25 Januari 2008

Identifikasi lokasi


Petugas dari Unit Identifikasi Polres Muba tengah memeriksa jendela di ruangan praktikum komputer SMKN 1 Sekayu yang diduga menjadi tempat keluar masuk pencuri.

publikasi : sindo sumsel; sabtu 26 januari 2008; halaman 20

12 Januari 2008

Bersyukur Doanya Dikabulkan

ASMAWATI, PENDERITA TUMOR JINAK PADA WAJAH
Asmawati saat menjalani pemeriksaan di RS Sekayu, Musi Banyuasin Jumat (11/1), sehari sebelum menjalani operasi.


Asmawati, 33, tidak henti-hentinya mengucapkan syukur karena tumor jinak yang memenuhi wajahnya segera sirna, setelahkemarin dioperasi di RS Sekayu, Muba. Tak kalah menggembirakan lagi, operasi tumor pada wajahnya itu 100% tidak mengeluarkan biaya. Sebab, semua biayanya ditanggung Pemkab Musi Banyuasin.

Proses operasi yang dijalani Asmawati kemarin berlangsung sukses. Tim dokter RSUD Sekayu cukup puas dengan hasil operasi tersebut. Asmawati kini dalam kondisi stabil setelah menjalani operasi pengangkatan tumor selama empat jam lebih. Asmawati menceritakan, awal mula penyakitnya itu telah dirasakan sejak usianyamenginjak 10 tahun. Namun, karena benjolan yang tumbuh di pelipisnya itu tidak begitu besar, maka dia pun tidak terlalu menghiraukannya.Hingga akhirnya, awal 2007 lalu perlahan tapi pasti, benjolan itu kian membesar, bahkan tersebar hingga pipi dan dagunya. ”Dak tau ngape tumbuhnya kian liar, tapi karena dak katik biaya jadi idak tepikir nak berobat,” ungkapnya.

Namun, jalan menuju kesembuhannya mulai terbuka ketika di daerah Ulak Paceh ada kegiatan yang digelar Pemkab Muba dan dihadiri Wakil Bupati Pahri Azhari. Saat itulah, Wabup menawarkan kepadanya untuk memeriksakan penyakitnya itu ke RSUD Sekayu. Setelah mengurus berbagai keperluan yang diperlukan,seperti surat keterangan miskin, maka dia pun berangkat menuju RSUD Sekayu. Ketika itu, pertama kali yang memeriksanya adalah dr Huratio Nelson yang menyatakan bahwa yang diderita Asmawati adalah tumor jinak. Meskipun jinak, tumor itu tetap harus dioperasi untuk mengatasinya. ”Kite bersyukur pemerintah Muba mau memperhatikan warga miskin seperti kite ikak,” katanya.

Asmawati mengungkapkan, ketidakberuntungan sepertinya enggan menjauh darinya. Pada 1999, warga asli Karang Waru, Kec Babat Toman, itu kehilangan anaknya yang baru berusia 4 bulan karena sakit. Tak berselang lama, tepatnya pada 2001, suami tercinta Sukarman juga menghadap Sang Khalik karena menderita sakit tifus. Dia pun saat ini hanya tinggal bersama seorang keponakan di rumah kecilnya. Untuk membiayai kehidupannya sehari-hari, Asmawati bekerja sebagai kuli cuci pada tetangganya. Dari empat rumah yang mempekerjakannya, dia bisa memperoleh uang Rp100.000 dari masing-masing rumah. ”Kalau dibilang cukup ya jauh Dek, tapi nak cak mano lagi,” pasrahnya.

Ketika mendapatkan informasi bahwa dia akan dioperasi atas bantuan dari Pemkab Muba, Asmawati merasa senang bukan kepalang. Sebab, jika harus mengumpulkan uang untuk membiayai operasinya, maka dia tidak tahu sampai kapan uang itu bisa terkumpul. Dia mengungkapkan, doanya selama ini untuk sembuh ternyata tidak sia-sia. ”Selama ini aku hanya biso bedoa Dek, karena untuk operasi itu kan mahal nian Dek, dak tebayang berapa sen (duit) yang harus kubayar untuk nyembuhke penyakitku ini,” katanya.

