sedang mendulang air di depannya.

Awal melihat tingkah polah orang-orang itu, kesan aneh yang tertangkap pikiran. Ada apa ini? Ngapain ya mereka?

Namun, ketika ada seorang anak kecil di tengah rawa berteriak, akhirnya jelaslah apa yang sedang dilakukan warga DusunII, DesaIbulBesar, Kecamatan Pemulutan, Kabupaten Ogan Ilir, tersebut. “Woi, di sini bae nyarinyo, masih banyak lubang udangnyo,” teriak seorang anak yang bernama Azis dari tengah rawa.

Mendengar teriakan Azis, sekitar delapan temannya langsung menghampiri dan ikut menusuk-nusuk lubang yang diduga menjadi tempat persembunyian udang galah yang tengah mereka cari. Dari sisi rawa lain, teriakan keberhasilan mendapatkan buruan saling bersahutan. Bukan hanya udang galah yang didapatkan, melainkan berbagai jenis ikan air tawar, seperti gabus, betok, bahkan belut, berhasil ditangkap sekitar 50 warga yang didominasi anak-anak.

Seperti halnya di banyak desa di Indonesia, peristiwa seperti ini dikenal dengan kegiatan bekarang. Meski banyak penafsiran, bekarang secara umum bisa diartikan sebagai sebuah kegiatan mencari ikan di sungai kecil, rawa, atau lebung, secara beramai-ramai. Kegiatan ini hanya bisa dijumpai saat air sungai atau rawa sedang surut yang membuat air mulai mengering.

Ketika Azis naik ke darat, dia mengatakan, kegiatan mencari ikan, udang, dan belut di rawa, rutin dilakukan setiap air rawa sedang surut. Tanpa dikomando, puluhan orang akan masuk ke rawa dan menangkap satu per satu buruannya. Tetapi, menurut Azis, ada peraturan tidak tertulis yang harus dipatuhi setiap peserta bekarang. Mereka hanya diperbolehkan menangkap buruannya menggunakan tangan dan alat bantu sederhana. “Dak boleh pakai jala kak. Soalnyo kalau cak itu pasti banyak yang dak kebagian. Lagi pulo kalo cak ini (pake tangan) kan lebih asik,” tuturnya.

Dengan hanya mengenakan celana pendek atau celana dalam, anak-anak ini tetap ceria dan semangat ketika masuk kembali ke rawa. Sambil sesekali bercengkerama dengan rekannya, mereka lantas kembali serius menelusuri satu per satu lubang di rawa. Meski air rawa tersebut keruh karena dimasuki puluhan orang, tidak menghalangi keinginan mereka mencari lauk tambahan untuk makan malam. “Kalau beli udang di pasar kan mahal. Kalau dapat nangkap cak ini kan biso bantu emek nyiapke lauk. Sekali-kali perbaikan gizi kak,” ucapnya sambil menunduk malu.

Teriakan kegirangan karena berhasil mendapatkan udang atau ikan terus mewarnai perburuan sore itu. Lumayan juga hasil yang berhasil dikumpulkan. Bahkan, beberapa anak bisa mengumpulkan hingga 20 ekor udang galah berukuran sedang. Tentunya hasil kerja keras Azis dan teman-temannya akan membuahkan senyuman bagi anggota keluarga yang lain saat menikmati udang hasil tangkapan mereka. (iwan setiawan/bersambung)

foto : iwan setiawan

Tidak ada komentar: