31 Mei 2008

Anak Manja yang Dambakan Emas di Athena

DWI PRABAWATI, 18, ATLET TUNAGRAHITA BERPRESTASI ASAL SUMSEL
Dwi Prabawati (kanan) optimistis membawa pulang medali emas pada Summer Games XIII tahun 2011 di Athena Yunani.

Sekilas,kondisi Dwi Prabawati tidak berbeda dengan gadis seusianya. Namun di balik keceriaannya, gadis kelahiran Palembang 18 tahun lalu ini ternyata menderita tunagrahita. Dia mengalami hambatan dan keterbelakangan mental, jauh di bawah rata-rata. Tapi siapa sangka justru karena keterbatasan yang dimilikinya, Dwi bisa meraih prestasi yang belum tentu bisa diraihnya jika ia tumbuh dalam kondisi normal. Ya...Dwi Prabawati adalah atlet tunagrahita asal Sumsel peraih medali perak dalam World Summer Game 2007 yang berlangsung di Shanghai China, 2-11 Oktober 2007. Dalam ajang yang mempertemukan anak-anak penyandang tunagrahita se-dunia itu, Dwi meraih dua medali perak dari cabang bulutangkis masing-masing dari tangkai ganda campuran dan ganda putri. ”Dua-duanya kalah dari China. Tapi saya senang bisa mewakili Indonesia,” ujarnya sambil tersenyum.

Prestasi anak kedua pasangan Surya Irianto dan Jamilah Jamhari ini sungguh mengagumkan. Pada gelaran pekan olahraga cacat nasional (Porcanas) tahun 2004 di Palembang, Dwi meraih dua medali emas di cabang olahraga tolak peluru dan lempar cakram. Berlanjut pada pekan olahraga nasional Special Olympic Indonesia (Pornas SOIna) yang dilangsungkan di Jakarta pada 2006 lalu, dua medali emas diraihnya pada cabang bulutangkis di tangkai tunggal putri dan ganda campuran serta satu perak di ganda putri. Deretan medali dan juara itu masih ditambah lagi dengan dua medali emas cabang bulutangkis yang berhasil disabetnya pada pekan olahraga pelajar cacat nasional (Popcanas) 2007 di Bekasi. Sebenarnya pada Popcanas 2007 itu, Dwi berpotensi meraih tiga medali emas. Namun kontingen Provinsi DKI Jakarta mengajukan protes karena kemampuan Dwi dianggap sudah kaliber internasional. ”Saya kan hanya ingin bermain menunjukkan kemampuan saya, kenapa saya dilarang-larang,” ucapnya menunjukkan raut sedih.

Seperti halnya pada kondisi normal, pasti seorang atlet akan didampingi seorang pelatih. Begitupun yang terjadi pada Dwi, ia selalu didampingi pelatih yang sejak lama membimbingnya menekuni berbagai cabang olahraga. Nana Suryana yang sehari-harinya bertugas sebagai guru olahraga SMP-SMA Luar Biasa C Karya Ibu itu mengaku Dwi merupakan atletnya yang paling membanggakan secara prestasi. Bahkan dengan penuh kesabaran Nana berhasil menemukan kunci untuk membangkitkan motivasi Dwi yang sering dengan mudahnya ngambek. ”Meski dia sering juara tapi sifat manjanya sangat menonjol. Kalau dia merasa dirugikan dalam suatu pertandingan maka akan sangat sulit meredakan kemarahannya. Tapi sekian lama menanganinya, saya sudah tahu kunci untuk menenangkannya,” ucap pria berkumis itu.

Menurut Nana, anak-anak tunagrahita sejatinya harus mendapatkan kesempatan layaknya orang normal yang dianugerahi kesempurnaan fisik. Dengan memusatkan perhatian pada kelebihan mereka dibanding kekurangannya, Nana berupaya menggugah kepedulian masyarakat akan potensi para penyandang tunagrahita sehingga mereka dapat mengaktualisasikan kemampuannya secara maksimal. Nana menjelaskan, khusus untuk atlet tunagrahita tidak dibatasi dan boleh memilih untuk ikut semua cabang olahraga yang disediakan. ”Untuk Dwi, saya lebih fokuskan dia ke bulutangkis. Namun di cabang olahraga lain juga seperti olahraga lempar dan tolak, Dwi punya kemampuan yang tidak kalah baiknya dengan anak seusianya,” ungkap Nana.

Ketika ditanya mengenai keinginannya yang belum tercapai, Dwi mengatakan ia sangat berkeinginan untuk kembali mengikuti Special Olympics World Summer Games XIII tahun 2011 di Athena Yunani. ”Saya ingin meraih medali emas seperti rekan saya lainnya di China waktu itu,” tandasnya. (iwan setiawan)

foto : iwan setiawan

publikasi : sindo sumsel; sabtu 31 mei 2008; halaman 9

29 Mei 2008

Penyerahan penghargaan

Pejabat Ketua Umum Dekopin Sri-Edi Swasono menyerahkan penghargaan Dekopin Award 2008, Rabu (28/5) di Palembang.

publikasi : sindo sumsel; kamis 29 mei 2008; halaman 13

20 Mei 2008

Revitalisasi Terhalang Dana

PALEMBANG (SINDO) – Kalangan perbankan dinilai kurang mendukung pendanaan program revitalisasi perkebunan karena tidak menguntungkan.

Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Selatan Syamuil Chatib mengatakan, dari 22 perusahaan yang mengajukan pengusulan revitalisasi perkebunan (revbun), 10 di antaranya baru menerima kucuran dana revbun dari perbankan. Namun, dari 10 perusahaan yang telah disetujui, baru tiga yang dicairkan. “Sejauh ini baru tiga perusahaan yang dicairkan dana revbunnya, yaitu PT Andira Agro, PT Swadaya Indo Palma di Banyuasin, serta PT Golden Blossom Sumatra di Muaraenim,” ujarnya kepada SINDO kemarin.

Dengan disetujuinya pengajuan revbun itu, Syamuil mengaku optimistis usulan dari perusahaan lainnya juga tinggal menunggu persetujuan pihak perbankan yang diajukan proposal revbun. Hanya saja, kendala yang sering muncul dari pengajuan revbun terutama untuk tanaman kelapa sawit adalah petani dan perusahaan perkebunan wajib menggandeng perusahaan mitra, karena perusahaan mitra diwajibkan untuk mendirikan pabrik pengolahan. “Untuk komoditi kelapa sawit memang agak rumit mengurus proposal revbunnya, karena dalam persyaratan harus jelas prosesnya mulai dari memiliki pabrik pengolahan, manajemen panen, serta manajemen pemasarannya,” tukasnya.

Sementara itu, Kasie Perizinan dan Informasi Kemitraan Dinas Perkebunan Provinsi Sumsel Jhoni Achmad menerangkan, dari 10 perusahaan yang telah disetujui untuk dibiayai program revbun itu memiliki lahan seluas 35.337,96 ha, dengan jumlah petani penggarap mencapai 16.885 kepala keluarga (KK). Dia menuturkan, luas lahan perkebunan yang diajukan untuk direvitalisasi mencapai 143.421 ha untuk inti dan 126.119,96 ha untuk plasma. Jhoni mengungkapkan, sejauh ini baru tiga bank yang menyatakan kesediaannya mengucurkan dana revbun, yaitu PT Bank Rakyat Indonesia Tbk, PT Bank Mandiri (Persero), dan PT Bank Pembangunan Daerah Sumsel. “Mengenai plafon anggaran dan berapa dana yang dikucurkan, sangat tergantung dari masing-masing proposal yang diajukan,” terangnya.

Menurut dia, kendala yang dihadapi perkebunan dalam pengajuan proposal revbun adalah kepercayaan perbankan untuk mengucurkan dana dalam jumlah besar ke sektor perkebunan masih minim. Namun dia menilai, minimnya dukungan merupakan sesuatu yang wajar karena pihak perbankan memiliki tanggung jawab dan hak untuk berhati-hati atas setiap pinjaman yang diberikan. ”Untuk memberikan rasa percaya kepada pihak perbankan itu, ya, dengan cara menunjukkan komitmen perusahaan perkebunan itu sendiri dalam memenuhi kewajibannya. Kita juga mengharapkan komitmen pemerintah daerah untuk memberikan jaminan atas proposal revbun yang diajukan,” tandasnya.

Sebelumnya, Ketua Gabungan Pengusaha Perkebunan Sumatera Selatan (GPPSS) Syamsir Syahbana mengaku, komitmen perbankan yang ditunjuk mendanai program revitalisasi ini, jauh dari maksimal. Syamsir menilai, sepertinya pihak perbankan masih ragu mengenai pengembalian kredit revbun dengan bunga yang dipatok pemerintah tidak boleh lebih dari 5%. ”Perbankan masih berpikir mengenai bunga yang sangat kecil, sehingga mereka lebih memilih debitur usaha lain yang bunga kreditnya bisa mereka tarik lebih besar,” jelasnya. (iwan setiawan)


Daftar Perusahaan Yang Telah Mendapatkan Persetujuan Dari Direktur Jenderal Perkebunan

No.

Nama Perusahaan

Lokasi

Luas (Ha)

Jumlah Dana/ Bank Pemberi Kredit

1.

PT DjuandaSawit Lestari

Musi Rawas

521,96

Rp 12.621.017.000,00

PT Bank Mandiri (Persero) Tbk

2.

PT Golden Blossom Sumatra

Muara Enim

4.000

Rp 98.963.277.000,00

PT Bank Rakyat Indonesia Tbk

3.

PT P Mitra Ogan

Musi Banyuasin

4.000

Rp 96.719.013.000,00

PT Bank Rakyat Indonesia Tbk

4.

PT Persada Sawit Mas

OKI

1.953

Rp 55.939.779.000,00

PT Bank Mandiri (Persero) Tbk

5.

PT Swadaya Indo Palma

Banyuasin

3.200

Rp 122.449.456.000,00

PT Bank Rakyat Indonesia Tbk

6.

PT Andira Agro

Banyuasin

2.135

Rp 51.550.599.000,00

PT Bank Mandiri (Persero) Tbk

7.

PT Cipta Lestari Sawit

Banyuasin

4.964

Rp 137.439.930.000,00

PT BPD SS

8.

PT Hamita Utama Karsa

Musi Banyuasin

3.392

Rp 80.480.000.000,00

PT Bank Rakyat Indonesia Tbk

9.

PT Banyu Kahuripan Indonesia

Musi Banyuasin

1.672

Rp 40.428.800.000,00

PT Bank Mandiri (Persero) Tbk

10.

PT Tunas Baru Lampung Tbk

Banyuasin

9.500

Rp 272.344.256.000,00

PT Bank Rakyat Indonesia Tbk


Jumlah Total


35.337,96

Rp 968.936.127.000,00

Sumber : Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Selatan


19 Mei 2008

Penjualan Toyota Tidak Terpengaruh Kenaikan Harga BBM

PALEMBANG (SINDO) – Tingkat penjualan mobil merek Toyota diprediksi tidak terlalu terpengaruh dengan rencana kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi.