Sebelum dioperasi di RSUD Sekayu Jumat (11/1), Asmawati memiliki keinginan yang dipendam sekian lama. Dia sangat ingin menjabat tangan dan berterima kasih secara langsung kepada orang yang telah bersedia menolongnya dari kesengsaraan yang dirasakannya selama ini. ”Kalau bisa sebelum operasi atau sesudahnya, aku pengen nian ketemu langsung dengan Pak Alex dan Pak Pahri untuk ngucapke terima kasih telah membantu aku,” tuturnya.

Sementara itu, ketua tim dokter operasi bedah plastik terhadap Asmawati dr Parintosa Atmodiwirjo SpBP mengatakan, dalam empat jam operasi berlangsung, terjadi ketegangan yang luar biasa. Sebab, untuk mengangkat tumor yang diderita Asmawati, lebih sulit daripada yang telah direncanakan. ”Untuk mengangkat tumornya secara keseluruhan tidak memungkinkan untuk saat ini. Karena benjolan pada dada dan punggung pasien sudah menutupi jaringan tubuhnya, sehingga perhitungan awal kita tidak sesuai dengan yang kita hadapi,” ujarnya saat jumpa pers di RSUD Sekayu kemarin.

Selain itu, menurut dokter yang sehari-hari bertugas di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (FKUI RSCM) Jakarta itu, permasalahan yang timbul pada operasi kemarin malam adalah pendarahan yang sangat banyak sehingga tim dokter memutuskan untuk melakukan operasi secara bertahap. ”Pada operasi itu sel darah merah pasien turun cukup drastis, sehingga kita transfusikan darah dan habis sebanyak tiga kantong darah,” terangnya.

Secara umum, operasi tahap pertama yang mengangkat gelambir pada pipi dan dagu Asmawati dinilai berhasil. Kondisi pasien pun dalam keadaan stabil. ”Tiga bulan ke depan, barulah kita akan lakukan operasi lanjutan di bagian dada dan punggung pasien,” tandasnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kab Musi Banyuasin Asmarani Ma’mun mengatakan, Pemkab Muba selama ini telah menunjukkan komitmen terhadap kesehatan masyarakatnya dengan menjadi kabupaten pertama yang mengikutkan segenap warganya ke dalam program Asuransi Kesehatan Muba Semesta. Dengan begitu, warga Muba dapat menikmati pelayanan kesehatan secara gratis sesuai ketentuan yang berlaku. ”Kasus Asmawati ini hanya contoh kecil dari program kesehatan gratis kita. Pemkab Muba akan terus menjalankan komitmennya untuk menanggung sepenuhnya, mulai dari biaya operasi, kamar, perawatan, hingga obat-obatan, bagi warga Muba yang tidak mampu,” terangnya.

Namun menurut Asmarani, program kesehatan gratis diterapkan itu bukan tanpa kendala. Sebab, masyarakat yang mampu pun ketika mengetahui ada program kesehatan gratis akan memasukkan dirinya ke dalam golongan tidak mampu untuk mendapatkan akses kesehatan gratis itu. ”Memang masyarakat miskin di Muba ini sekitar 30% saja. Akan tetapi, kalau ada program gratis apapun itu, maka masyarakat miskin bisa melonjak60–70%. Ini masalah kultur ya jadi agak sulit kita mengubahnya,” ujarnya.

Pada kesempatan yang sama, Direktur RSUD Sekayu dr Makson Parulian Purba MARS mengatakan, pada 2007 lalu, RSUD Sekayu telah melayani bedah plastik sebanyak 14 pasien. Sedangkan untuk 11–12 Januari 2008, telah ada 6 pasien yang menjalani bedah plastik, dan 2 orang menjalani bedah ortopedi (bedah tulang). ”Dengan terus meningkatnya jumlah kasus yang membutuhkan penanganan bedah plastik dan bedah tulang, maka kita juga akan terus berupaya untuk menambah kuantitas dokter spesialis untuk hadir di rumah sakit kita,” katanya. (CR-03)

foto : iwan setiawan

publikasi : sindo sumsel; minggu 13 januari 2008; halaman 9

05 Januari 2008

Demo PTBA


Massa Front Rakyat Anti-Korupsi Sumatera Selatan (FRAK-SS) berunjuk rasa mempertanyakan tindak lanjut penyimpangan pada operasional PTBA tahun 2003– 2004.

publikasi : sindo sumsel; sabtu 5 januari 2008; halaman 11