13 Mei 2008

Tenaga Penelitian Tak Merata

PALEMBANG (SINDO) – Penyebaran tenaga dan kualitas penelitian di Indonesia saat ini dinilai kurang merata dan didominasi para peneliti dari Pulau Jawa.

Peneliti dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Dr M Ahkam Subroto mengatakan, berdasarkan proposal penelitian yang masuk ke LIPI dalam kurun waktu satu dasawarsa terakhir, secara kuantitas mengalami peningkatan. Namun, peningkatan kuantitas belum diiringi dengan peningkatan kualitas. Hal itu disebabkan minimnya kemauan para peneliti untuk melakukan riset di bidang ilmu dasar sehingga riset yang dilakukan lebih terfokus pada ilmu terapan. “Padahal, tanpa pengembangan ilmu dasar, sebuah penelitian tidak akan kuat. Oleh karena itu, kita mengapresiasi penelitian para profesor dan doktor yang melakukan penelitian di bidang ilmu dasar sebagai dasar pengembangan ilmu baru,” ujarnya ditemui SINDO pada pembukaan Workshop Metodologi Penelitian dan Pekan Ilmiah Remaja, kemarin.

Ahkam mengungkapkan, dari sekitar 800 proposal penelitian yang masuk setiap tahunnya ke LIPI untuk mengikuti Lomba Karya Ilmiah Remaja, secara kualitas terus mengalami perbaikan. Akan tetapi, dari sekian banyak proposal penelitian, para pelajar dan mahasiswa yang bersekolah di Pulau Jawa lebih dominan dibanding pelajar dan mahasiswa di luar Jawa. “Secara kuantitas sudah hampir berimbang yaitu 60:40 antara penelitian dari Jawa dan luar Jawa. Akan tetapi, kalau bicara kualitas, ya, bisa 80:20 perbandingannya,” tukasnya.

Diakui peneliti berkaca mata itu, kendala yang sangat terlihat dalam sebuah penelitian adalah penulisan proposal dan karya tulis ilmiah yang belum tersusun secara rapi. Dia menuturkan, hal itu merupakan tanggung jawab bagi para guru, dosen, peneliti, dan pemerintah daerah untuk meningkatkan kualitas penulisan suatu penelitian.

Sebagai wujud tanggung jawab itulah anggota LIPI melakukan kunjungan ke daerah-daerah untuk memberikan standardisasi dalam suatu penelitian. Ahkam menuturkan, dalam kunjungannya LIPI juga memberikan arahan mengenai penyusunan proposal penelitian dan tata cara penulisan karya tulis ilmiah. “Terkadang isi proposal penelitian yang masuk ke kita itu bagus sekali secara isi. Tetapi karena penyajian data dan redaksionalnya amburadul, membuat tim penilai kesulitan dan memvonis tidak meloloskan penelitian tersebut,” terangnya.

Kepala Badan Diklat Provinsi Sumatera Selatan Harun Al Rasyid mengatakan, dengan semakin sering menggelar kegiatan lomba karya ilmiah, diharapkan muncul peneliti-peneliti baru yang dapat mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dia berharap, hasil penelitian tersebut dapat meningkatkan derajat hidup masyarakat secara umum. “Pemerintah akan terus mendukung dan mendorong lahirnya peneliti baru dengan hasil penelitian yang diharapkan bisa bermanfaat untuk masyarakat banyak,” tegasnya.

Harun mengungkapkan, minimnya jumlah peneliti maupun hasil penelitian di Sumsel ini dipengaruhi paradigma bahwa untuk melakukan sebuah penelitian dibutuhkan waktu lama dan biaya besar. Menurutnya, bagi calon peneliti bisa mengajukan proposal kepada pemerintah maupun perusahaan yang berkompeten. ”Di setiap pemda, kan, ada (badan) Litbang-nya. Hubungi mereka dan kalau dinilai layak, maka pemerintah akan mengusahakan bantuan biaya penelitian,” ungkapnya. (iwan setiawan)

Lomba burung kicau


Para juri perlombaan tengah menilai burung murai batu yang bertanding dalam kelas eksekutif. Ratusan burung berbagai jenis seperti murai batu, kenari, kacer, cucakrawa, lovebird, dan cendet mengikuti ajang Pameran dan Lomba Burung Berkicau Gubernur Cup Sumatera Selatan 2008. Acara tersebut digelar di halaman parkir GOR Sriwijaya Minggu 11 Mei 2008.

publikasi : sindo sumsel; selasa 13 mei 2008; halaman 36