25 Februari 2009

Sampah Bertebaran di Jalan

Petugas Dinas Kebersihan Kota Palembang mengangkut sampah yang diletakkan warga di median Jalan Ki Merogan.

PALEMBANG
(SINDO) – Di sejumlah median jalan Kota Palembang masih banyak sampah bertebaran. Kota peraih Adipura ini masih mengalami masalah klasik soal penanganan sampah.

Meski Dinas Kebersihan Kota (DKK) Palembang sudah berusaha maksimal mengangkut sampah di median Jalan Ki Merogan, Kecamatan Kertapati, tumpukan sampah masih saja terlihat di median jalan sepanjang hari. Persoalan sampah yang diletakkan di median jalan oleh masyarakat sudah berlangsung cukup lama. Namun, hingga kini sosialisasi yang dilakukan langsung pihak kecamatan agar masyarakat tidak lagi membuang sampah di median jalan belum sepenuhnya dipahami dan dijalankan masyarakat. Sebab, hingga kini tumpukan sampah rumah tangga masih bisa dijumpai di sejumlah median jalan.

Dinata, salah seorang pengemudi kendaraan angkutan sampah DKK Palembang, mengatakan, operasional angkutan sampah di wilayah Kertapati ini sudah maksimal. Pasalnya, wilayah ini dilayani hingga tiga shift angkutan, yaitu pagi antara pukul 06.30–08.00 WIB, siang 11.00–12.30, dan malam antara pukul 19.00-19.30 WIB. “Kalau daerah lain, ada yang cuma dua kali angkut, pagi dan sore. Tapi tidak numpuk seperti di sini. Kalau di sini (Kertapati), kami petugas seperti kucing-kucingan dengan warga yang buang sampah,” ujarnya ketika mengangkut sampah kemarin siang.

Dia mengharapkan agar warga di sepanjang Jalan Ki Merogan bisa menyesuaikan jadwal membuang sampah dengan jadwal lewatnya kendaraan angkutan sampah. Hal ini penting artinya agar sampah yang dibuang tidak terlihat menumpuk di median jalan. “Memang di sepanjang jalan ini belum ada kontainer sampah sehingga warga kebingungan membuang sampahnya. Tapi biar sama-sama enak, coba warga membuang sampahnya itu sebelum mobil sampah lewat, jadi semua sampah bisa terangkut,” tuturnya.

Sementara itu, Rahman, warga Jalan Ki Merogan, mengatakan, kebiasaan warga membuang sampah di median jalan disebabkan tidak dimilikinya tempat pembuangan sampah sementara (TPS). Jika TPS dipasang, perlahan kebiasaan itu bisa dikikis dan hilang. “Sekarang ini warga yang ingin membuang sampah tidak tahu mau diletakkan di mana. Sebab, kalau diletakkan di depan pagar rumahnya, tidak akan terangkut mobil sampah. Karena itu, warga masyarakat menaruh sampah di median jalan biar terlihat dan lebih mudah diangkut,” katanya.

Camat Kertapati A Zaini Rivai mengatakan, pihaknya sudah berulang kali menyosialisasikan larangan meletakkan sampah di median jalan. Namun, dalam persoalan ini, warga tidak dapat disalahkan sepenuhnya karena memang di sepanjang Jalan Ki Merogan belum memiliki TPS. Karena itu, warga tidak memiliki alternatif lain selain meletakkan sampah mereka di median jalan. “Hingga kini pengajuan pemasangan kontainer sampah belum juga direalisasikan DKK Palembang. Nanti saya coba koordinasikan lagi agar pemasangannya bisa lebih dipercepat sehingga masalah penumpukan sampah yang berserakan di median jalan bisa tertangani,” tandasnya. (iwan setiawan)

foto : iwan setiawan

Jembatan Keramasan Mengancam

Kondisi Jembatan Keramasan yang kerap dilewati truk dan kendaraan besar, sebagian aspalnya telah terkelupas.

PALEMBANG (SINDO) – Masyarakat berharap pengerjaan duplikasi Jembatan Keramasan di Kecamatan Kertapati segera selesai. Pasalnya, kondisi jembatan Keramasan yang ada saat ini terlihat rapuh.

Dari pantauan SINDO, tampak aspal di atas jembatan lama sudah banyak yang terkelupas. Kondisi yang paling parah dan dikhawatirkan pengendara yang melintas adalah sambungan jembatan yang sudah rusak. Bahkan, karena lapisan aspal di sambungan jembatan sudah terlepas, terbentuk lubang yang kedalamannya mencapai 10 cm. Atas kondisi tersebut, para pengendara harus memperlambat kendaraannya ketika melintas jika tidak ingin terjebak di lubang yang memanjang di tiap sambungan jembatan.

Wanto, 35, seorang pengemudi truk ekspedisi yang sering melintas di Palembang, mengatakan, kondisi jembatan di beberapa daerah di Pulau Sumatera pada umumnya kurang nyaman untuk dilintasi. “Terus terang was-was juga kalau lewat jembatan di Sumatera ini. Kalau gak berlubang, ya sambungan jembatannya itu renggang. Apalagi kendaraan kami bawa beban berat,” ujarnya kemarin.

Dihubungi terpisah, pengamat konstruksi dari Universitas Sriwijaya Bakri Umar mengatakan, sebenarnya kondisi Jembatan Keramasan masih bisa bertahan lama. Namun, kondisi itu bisa dicapai dengan perawatan yang dilakukan intensif. Sebab, sesuai bridge investigation manual, setiap jembatan harus diperiksa minimal satu kali dalam sebulan. “Disiplin tim pengawas dari instansi terkait harus lebih ditingkatkan dalam meneliti kondisi jembatan-jembatan itu. Apabila ada yang harus diganti atau diperbaiki, ya jangan ditunda lagi. Sebab, ini dampaknya bisa merugikan kepentingan masyarakat luas,” tuturnya.

Bakri menuturkan, selama ini kesadaran masyarakat dalam menjaga fasilitas umum juga dirasakannya masih sangat kurang. Terlebih, masih seringnya ditemukan baut pengikat jembatan hilang karena dicuri. (iwan setiawan)

foto : iwan setiawan