19 Maret 2009

Kantor Pos Perketat Pembayaran

Untuk lebih menertibkan pelaksanaan penyaluran BLT 2009, PT Pos Indonesia cabang Palembang menerapkan pola baru. PT Pos kini menerbitkan resi (bukti tanda terima) untuk menghindari adanya warga yang tidak terdaftar dalam program ini.

Kepala Cabang PT Pos Indonesia Palembang Gustap Marpaung mengatakan, resi seukuran KTP dari kertas folio tersebut dipakai sebagai kartu pengganti atau kartu identitas masyarakat tidak mampu penerima BLT. Menurut Gustap, resi tersebut akan dibagikan pihak kelurahan kepada masyarakat penerima sehingga nantinya warga dapat mengambil BLT dengan resi tersebut. “Jadi, warga datang dan langsung menunjukkan resi kepada petugas. Nah, petugas akan mencocokkan dengan daftar nama yang dikirimkan dari pusat,” ujarnya kemarin.

Pada resi tersebut tertulis Kupon Pengawasan BLT 2009. Untuk tahap pembayaran pertama, kupon itu bernilai Rp 200.000. Di dalamnya juga terdapat nomor urut penerima BLT yang diterbitkan pusat (KIP), nama penerima, alamat, dan cap berdasarkan tanggal pencairan dana. “Pencetakan dan distribusi resi ini tidak sekaligus, tetapi dilakukan bertahap sesuai kecamatan mana yang akan dicairkan BLT-nya,” tuturnya.

Sementara itu, untuk operasional pembayaran BLT di kantor lurah, PT Pos Indonesia akan menurunkan masing-masing tiga petugas. Dua petugas akan bertindak sebagai verifikator untuk mengecek keabsahan resi dan KTP yang dibawa masyarakat. Sementara, seorang petugas lainnya melakukan pembayaran uang sebesar Rp 200.000, yaitu dana BLT untuk Januari dan Februari 2009. "Nantinya petugas akan mencocokkan daftar by name and by addres yang dikirimkan pusat. Kalau cocok ya langsung dibayarkan,” tukasnya.

Koordinator Humas Penyaluran BLT Kantor Pos Palembang M Wedha Pratama menerangkan, PT Pos Indonesia cabang Palembang telah menerima dropping dana sebesar Rp 19.814.000.000 dari pusat. Jumlah itu akan dibagikan kepada 99.074 rumah tangga sasaran (RTS) di Palembang yang melakukan realisasi pencairan BLT pada 2008 lalu. “Kami lakukan pencairan dana di kelurahan dan kecamatan sesuai jadwal yang telah dibuat. Namun, kalau ada masyarakat yang belum sempat mengambil haknya sesuai jadwal, uang tersebut tidak hangus. Mereka bisa mengambil sewaktu-waktu di kantor pos dengan menunjukkan bukti penerima BLT,” tandasnya. (iwan setiawan)

Warga Tuntut KTP Gratis

PALEMBANG (SINDO) – Keputusan Pemerintah Kota dan DPRD Kota Palembang membatalkan rencana pembebasan biaya pembuatan kartu tanda penduduk (KTP) menuai protes warga.

Kemarin, puluhan warga yang tergabung dalam Serikat Rakyat Miskin Palembang (SRMP) sekitar pukul 10.00 WIB mendatangi Kantor Camat SU I. Dalam aksi unjuk rasa tersebut, mereka menuntut agar pengurusan KTP dan kartu keluarga (KK) dibebaskan dari segala biaya. Selain itu, SRMP juga mempersoalkan pungutan liar yang dilakukan oknum RT, kelurahan, dan kecamatan dalam proses pengurusan dokumen administrasi warga tersebut.

Ketua SRMP Eka Subakti menegaskan, aksi kemarin merupakan rangkaian sejumlah protes warga atas keputusan yang diambil dalam Rapat Paripurna DPRD Kota Palembang, Jumat (27/2). Rapat tersebut memutuskan pembatalan pemberlakuan pembebasan biaya retribusi pembuatan KTP dan KK untuk warga Kota Palembang. “Warga tidak akan berhenti menyuarakan aspirasi mereka sebelum pemerintah mengambil kebijakan yang prorakyat,” ujarnya kepada SINDO di sela-sela aksi.

Eka mengungkapkan, sampai saat ini masih ada oknum RT dan pegawai di kelurahan serta kecamatan yang terlibat pungutan liar (pungli) dalam hal pengurusan KTP dan KK. Modusnya, para pengurus RT tidak bersedia memberikan surat pengantar bagi warga yang hendak mengurus KTP. Para pengurus RT baru mengeluarkan surat pengantar jika warga memberikan sejumlah uang, dengan alasan sebagai pengganti kertas. Atas kondisi ini, Eka menilai di tingkatan RT paling rawan pungli.

Adanya aksi unjuk rasa menyoal pelayanan KTP dan KK membuat Wali Kota Palembang H Eddy Santana Putra terkejut. Menurut Eddy, selama ini Pemkot Palembang sudah berupaya maksimal memberikan pelayanan terbaik kepada warganya. Namun, dengan berbagai pertimbangan, untuk saat ini pemberlakuan KTP dan KK gratis belum dapat dilakukan. “Pembuatan KTP dan KK itu kan butuh biaya penggantian blangko, lagi pula biaya retribusinya kan sudah kami turunkan,” katanya.

