06 Desember 2008

Kontrak Gas Akibatkan PT Pusri Rugi


PT Pusri alami kerugian akibat melemahnya kurs rupiah terhadap dolar AS.


PALEMBANG
(SINDO) – PT Pusri mengalami kerugian pada kontrak penyediaan gas oleh Pertamina akibat selisih kurs mata uang asing yang terjadi. Dalam kontrak gas yang dilakukan Pusri dan Pertamina, pembayarannya disepakati dalam bentuk mata uang dolar Amerika Serikat.

Direktur Keuangan PT Pusri Wiyas Y Hasbu mengatakan, melemahnya mata uang rupiah terhadap dolar AS berimbas pada cash flow Pusri. Sebab, dengan meningkatnya nilai dolar AS, Pusri harus mengeluarkan biaya ekstra untuk menutupi pembayaran kontrak gas kepada Pertamina. Padahal, Pusri berkeinginan agar pembayaran kontrak itu dilakukan dengan mata uang rupiah. “Kami sudah usulkan adanya penyesuaian tersebut, tapi Pertamina menolak dengan alasan membutuhkan dolar AS untuk membiayai aktivitas impornya,” ujar Wiyas saat ditemui seusai rapat kerja dengan anggota Komisi II DPRD Sumsel kemarin.

Pengamat ekonomi Universitas Muhammadiyah Palembang Amidi mengatakan, kondisi seperti ini sangat dikhawatirkan para pelaku usaha dan ekonomi. Sebab, jika rupiah terus melemah terhadap mata uang asing, khususnya dolar AS, akan banyak perusahaan yang mengalami gangguan produksi karena masih banyak perusahaan yang menggunakan mata uang asing, khususnya dolar AS, dalam transaksi yang dilakukan. “Dampak lebih luasnya adalah terjadinya PHK. Jika sudah banyak karyawan di-PHK, mereka tidak memperoleh pendapatan. Lalu, dari mana mereka belanja? Jika daya beli masyarakat menurun, perekonomian akan terganggu,” katanya.

Sebagai solusinya, pemerintah harus lebih tegas mengatur penggunaan rupiah dalam transaksi perusahaan di dalam negeri. (iwan setiawan)

foto : iwan setiawan

PTSB Bangun Pabrik Baru

PALEMBANG (SINDO) – PT Semen Baturaja (Persero) berencana menambah kapasitas produksinya dengan membangun pabrik baru.

Hal itu diungkapkan Direktur Umum PTSB (Persero) Anas Rosyidi dalam rapat kerja dengan anggota Komisi II DPRD Sumsel, Jumat (5/12). Menurut Anas, pihaknya sedang mencari lahan yang cocok untuk pembangunan pabrik baru tersebut. Selain dekat dengan sumber bahan baku batu kapur, manajemen juga mempertimbangkan permasalahan transportasi. “Luas lahan yang dibutuhkan minimal 300 ha. Sampai sekarang belum ketemu lokasi idealnya. Yang pasti, kami cari di sekitar Sumsel saja,” ujarnya kemarin.

Pabrik baru itu nantinya akan didesain dengan kapasitas produksi mencapai 1,5 juta ton per tahun. Sementara, estimasi awal biaya yang dibutuhkan mencapaiRp 4,5 triliun. Dana itu diharapkan bisa diperoleh dari initial public offering (IPO) yang sedang dipersiapkan manajemen PTSB. “Kami masih menunggu perkembangan proses IPO dari Menneg BUMN. Kalau sudah selesai dan go public, dana itulah yang akan kami gunakan untuk pengembangan usaha, termasuk membangun pabrik baru,” paparnya.

Ketua Komisi II DPRD Provinsi Sumsel Agus Sutikno menyambut positif usulan pembangunan pabrik baru semen di Sumsel. Selain menjamin ketersediaan semen di Sumsel ke depan, pabrik tersebut tentunya bisa menyerap tenaga kerja lokal. (iwan setiawan)


Medicalindo Targetkan 40% Market Share

Sejumlah undangan yang hadir pada grand opening dr Medicalindo sedang melihat-lihat peralatan medis yang ditampilkan usaha bisnis peralatan medis di Sumsel.


PALEMBANG
(SINDO) – Meski baru dibuka, toko peralatan medis dr Medicalindo yang terletak di Jalan Veteran No 8001-D, Palembang, berani menargetkan meraih hingga 40% pangsa pasar pada awal operasinya.

Marketing Manager dr Medicalindo Yamotuho Bate’e mengatakan, Medicalindo hadir di Palembang dalam rangka mendukung program pemerintah meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat. Berbagai macam peralatan yang dijual di Medicalindo adalah peralatan bagi praktisi kesehatan, seperti dokter, bidan, perawat, dan masyarakat umum, yang mendapatkan izin dan memenuhi persyaratan medis. “Ke depan, kami akan programkan untuk bekerja sama dengan berbagai rumah sakit yang ada di Sumsel. Bahkan, tim kami sudah turun untuk menjajaki kemungkinan itu,” ujarnya di sela-sela grand opening dr Medicalindo kemarin.

Yamotuho menjelaskan, peralatan medis yang tersedia di Medicalindo berimbang antara produk perusahaan lokal di Indonesia dan produk impor. Semua produk tersebut disesuaikan dengan permintaan pasar, tapi tetap mengacu pada standar yang disyaratkan Departemen Kesehatan Republik Indonesia. “Kami tawarkan beragam produk kesehatan dengan harga dan kualitas terbaik. Jadi, mau produk lokal maupun impor tidak masalah, karena secara kualitas hampir setara,” katanya berpromosi.

Selama Desember 2008 ini, dr Medicalindo memberi potongan harga sebesar 20% untuk penjualan all item (semua barang). Selain itu, pada grand opening kemarin, para undangan yang berasal dari rekanan dan warga sekitar mendapat pemeriksaan gratis dengan menggunakan alat yang juga dijual di toko tersebut. Yamotuho menambahkan, dalam bulan promosi ini, pihaknya akan menggelar berbagai kegiatan terkait dengan bisnis inti mereka yaitu pemasaran peralatan medis. “Dengan begitu, kami harapkan segmen pasar kami bisa terbentuk. Untuk target awal, kami coba ambil 30%–40% market share yang ada di Sumsel, setelah itu baru kami susun strategi untuk memperbesarnya,” tuturnya.

Sementara itu, dr March Pedro Sinaga yang ditemui SINDO di acara grand opening dr Medicalindo mengatakan, dengan semakin banyaknya toko yang menjual peralatan medis, memudahkan para praktisi kesehatan untuk mendapat peralatan kesehatan yang berkualitas. Menurut Pedro, penggunaan merek tertentu sangat tergantung dari kenyamanan pasien maupun praktisi kesehatan ketika menggunakannya. "Produk lokal maupun impor sama-sama punya kelemahan dan kelebihan. Jadi, ya tergantung pada pemakainya juga, nyaman atau tidak,” tuturnya. (iwan setiawan)

foto : iwan setiawan