Counter Division Head PT Tunas Auto Graha Palembang Oktavianus mengatakan, pihaknya belum merencanakan tindakan apapun untuk mengantisipasi rencana pemerintah untuk menaikkan harga BBM bersubsidi akhir Mei 2008 ini. Dia menyebutkan, berdasarkan pengalaman pada kenaikan harga BBM di tahun-tahun sebelumnya, tingkat penjualan memang akan stagnan sesaat. Akan tetapi setelah itu, tingkat penjualan akan kembali normal dan meningkat. “Saya kira nggak terlalu masalah kenaikan harga BBM kali ini. Sebab, masyarakat sudah berpikiran maju dan memandang mobil bukan lagi barang mewah, akan tetapi suatu kebutuhan untuk memberikan kenyamanan mobilisasi pemiliknya,” terangnya ditemui SINDO kemarin.

Dalam empat bulan pertama pada 2008 ini, PT TAG sebagai authorized dealer merek dagang Toyota di Palembang berhasil menjual 447 unit kendaraan. Dari jumlah itu, 70% di antaranya disumbangkan penjualan mobil jenis minibus dengan varian Innova dan Avanza. Sedangkan 30% lainnya terdiri dari penjualan kelas sedan dan jeep di antaranya Yaris, Vios, Altis, Camry, dan Fortuner. ”Tetapi di awal Mei lalu, kelas minibus sedikit mengalami penurunan karena harus indent terlebih dahulu ke pabrik, sedangkan konsumen saat ini cenderung tidak mau menunggu lama. Oleh karenanya, kita alihkan mereka ke kelas sedan dan ternyata disambut antusias meski dibayangi rencana kenaikan harga BBM,” katanya.

Ellen, salah seorang calon pembeli mobil Toyota yang ditemui SINDO mengatakan, rencana kenaikan harga BBM yang diumumkan akhir Mei ini tidak mengurangi niatnya untuk membeli mobil. Akan tetapi, dalam memilih kelas mobil yang akan dibelinya nanti, Ellen berpatokan pada kapasitas mesin kecil dengan alasan hemat bahan bakar. (iwan setiawan)

Kualitas Karet Sumsel Rendah

PALEMBANG (SINDO) – Gabungan Pengusaha Karet Indonesia (Gapkindo) Sumatera Selatan (Sumsel) mengeluhkan banyaknya kotoran yang terdapat dalam karet yang dihasilkan petani.

Ketua Gapkindo Sumsel Alex K Eddy mengatakan, produksi karet Sumsel saat ini mencapai 60.000 ton per bulan dan menjadi yang terbesar dari daerah penghasil karet lainnya di Indonesia. Namun Alex menyayangkan, tingginya kuantitas tersebut tidak serta merta dibarengi dengan peningkatan kualitas. Menurut Alex, beberapa kali pihaknya pernah mendapat laporan dari pabrik pengolahan karet yang banyak menemukan kotoran, seperti batu, batang kayu, biji jagung dan sebagainya, dalam karet yang dibeli dari petani karet di sentra perkebunan karet, seperti Palembang, Muara Enim, Musi Banyuasin, Musi Rawas, dan sejumlah perkebunan di Provinsi Bangka Belitung.

“Orang awam pun tahu getah karet yang keluar dari pohon itu kan bersih, seperti susu kira-kira. Akan tetapi, dalam pengolahannya kan tidak bisa menjamin kebersihan itu, karena pola pikir para petani masih mengejar kuantitas, belum secara kualitas,” ujar Alex kepada SINDO kemarin.

Dia mengungkapkan, berdasarkan pantauan selama ini, diperkirakan 60–70% karet dari petani tidak memenuhi standar kualitas kebersihan karet untuk produksi. Dia menambahkan, kotoran yang terdapat dalam karet itu sangat tidak menguntungkan, baik bagi pabrik pengolahan maupun petani sendiri. Hal itu disebabkan pabrik pengolahan hanya akan membeli karet berdasarkan kadar keringnya. Sedangkan untuk pabrik pengolahan, untuk membersihkan karet dari berbagai macam kotoran, berdampak pada meningkatnya biaya produksi, yaitu menambah mesin pembersih dan menambah konsumsi listrik. Selain itu, pabrik membutuhkan pengolahan limbah yang lebih besar.

Ujang, seorang petani karet dari Desa Ulak Paceh, Kecamatan Babat Toman, Kabupaten Muba, mengaku selama ini praktik pencampuran berbagai benda ke dalam getah karet yang akan dijual kerap dilakukan petani. Hal itu semata-mata dilakukan untuk memperoleh keuntungan dari hasil penimbangan di pengumpul karet. ”Kalau di pengumpul kan kita dibayar berdasarkan berat karet yang kita bawa. Kalau memberatkannya dengan direndam air mudah ketahuan, jadi ya kebanyakan petani menambahkan kayu, biji jagung, daun,” terangnya. (iwan setiawan)

18 Mei 2008

Perlindungan terhadap Wartawan Sangat Lemah

WAWANCARA KHUSUS DENGAN ADVOKAT DINDIN SUUDIN SH MH
Sosok H Dindin Suudin dikenal dekat dengan kalangan wartawan lantaran sikapnya yang terbuka. Advokat kondang ini dikenal blak-blakan dan tidak pelit informasi. Komentar atau pendapat-pendapat pedasnya yang dimuat di koran-koran seringkali membuat kuping pejabat memerah. Namun selama hampir 25 tahun menjalani profesi sebagai lawyer, Dindin merasa prihatin dengan kehidupan pers. Terutama masalah perlindungan terhadap pers dalam menjalankan tugas-tugas jurnalistiknya.

Bagaimana seharusnya UU mengatur dan melindungi tugas-tugas pers, berikut petikan wawancaranya dengan SINDO kemarin.

