13 Agustus 2008

Krisis Listrik, Lampu Penjor Makin Jarang Ditemui

PERNAK-PERNIK HIASAN 17 AGUSTUS

Lampu penjor menghiasi sejumlah ruas jalan protokol. Namun, pemasangannya dibatasi di rumah warga.

Lampu penjor yang biasanya menghiasi setiap pagar rumah warga menjelang peringatan Hari Kemerdekaan ke-63 Republik Indonesia mulai sulit ditemui. Sepekan menjelang puncak peringatan Hari Kemerdekaan RI pada 17 Agustus, berbagai persiapan sudah dilakukan. Gelaran berbagai kegiatan unik yang hanya muncul satu tahun sekali, seperti pemasangan berbagai pernak-pernik bernuansa perjuangan dan nasionalisme, dapat ditemui hampir di setiap pemukiman warga. Pemasangan umbul-umbul dengan paduan warna terang dan mencolok yang menghiasi perkantoran di jalan-jalan protokol semakin menambah meriah suasana perayaan Hari Kemerdekaan RI yang telah menginjak angka 63 pada tahun ini.

Namun, jika diperhatikan dengan saksama, ada yang kurang dari berbagai macam ornamen hiasan yang terpasang di seluruh penjuru kota itu. Ya…lampu penjor. Lampu 5 watt warna-warni yang terpasang pada sebatang bambu itu kini tidak lagi terlihat menghiasi pagar rumah warga. Saat ini lampu hiasan yang dipasang untuk memperingati momen-momen tertentu itu hanya terlihat menyala di beberapa kantor perusahaan swasta. Padahal, dengan terpasangnya lampu tersebut, suasana malam lebih terasa indah dengan kilauan warna-warni yang dipancarkan lampu tersebut.

Abdul Halim, yang sehari-harinya berjualan alat-alat kelistrikan di kawasan Beringin Janggut, mengaku tahun ini omzet dagangan lampu penjor menurun drastis. Padahal, pada tahun sebelumnya, setiap memasuki Agustus, dia telah menghitung keuntungan yang bisa diraih. Namun, sejak terjadinya krisis listrik di Palembang dan wilayah Sumsel pada umumnya, dagangan lampu dan kabel untuk rangkaian lampu penjor nyaris tidak ada yang membeli. “Boro-boro mau untung, bisa terjual saja sudah keuntungan buat kita. Bayangkan saja, sudah kurang lima hari dari 17-an, belum ada stok lampu penjor yang terjual,”tuturnya.

Kondisi yang menimpa pedagang lampu penjor tidak lepas dari imbauan Dinas Penerangan Jalan Utilitas dan Pertamanan (PJUP) Kota Palembang kepada para camat dan lurah untuk mengurangi pemasangan lampu penjor di rumah-rumah warga. Hal itu sejalan dengan imbauan PLN tentang penghematan penggunaan listrik. “Intinya penghematan, ya tidak mesti di setiap sudut dipasangi lampu penjor. Kalau memang masih ingin memasang, ya pasang saja di mulut gang,” kata Kepala Dinas PJUP Taufik Sya’roni.

Menurut dia, pemkot juga akan mengurangi penggunaan listrik di taman-taman kota, termasuk pemasangan lampu penjor di sepanjang jalan protokol. Kalaupun ada pemasangan lampu penjor atau lampu hias di jalan protokol, jumlahnya akan dibatasi. “Kita harus memberi contoh kepada masyarakat untuk berhemat listrik,” ujarnya.

Manajer Komunikasi Hukum dan Administrasi PT PLN (Persero) wilayah S2JB Haris Effendi menjelaskan, larangan langsung untuk memasang lampu penjor dari PLN memang tidak ada. Namun, PLN mengimbau agar pemasangan lampu penjor atau lampu hias tidak berlebihan. Hal itu disebabkan PLN masih menghadapi masa kritis. “Sebenarnya kami juga ingin perayaan 17 Agustus tetap berlangsung meriah seperti halnya tahun-tahun lalu. Tapi, saat ini tidak memungkinkan karena kondisi PLN untuk menyediakan daya listrik masih belum optimal,” ujar Haris. Justru dalam kondisi keterbatasan seperti ini, kata dia, masyarakat dituntut lebih kreatif dalam memeriahkan suasana perayaan Hari Kemerdekaan RI. (iwan setiawan)

foto : mushaful imam

publikasi : sindo sumsel; rabu 13 agustus 2008; halaman 9