08 Juli 2008

Raup Rezeki Lebih Besar saat Pilkada

MELIRIK USAHA PENJUALAN BAMBU

Jamilah menunjukkan persediaan bambu yang siap dijual. Pilkada membawa keuntungan bagi pedagang bambu.


Di balik keriuhan gelaran pilkada di sepanjang tahun ini, membuat beberapa sektor usaha menangguk keuntungan, seperti percetakan dan konveksi. Namun, ada satu lagi sektor usaha yang turut meraih berkah dengan adanya pesta demokrasi rakyat tersebut. Ya, usaha penjualan bambu yang dipergunakan untuk mengikatkan berbagai bendera, spanduk, dan umbul-umbul dukungan kepada para calon yang terkadang tidak diperhatikan masyarakat. Padahal, jika dihitung, selama tahapan Pilkada Kota Palembang yang lalu, ribuan batang bambu dipergunakan dalam kegiatan tersebut.

Salah seorang penjual batang bambu di Jalan Ki Merogan, Kecamatan Kertapati, Syahabudin, 54, mengaku telah menjalankan usaha penjualan bambu ini sejak 2002 lalu. Awalnya, dia berjualan batang bambu sebagai sampingan dari usaha penjualan kayu bakar yang dijalankannya. Menurut bapak lima anak itu, usaha penjualan batang bambu ternyata cukup menjanjikan. Sebab, saat ini di Palembang khususnya, tidak pernah berhenti kegiatan yang membutuhkan batang bambu untuk mengikatkan umbul-umbul guna memeriahkan suasana. ”Alhamdulillah, ada saja rezeki untuk usaha kita ini. Kegiatan di Palembang yang semakin ramai ini juga mendongkrak penjualan batang bambu,” ujarnya.

Batang bambu yang ada di depot Syahabudin, sebagian besar berasal dari Kecamatan Gelumbang, Kabupaten Muaraenim, tepatnya dari Dusun Jambu dan Dusun Gumai. Setiap bulan, dia memesan kepada pengumpul di sana (Muaraenim) dan dikirimkan 1.000 batang bambu. Jumlah sebanyak itu biasanya baru habis dalam 15 hari. Akan tetapi, jika ada event berskala besar dan membutuhkan bambu dalam jumlah banyak, biasanya stok bambu tersebut bisa habis dalam sepekan. ”Kalau pas dapat orderan,ya cepat habis bambunya. Tapi, kalau lagi sepi, ya bisa dua bulan baru habis stok kita,”katanya.

Suami dari Jamilah itu berkata, pada gelaran pilkada tahun ini, usahanya mampu mendulang keuntungan yang cukup besar. Kenaikan penjualan mencapai 50% dari hari biasa, di mana dia hanya bisa menjual 100–200 batang bambu. Ukuran bambu yang dijualnya pun dikhususkan pada batang bambu besar dan memiliki panjang 5–6 meter. Sebelum kenaikan harga BBM yang berdampak pada kenaikan ongkos transportasi, Syahabudin menjual batang bambu pada kisaran Rp1.500–2.000. Namun kini, dia menjual batang bambu dengan harga Rp2.500–3.000/ batang. ”Ya, kita sesuaikan dengan ongkos transportasi yang naik. Tapi, tentu kita juga akan sesuaikan harganya dengan negosiasi dari konsumen,” tukasnya. (iwan setiawan)

foto : iwan setiawan

publikasi : sindo sumsel; selasa 8 juli 2008; halaman 9