Bagaimana komentar Anda tentang Undang Undang Nomor 40 tahun 1999 tentang Pers?

Apa Anda tidak merasa kalau selama ini UU tersebut memberikan Anda perlindungan semu. Selama ini kalau terjadi kekeliruan pemberitaan, maka pihak yang dirugikan akan menuntut atau bahkan melakukan kekerasan kepada si wartawan. Undang Undang 40 tahun 1999 tersebut seperti dianggap tidak pernah ada dalam penyelesaian permasalahan pers. Lalu buat apa disusun kalau tidak dipergunakan? Oleh karenanya perlu ada pembahasan oleh insan pers sendiri mengenai UU Pers tersebut. Bila perlu hal itu diawali wartawan dan perusahaan pers yang ada di Palembang.

Menurut Anda di mana kelemahan UU 40/1999?


Dalam pasal-pasal UU 40/1999 tidak memuat dengan tegas perlindungan terhadap wartawan. Sekalipun di dalam ketentuan Pasal 8 menyatakan bahwa dalam melaksanakan profesinya wartawan mendapat perlindungan hukum, tapi dalam penjelasannya bahwa yang dimaksud perlindungan hukum adalah jaminan perlindungan pemerintah dan atau masyarakat kepada wartawan dalam melaksanakan fungsi, hak, kewajiban dan peranannya sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Tidak secara otomatis wartawan mendapat perlindungan seperti halnya ketentuan di Pasal UU No 18/2003 tentang Advokat.

Apa yang diatur dalam UU Pers itu bersifat sangat normatif, karena memang sudah seharusnya dilakukan pemerintah pada setiap warga negara termasuk wartawan. Yang saat ini belum termuat dan seharusnya diatur dalam UU Pers adalah imunitas wartawan saat ia menjalankan profesinya. Dengan kata lain, wartawan tidak bisa dituntut secara perdata maupun pidana saat menjalankan profesinya.

Jalan keluarnya seperti apa?


Pasti ada dan saya yakin kalau UU Pers telah benar-benar melindungi profesi wartawan dalam melaksanakan tugasnya, maka pers akan semakin maksimal dalam menjalankan perannya sebagai kontrol sosial. Selama ini saya perhatikan, pers telah kehilangan sentuhan investigasinya. Kebanyakan para wartawan sekarang bersifat pasif dan menunggu berita dan hanya menggali keterangan narasumber. Hal ini berbeda dengan wartawan pada masa sebelumnya. Di mana pemberitaan di sebuah media malah menjadi sumber awal aparat penegak hukum untuk melakukan penyelidikan.

Apa langkah terbaik untuk melindungi wartawan itu pasca merilis hasil investigasinya?


Keberanian! Contohnya lembaga swadaya masyarakat (LSM) saja bisa melakukan investigasi dan kebanyakan mereka berhasil membongkar berbagai kasus dugaan korupsi. Kenapa LSM bisa lalu wartawan nggak bisa? Padahal dalam UU Pers sudah jelas mengatur ancaman hukuman bagi pihak yang menghalangi dan menghambat hak mencari, memperoleh, dan menyebarluaskan informasi. Namun kita sadari bersama, dalam pencarian berita pasti ada ekses negatif yang sangat mungkin terjadi. Ya wartawan harus pandai menjaga dirinya sendirilah, minimal bisa silat sedikitlah wartawan- wartawan tuh.

Ketika muncul perselisihan antara wartawan dan narasumber dikarenakan pemberitaan yang muncul, apa yang seharusnya dilakukan?


Lakukan koreksi pemberitaan dengan memuat konfirmasi dari narasumber tersebut atau orang yang berkompeten dengan permasalahan. Selanjutnya penuhi amanat UU 40/1999 tentang Pers yang mengatur hak jawab. Kalau koreksi sudah kita laksanakan maka akan aman, yang kini sering terjadi hak koreksi itu tak pernah dilakukan media.

Di Indonesia konflik dengan pers selalu diselesaikan dengan jalur pidana. Pendapat Anda?


Itulah di Indonesia. Penyelesaian hukum ditempuh dengan cara terbalik-balik. Padahal pidana itu merupakan jalur terakhir ketika upaya lain tidak bisa lagi ditempuh. Kalau di negara lain seperti Amerika, ketika mempunyai persoalan dengan pers mereka melakukan gugatan secara perdata. (iwan setiawan)

Perlindungan terhadap Wartawan Sangat Lemah

WAWANCARA KHUSUS DENGAN ADVOKAT DINDIN SUUDIN SH MH

Sosok H Dindin Suudin dikenal dekat dengan kalangan wartawan lantarannya sikapnya yang terbuka. Advokat kondang ini dikenal blak-blakan dan tidak pelit informasi. Komentar atau pendapat-pendapat pedasnya yang dimuat di koran-koran seringkali membuat kuping pejabat memerah. Namun selama hampir 25 tahun menjalani profesi sebagai lawyer, Dindin merasa prihatin dengan kehidupan pers. Terutama masalah perlindungan terhadap pers dalam menjalankan tugas-tugas jurnalistiknya.

Bagaimana seharusnya UU mengatur dan melindungi tugas-tugas pers, berikut petikan wawancaranya dengan SINDO kemarin.

Bagaimana komentar Anda tentang Undang Undang Nomor 40 tahun 1999 tentang Pers?


Apa Anda tidak merasa kalau selama ini UU tersebut memberikan Anda perlindungan semu. Selama ini kalau terjadi kekeliruan pemberitaan, maka pihak yang dirugikan akan menuntut atau bahkan melakukan kekerasan kepada si wartawan. Undang Undang 40 tahun 1999 tersebut seperti dianggap tidak pernah ada dalam penyelesaian permasalahan pers.

