23 November 2007

Berjalan Tertatih di Tengah Badai Narkoba

Ketua Yayasan Al Ichlas Ali Nangcik dan para pasien

Masa depan yang gelap dan suram menghantui para pecandu narkoba yang gemar menggunakan zat adiktif itu. Namun, jalan terang tetap menunggu bagi yang ingin sembuh.

Mereka yang tergoda mencoba narkoba bisa jadi adalah orang yang gagal dalam hidup. Karena, kehidupan selanjutnya menjadi sia-sia saat terbelenggu barang jahanam itu. Sudah banyak kasus, gara-gara narkoba jadi sengsara, bahkan sanak saudara dan keluarga turut menderita.

Berawal dari keprihatinan melihat semakin banyaknya para pengguna narkoba, Ali Nangcik, 47, merasa terpanggil hatinya untuk mencurahkan kemampuan yang dimilikinya untuk menyembuhkan para pecandu narkoba. “Waktu muda dulu saya ini orangnya seneng pergi ke mana–mana. Tapi satu yang saya lihat, di tiap tempat yang saya singgahi kok persoalan yang dihadapi masyarakatnya sama, yaitu banyak yang suka mabuk–mabukan, baik itu minuman keras ataupun narkoba. Dari situlah saya berpikir untuk mencoba mengubah perilaku menyimpang masyarakat itu, ya tentunya untuk skala yang kecil dululah,”kata Ali.

Untuk mewujudkan keinginannya itu, pada 14 September 1989, Ali mendirikan sebuah yayasan rehabilitasi mental dan narkoba yang diberinya nama Yayasan Al Ichlas. Dengan dukungan yang datang dari keluarga dan teman–temannya, yayasan itu mulai menerima pasien yang merupakan para pengguna narkoba yang rata–rata telah masuk kategori berat. Selain itu, yayasan juga menerima orang-orang yang mengalami gangguan mental yang berat. “Biasanya yang masuk ke sini, yang telah memasuki stadium lanjut. Bisa dibilang yang sudah masuk tahapan merusak. Selain itu keluarga mereka sudah tidak sanggup lagi mengurus mereka sehingga menitipkan disini, dengan harapan mereka bisa disembuhkan dan menjalani hidup normal kembali,”ujarnya.

Niat tulus bapak 9 orang anak ini bukannya tanpa masalah. Salah seorang pasiennya pernah meninggal pada saat menjalani rehabilitasi, namun bukan karena kesalahan yang dilakukan oleh para terapis, tapi karena memang kondisi pasien sudah sangat mengenaskan akibat pengaruh narkoba yang dipakainya. Ali sebagai pemilik yayasan sempat mendapat tuntutan dari keluarga pasien itu. Oleh karenanya atas saran dari teman–temannya, maka pada tahun 2000 lalu Yayasan Rehabilitasi Mental dan Narkoba Al Ichlas yang beralamat di jalan Sukabangun II Km 6 Soak Simpur Palembang, didaftarkan pada Departemen Sosial dan resmi memiliki badan hukum.
Ali yang mengaku hanya tamatan SD ini mengatakan, kalau kemampuannya menyembuhkan orang mulai dirasakannya sejak mengikuti pengajian Amanat Keagungan Ilahi. “Tahun 1983 saya mengikuti pengajian AKI, nah sejak itu pula saya berkeyakinan ilmu dan amalan yang saya dapatkan harus dapat saya gunakan untuk kemaslahatan umat,”ungkap suami dari Ani, 40, itu.

Pasien bersama pengawas tengah makan siang seusai bekerja di tambak ikan

Saat ini jumlah pasien yang adadi penampungan rehabilitasi Yayasan Al Ichlas berjumlah 84 orang, yang 5 diantaranya adalah perempuan. Rentang usia pasien yang tengah menjalani proses penyembuhan adalah 12 hingga 70 tahun. Dari 84 orang pasien tersebut, mereka dimasukkan ke dalam 5 ruangan mirip sel, dengan kapasitas ideal hanya untuk menampung 40 orang. Kekurangan daya tampung itu tengah diusahakan penambahannya oleh yayasan. Namun karena keterbatasan yang dimiliki yayasan, untuk sementara penambahan ruangan itu baru sebatas mendirikan dinding ruangan. Dalam terapi yang dilakukannya, Ali menerapkan prinsip dasar yang harus dilakukan pasiennya yaitu mengingat dan selalu mengucapkan 2 kalimat syahadat. Karena menurut pandangan Ali, jika seseorang dalam kondisi apapun masih mengingat Allah, maka harapan mengenai kemungkinan terbaik masih ada. Ali mengaku, selama ini kelangsungan hidup yayasan ditanggung sendiri oleh dirinya selaku pengelola yayasan. Sejak mendirikan yayasan ini, Ali menerapkan aturan yang cukup unik yaitu, apa yang dimakan keluarganya itu juga yang dimakan oleh para pasien. Dengan pendekatan kekeluargaan yang dilakukan seperti itu, Ali berharap para pasien dapat lebih mudah menerima terapi yang dilakukan oleh staf yayasan. Selain mengandalkan usaha yang dilakukan bersama–sama para pasien, Ali mengungkapkan pihak yayasan terus berupaya mencari donasi. (cr 03)

foto : iwan setiawan

publikasi : sindo sumsel; jumat 23 november 2007; halaman 9