Mengenai adanya hambatan dari pengurus RT ketika warga hendak mengurus KTP dan KK, Wali Kota menegaskan, agar RT yang bersangkutan dievaluasi, bila perlu dilaporkan ke pihak kelurahan dan kecamatan. (iwan setiawan)

Dari Kecil Akrab dengan Dangdut

MENGENAL FINALIS KDI 6 AUDISI PALEMBANG (1)

Menjadi pedangdut profesional merupakan impian Merry Mahdayana, 21, satu dari lima Finalis KDI 6 Palembang. Berbagai kiat jitu pun dipersiapkan dara cantik ini.


Merry Mahdayana, finalis KDI 6 Palembang, saat menerima kepingan CD bertuliskan lolos dari panitia audisi.


Juara pada festival menyanyi baik di tingkat kampus, kabupaten, bahkan provinsi Bengkulu sangat lekat dengan nama Merry. Juara umum Festival Dangdut Dies Natalis Universitas Hazairin 2005, Bintang Radio Tingkat Provinsi Bengkulu 2005, dan Juara I Festival Dangdut tingkat Provinsi Bengkulu 2006, adalah sedikit dari deretan prestasi gadis manis yang lahir di Curup, Bengkulu, 3 Januari 1988.

Seolah tidak puas dengan prestasinya itu, kini Merry menjajal kemampuannya di ajang Kontes Dangdut TPI (KDI) 6. Setidaknya, dari ajang ini, saat ini Merry bisa tersenyum kecil. Sebab, gerbang meraih impian besarnya kini semakin terbuka lebar. Setelah mengikuti audisi KDI 6 Palembang, buah hati Hamdan Effendi dan Mardalena, ini akhirnya berhasil memesona para juri dengan kualitas vokalnya. Dari ribuan peserta, Merry masuk lima besar yang berhak berangkat ke Jakarta dan mengikuti Gerbang KDI 6.

Menyukai musik dangdut, diakui anak pertama dari tiga bersaudara ini, sudah dirasakannya sejak masih kecil. Apalagi, di rumahnya yang terletak di Jalan Iskandar IX, No 53, RT 8, Kelurahan Tengah Padang, Bengkulu, saban hari orang tuanya khususnya sang bapak kerap memutar kaset dangdut di rumah. “Ketika saya masih kecil bapak sering masang kaset Rhoma Irama. Mungkin karena sering dengar dangdut sejak kecil jadi suka aja,” aku penggemar Rhoma Irama dan Rita Sugiarto ini.

Merry menceritakan, sebenarnya ia telah mengikuti audisi KDI sejak 2007 lalu. Akan tetapi, pada audisi KDI 5 lalu, ia hanya bisa lolos hingga babak 40 besar dan audisi kala itu dilaksanakan di Bengkulu. Karena rasa penasarannya, ketika audisi KDI 6 Palembang dibuka, ia pun bergegas mendaftarkan diri. Kendati audisi itu harus membuatnya menempuh jarak ratusan kilometer dari rumahnya, namun kondisi itu tidak serta merta mematahkan semangatnya. Apalagi jarak Bengkulu–Palembang jika ditempuh melalui jalur darat, bisa menghabiskan waktu hingga 15 jam perjalanan. “Capek sih capek kak. Tapi karena sudah niat, jadi gak terlalu kerasa capeknya,” ujarnya yang mengaku datang ke Palembang dengan menumpang mobil travel.

Mahasiswi semester II Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisipol) Universitas Hazairin (Unihaz) Bengkulu ini mengaku telah mengajukan izin untuk mengikuti audisi KDI 6 di Palembang, baik kepada dosen maupun dekan sejak jauh-jauh hari. Bahkan, jika pun nanti ia bisa lolos dari Gerbang KDI 6, Merry mengaku rela meninggalkan sementara aktivitas kuliahnya dan memilih fokus di KDI. Sebab, menurut anak pertama dari tiga bersaudara ini, kesempatan masuk di kampus KDI, belum tentu datang dua kali. “Kalau kuliah kan bisa diteruskan setelah kelar KDI, atau kalau memang perlu dipindahin aja kuliahnya ke Jakarta. Sementara ini Merry fokus dulu di KDI kak,” katanya seraya mengaku setelah namanya diumumkan sebagai peserta pertama yang lolos ke Jakarta untuk mengikuti babak Gerbang KDI dari audisi Palembang, perasaan bahagia bercampur haru seketika menyeruak di benak dara cantik ini.

Namun, dia sangat sadar, perjalanannya menuju puncak karier tidak cukup sampai di situ. Ke depan, dia mengaku dirinya dan keluarganya harus menyusun strategi jitu dan merencanakan bertemu Bupati Bengkulu Utara dan Wali Kota Bengkulu, serta Gubernur Bengkulu guna meminta doa restu dan dukungan. (iwan s/bersambung)

foto : isra triansyah