Lalu buat apa disusun kalau tidak dipergunakan?


Oleh karenanya perlu ada pembahasan oleh insan pers sendiri mengenai UU Pers tersebut. Bila perlu hal itu diawali wartawan dan perusahaan pers yang ada di Palembang.

Menurut Anda di mana kelemahan UU 40/1999?


Dalam pasal-pasal UU 40/1999 tidak memuat dengan tegas perlindungan terhadap wartawan. Sekalipun di dalam ketentuan Pasal 8 menyatakan bahwa dalam melaksanakan profesinya wartawan mendapat perlindungan hukum, tapi dalam penjelasannya bahwa yang dimaksud perlindungan hukum adalah jaminan perlindungan pemerintah dan atau masyarakat kepada wartawan dalam melaksanakan fungsi, hak, kewajiban dan peranannya sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Tidak secara otomatis wartawan mendapat perlindungan seperti halnya ketentuan di Pasal UU No 18/2003 tentang Advokat. Apa yang diatur dalam UU Pers itu bersifat sangat normatif, karena memang sudah seharusnya dilakukan pemerintah pada setiap warga negara termasuk wartawan. Yang saat ini belum termuat dan seharusnya diatur dalam UU Pers adalah imunitas wartawan saat ia menjalankan profesinya. Dengan kata lain, wartawan tidak bisa dituntut secara perdata maupun pidana saat menjalankan profesinya.

Jalan keluarnya seperti apa?


Pasti ada dan saya yakin kalau UU Pers telah benar-benar melindungi profesi wartawan dalam melaksanakan tugasnya, maka pers akan semakin maksimal dalam menjalankan perannya sebagai sosial kontrol. Selama ini saya perhatikan, pers telah kehilangan sentuhan investigasinya. Kebanyakan para wartawan sekarang bersifat pasif dan menunggu berita dan hanya menggali keterangan narasumber. Hal ini berbeda dengan wartawan pada masa sebelumnya. Di mana pemberitaan di sebuah media malah menjadi sumber awal aparat penegak hukum untuk melakukan penyelidikan.

Apa langkah terbaik untuk melindungi wartawan itu pasca merilis hasil investigasinya?


Keberanian! Contohnya lembaga swadaya masyarakat (LSM) saja bisa melakukan investigasi dan kebanyakan mereka berhasil membongkar berbagai kasus dugaan korupsi. Kenapa LSM bisa lalu wartawan nggak bisa? Padahal dalam UU Pers sudah jelas mengatur ancaman hukuman bagi pihak yang menghalangi dan menghambat hak mencari, memperoleh, dan menyebarluaskan informasi. Namun kita sadari bersama, dalam pencarian berita pasti ada ekses negatif yang sangat mungkin terjadi. Ya wartawan harus pandai menjaga dirinya sendirilah, minimal bisa silat sedikitlah wartawan-wartawan tuh.

Ketika muncul perselisihan antara wartawan dan narasumber dikarenakan pemberitaan yang muncul, apa yang seharusnya dilakukan?


Lakukan koreksi pemberitaan dengan memuat konfirmasi dari narasumber tersebut atau orang yang berkompeten dengan permasalahan. Selanjutnya penuhi amanat UU 40/1999 tentang Pers yang mengatur hak jawab. Kalau koreksi sudah kita laksanakan maka akan aman, yang kini sering terjadi hak koreksi itu tak pernah dilakukan media.

Di Indonesia konflik dengan pers selalu diselesaikan dengan jalur pidana. Pendapat Anda?


Itulah di Indonesia. Penyelesaian hukum ditempuh dengan cara terbalik-balik. Padahal pidana itu merupakan jalur terakhir ketika upaya lain tidak bisa lagi ditempuh. Kalau di negara lain seperti Amerika, ketika mempunyai persoalan dengan pers mereka melakukan gugatan secara perdata. (iwan setiawan)

BIODATA


Nama : Dindin Suudin SH, MH
Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 11 Maret 1957
Pendidikan Terakhir : S-2 Universitas Sriwijaya
Anak : Empat orang
Cucu : Satu orang
Pekerjaan : - Dosen Laboratorium FH Unsri
- Dosen Laboratorium Syariah IAIN Raden Fatah Palembang

17 Mei 2008

Minat Penelitian di Indonesia Memprihatinkan

DR MINAKO SAKAI, ANTROPOLOG DARI UNIVERSITAS NEW SOUTH WALES, AUSTRALIA

Dr Minako Sakai, antropolog Jepang yang rela meninggalkan negaranya untuk penelitian ke sejumlah negara.

Tak banyak perempuan Jepang yang mengabdikan diri di bidang penelitian.Di antara jumlah yang sedikit itu, terdapat nama Dr Minako Sakai.

Sejak 1993 silam, Minako memilih untuk meninggalkan Jepang dan melakukan perjalanan penelitian ke beberapa negara, diantaranya Amerika, Singapura, Indonesia, dan Australia. Bahkan, di negara terakhir itu, akhirnya perempuan asli Jepang tersebut menetap dan tercatat sebagai dosen antropologi di Universitas New South Wales, Australia. Sebagai seorang peneliti dan akademisi, Minako mengaku sangat tertarik mengkaji isu perkembangan ekonomi Islam di Indonesia. Selain itu, sistem yang berlaku dalam dunia pendidikan di Indonesia pun tidak luput dari pengamatannya. Hal itu tidak lain karena Indonesia dan masyarakatnya bukan lagi sesuatu yang asing lagi baginya. “Saya pernah menjadi dosen dan peneliti tamu di UI (Universitas Indonesia), Unair (Universitas Airlangga), Universitas Andalas, dan Unsri (Universitas Sriwijaya),” ujar penyandang gelar S-3 bidang Antropologi Sosial dari Australian National University, Canberra, Australia, ini.

Dari hasil penelitian dan pengamatan ibu satu putra ini, budaya riset di Indonesia dari tahun ke tahun semakin berkurang. Hal itu terlihat dari berkurangnya minat untuk meneruskan riset setelah seorang dosen mencapai level S-3nya. Menurut dia, salah satu penyebabnya, yakni sistem kepangkatan dosen di Indonesia. Kalau di Australia, Inggris, dan Amerika, gelar S-3 merupakan kualifikasi paling rendah untuk menjadi dosen. Bahkan, banyak peneliti harus melamar posisi sebagai peneliti post-doctoral fellow, sebelum diterima sebagai dosen tetap.

Persyaratan untuk diterima sebagai calon dosen tetap itu adalah dengan hasil riset setelah S-3. Setelah diterima sebagai dosen, biasanya posisi dosen itu tidak terjamin sebagai dosen tetap (tenure). Untuk diterima sebagai dosen tetap, biasanya peneliti bekerja lebih keras lagi daripada saat berkuliah meraih S-3 dan setengah mati menulis di jurnal internasional. ”Kondisi berbeda dapat ditemui di Indonesia. Tidak sedikit dosen yang bisa mengurus naik pangkat sebagai profesor hanya berselang beberapa tahun setelah S-3,”tuturnya kepada SINDO.

Istri dari Allan, seorang peneliti yang kini bekerja di Australia National University (ANU), itu mengungkapkan, kendala lain yang menyebabkan peneliti di Indonesia terus berkurang karena faktor kesejahteraan yang tidak mencukupi. Namun ditegaskannya, hal itu tidak hanya dialami para peneliti di Indonesia, tetapi hampir di seluruh dunia. Namun, hal itu tidak lantas menjadi alasan utama untuk tidak melakukan riset. ”Suami saya telah memperoleh S-3 pada 1979 dan pernah bekerja di instansi yang terkemuka di dunia. Bahkan, dia pernah menjalani penelitian tiga tahun di UCLA, tiga tahun di Harvard University, dan tiga tahun di ANU. Namun pada kenyataannya, sampai sekarang suami saya belum mempunyai posisi tetap sebagai peneliti sains (molecular biology),” ungkapnya.

Sebagai orang yang mencintai dunia riset dan banyak berhubungan dengan kondisi Indonesia, Minako sangat menyayangkan kondisi perkembangan IT (informasi dan teknologi) serta teknologi perpustakaan (online journal) yang sangat penting untuk membuka wacana ilmiah internasional. Sebenarnya sudah ada sejumlah jurnal ilmiah di bidang sosial yang sangat bermutu dari universitas di Indonesia setelah era otonomi daerah. Namun, jurnal ilmiah Indonesia tersebut kebanyakan tidak online dan tidak dijual di toko buku. ”Untuk memunculkan kembali minat penelitian di Indonesia, paling tidak langkah yang harus diambil adalah jurnal- jurnal di Indonesia harus dijadikan online, sekaligus website dari universitas di Indonesia perlu dipromosikan lebih keras,” serunya. (iwan setiawan)

foto : iwan setiawan

publikasi : sindo sumsel; sabtu 17 mei 2008; halaman 9

Peminat Perumahan High Class Meningkat

PALEMBANG (SINDO) – Kenaikan berbagai harga komoditas, termasuk material bangunan, tidak membuat pemasaran perumahan high class menurun. Bahkan, tren penjualan rumah berkategori mahal itu terus meningkat.

Sekretaris Jenderal Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Real Estate Indonesia (REI) Sumsel Agus Alamsyah mengatakan, peningkatan penjualan perumahan dengan harga mahal itu justru mengalami kenaikan yang signifikan dalam dua tahun terakhir. Namun, hal itu sangat tergantung lokasi, tipe, dan model rumah tersebut. ”Saat ini masyarakat sangat gemar dengan berbagai macam bentuk rumah dan fasilitas yang eksklusif yang disediakan pengembang. Pantauan kita di REI, untuk rumah midlle to up sangat bagus perkembangannya,” ujarnya kemarin.

Menurut Agus, kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) yang diikuti dengan kenaikan harga barang kebutuhan lainnya, termasuk material bangunan dan fluktuasi suku bunga perbankan, cukup berpengaruh terhadap kelanjutan pembangunan beberapa perumahan kelas atas tersebut. Dia menjelaskan, secara umum kenaikan harga barang material bangunan memicu naiknya nilai produksi hingga 30%. ”Kondisi saat ini sangat dilematis bagi kita, di satu sisi pengembang kesulitan untuk melanjutkan pembangunan kalau tidak menaikkan harga produksi,” katanya.

Sementara itu, staf Marketing PT Istana Kenten Indah, pengembang perumahan Grand Garden, Soleh mengatakan, dari 350 kaveling siap bangun (KSB) di areal 12,5 hektare tersebut, setidaknya 60% atau 210 unit rumah telah terbangun. Dia mengungkapkan, sebanyak 157 unit telah terjual dan ditempati pembelinya. ”Di kompleks ini kisaran harganya antara Rp 282 juta hingga tertinggi bisa mencapai Rp 2,2 miliar,” terangnya. (iwan setiawan)

Indovision Rambah Sumsel

PALEMBANG (SINDO) – PT MNC Skyvision sebagai pemilik merek tayangan televisi Indovision optimistis mencapai target pelanggan 60.000.

Sekretaris PT MNC Skyvision Arya Mahendra mengatakan, untuk mencapai target tersebut, langkah pertama yang dilakukan perusahaan yang berada dalam kelompok usaha Media Nusantara Citra (MNC) adalah membuka cabang ke-9 di Kota Palembang. Dia berharap, dengan dibukanya kantor cabang, dapat meningkatkan jumlah pelanggan Indovision di Sumatera Selatan (Sumsel) terutama di Kota Palembang.

Menurut Arya, peluang pasar TV kabel di Sumsel masih sangat besar dan belum sepenuhnya tergarap. ”Hitungannya, penetrasi pasar TV berlangganan di Sumsel hanya 0,85 %. Artinya masih sangat besar peluang para operator untuk masuk dan memberikan pilihan kepada masyarakat,” ujarnya saat melakukan audiensi dengan Sekretaris Daerah (Sekda) Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan kemarin.

Arya yang didampingi Kepala Cabang Indovision Palembang Yudi Hadi Suwito mengungkapkan, saat ini jumlah pelanggan Indovision di Kota Palembang mencapai 5.000 pelanggan. Namun, angka pertumbuhan pelanggan dalam satu bulan terakhir sangat menggembirakan karena jumlahnya bertambah sebanyak 1.200 pelanggan. Arya mengatakan, secara nasional, Indovision telah melayani lebih dari 420 ribu pelanggan. Jumlah itu diyakininya akan terus meningkat karena program-program unggulan yang ditawarkan adalah yang terbaik dan tidak terdapat di TV kabel lain.

”Untuk program tayangan keluarga kita sangat lengkap, mulai program anak-anak seperti Baby TV, infotainment luar dan dalam negeri, serta program sport,” jelasnya mantap.

Sementara itu, Sekda Provinsi Sumatera Selatan Musyrif Suwardi menyambut baik dibukanya kantor cabang Indovision di Kota Palembang. Musyrif mengharapkan, jaringan TV berlangganan tidak hanya membeli content dari luar negeri namun juga memproduksi atau menayangkan content bersifat lokal. ”Banyak juga sekarang ini muatan lokal atau daerah yang layak untuk diangkat ke tingkat regional, nasional, bahkan internasional,” tukasnya.

Selain memberi masukan masalah tayangan, dia juga berterima kasih atas kebijakan PT MNC Skyvision yang merekrut tenaga kerja asal Sumsel dalam operasional. Penggunaan tenaga kerja lokal sangat membantu pemerintah dalam mengatasi meningkatnya angka pengangguran di Provinsi Sumatera Selatan. ”Saya atas nama Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan memberikan apresiasi atas kebijakan perusahaan yang mau menyerap tenaga kerja lokal. Sebab berdasarkan pengalaman, perusahaan asing atau investor di luar Sumsel yang masuk ke sini biasanya 80% pegawainya adalah bawaan dari kantor pusatnya,” tandasnya. (iwan setiawan)

Pasokan BBM ke SPBU di Palembang Masih Aman

PALEMBANG (SINDO) – Ketersediaan bahan bakar minyak (BBM) di stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) di Kota Palembang tidak terpengaruh oleh pengumuman pemerintah mengenai rencana kenaikan harga BBM bersubsidi beberapa waktu lalu.

Pengelola SPBU 24.301.02 di kawasan Sekip, Dudi mengatakan, hingga saat ini belum ada kendala yang berarti dalam pengiriman stok BBM jenis premium dan solar dari PT Pertamina. Dia menegaskan, pasokan BBM ke SPBU yang dikelolanya masih normal, yaitu 10 kiloliter (kl) per hari. “Pasokan tersebut tergantung kebutuhan masing-masing SPBU. Karena kita cuma memiliki kapasitas bak penampungan 15 kl, maka kita hanya meminta pengiriman 10 kl,” ujarnya kemarin.

Sementara itu, Asisten Humas Pertamina UPms II Palembang Robert MVD mengaku, meski pemerintah telah mengumumkan rencana kenaikan harga BBM bersubsidi, respons masyarakat di Sumsel dan Palembang khususnya masih normal. Robert menyatakan sangat sulit untuk melakukan penambahan kuota BBM karena jumlah tersebut telah ditetapkan di awal tahun lalu. ”Sementara ini aman saja. Masyarakat kita imbau jangan melakukan panic buying. Kalau pasokan dari kilang Pertamina lancar dan tidak ada penimbunan, saya rasa tidak akan ada masalah. Sebab, jika dibanding 2007 lalu, kuota Sumsel naik 5%,” terangnya. (iwan setiawan)

16 Mei 2008

Warga Diimbau Bersikap Jujur

1.000 ANGGOTA MAJELIS TAKLIM GELAR DOA BERSAMA

PALEMBANG (SINDO) – Seribu anggota majelis taklim menggelar doa bersama kemarin menjelang proses pemilihan kepala daerah (Pilkada) 7 Juni 2008 mendatang.

Menurut ketua panitia Azimah, kegiatan yang dihadiri seribu undangan ini merupakan ajang rutin yang dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan para ibu anggota majelis taklim mengenai agama Islam. Selain itu, kegiatan juga dimaksudkan sebagai upaya meningkatkan tali silaturahmi antar sesama anggota. ”Secara bergiliran, kita mengadakan tausiah dan mengundang seluruh majelis taklim di Palembang ini,” ujarnya di sela-sela acara tausiah kemarin.

Selain mendengarkan siraman rohani dari ustaz HM Nurdin Mansyur, para anggota majelis taklim melakukan tanya jawab mengenai permasalahan yang sering ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Setelah itu, mereka berdoa bersama untuk keamanan Kota Palembang menjelang pemilihan kepala daerah (Pilkada) 7 Juni mendatang. "Kita sangat berharap, selama proses pilkada baik untuk Kota Palembang maupun Provinsi Sumatera Selatan bisa berjalan lancar, aman, dan tertib. Semoga juga nantinya pemimpin yang terpilih adalah pemimpin yang berakhlakul karimah dan tidak hanya mengumbar janji saat kampanye,” tandasnya.

Dalam ceramahnya, Ustaz HM Nurdin Mansyur menyampaikan, saat ini manusia sudah mulai mengabaikan budi luhur dan akhlak mulia. Menurut dia, pikiran manusia saat ini sudah diracuni gelimang materi yang membuat manusia lupa akan hati nuraninya. Namun pada saat pemilihan nanti, Nurdin mengharapkan masyarakat bersikap jujur dalam memilih pemimpin yang memiliki akhlak dan moral yang baik. ”Mari kita berdoa untuk Kota Palembang agar pemimpin ke depan nanti merupakan pemimpin yang benar-benar layak, berkompeten, dan perhatian dengan warganya,” tandasnya. (iwan setiawan)

14 Mei 2008

Pemerintah Bantu UKM

BUDI DAYA ANGGREK SULIT DIKEMBANGKAN

PALEMBANG (SINDO) – Ketua Perhimpunan Anggrek Indonesia (PAI) Kota Palembang Sulastri mengatakan, usaha budi daya anggrek di Kota Palembang masih minim karena terkendala cuaca dan ketersediaan air. Dia menuturkan, saat ini di Kota Palembang terdapat sekitar 225 pengusaha anggrek yang terdiri dari 210 pedagang dan 15 pembudi daya. Dosen Fakultas Ekonomi Unsri ini menuturkan, PAI terus mendorong pedagang anggrek menjadi pembudi daya sehingga jalannya usaha tidak tergantung pada supplier.

Dia menuturkan, dengan menjalankan usaha budi daya, petani anggrek memiliki kesempatan mendapatkan bantuan permodalan dari pemerintah. “Setahu saya, Pemerintah Kota (Pemkot) Palembang melalui Dinas Pertanian memiliki program bantuan terhadap usaha kecil menengah, khususnya bidang pertanian. Salah satunya, usaha budi daya anggrek,” ujarnya kepada SINDO kemarin.

Sulastri mengungkapkan, bantuan yang diberikan berupa kredit lunak yang besarannya bervariasi setiap tahunnya. Sedangkan dari pengurus PAI, bantuan yang diberikan kepada para petani berupa pelatihan, berbagai event promosi, dan pameran hasil budi daya yang dimiliki pengusaha anggrek. “Kita ini kan organisasi hobi, jadi kalau memberikan bantuan finansial besar agak berat. Kita pengurus ini hanya melobi pemerintah maupun pihak lain untuk bisa menyalurkan bantuannya kepada anggota kita,” katanya.

Sementara itu, salah seorang petani anggrek yang mendapatkan bantuan pada 2007 lalu, Marjohan, mengatakan, kelompok usaha anggrek Sri Rezeki miliknya dan rekan-rekannya mendapatkan bantuan dari Dinas Pertanian Kota Palembang sebesar Rp 358 juta. Jumlah itu masih harus dibagi rata kepada 19 orang yang tergabung dalam kelompok. ”Bantuan itu untuk memperbaiki gedung, penyediaan pembibitan, dan penyediaan pendukung usaha yang lainnya,” terangnya.

Namun, diakui Marjohan, saat ini kebanyakan para pengusaha memilih untuk menjadi pedagang anggrek dibandingkan menjadi pembudi daya. (iwan setiawan)

Target Sriwijaya Fair Rp 80 M

PALEMBANG (SINDO) – Panitia Sriwijaya Fair 2008 optimistis target transaksi mencapai Rp 80 miliar tercapai.

Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi (Pemprov) Sumatera Selatan (Sumsel) Abdul Shobur mengatakan, Pemprov Sumsel bekerja sama dengan sejumlah pihak/lembaga akan menggelar pameran akbar Sriwijaya Fair 2008. Dia menuturkan, pameran disiapkan sebagai agenda akbar di bidang perdagangan, investasi, dan pariwisata Sumsel. Dia menjelaskan, peserta Sriwijaya Fair 2008 akan melibatkan berbagai daerah di Indonesia dan beberapa negara sahabat dengan target transaksi minimal Rp 80 miliar. Menurut dia, hingga kemarin sudah terdaftar sebanyak 200 peserta termasuk perwakilan dari pengusaha lima negara, yaitu India, Saudi Arabia, Kanada, Malaysia, dan Rusia. “Selain ajang pameran berbagai produk unggulan masing-masing daerah, dalam acara itu juga akan diadakan temu investor, seminar, dan promosi pariwisata,” jelas Shobur kemarin.

Dia mengungkapkan, dengan ajang pameran produk unggulan ini, diharapkan posisi perekonomian Sumsel secara umum semakin kuat baik di tingkat regional, nasional, maupun internasional. Selain itu, dengan menampilkan potensi unggulan daerah, maka kemungkinan investasi di daerah bisa semakin besar. “Kita harapkan multiplier effects dari kegiatan ini bisa bermanfaat buat masyarakat luas. Bahkan usaha kuliner untuk pengunjung dalam acara ini akan lebih banyak dibanding kegiatan serupa tahun lalu,” ungkapnya.

Project Manager Sriwijaya Fair 2008 dari EO Antheus, Milda mengatakan, hingga kemarin 200 stan yang disediakan terisi penuh. Milda menuturkan, kebanyakan peserta yang hadir membawa hasil kerajinan tangan (handycraft) unggulan dari usaha menengah kecil mikro (UMKM) binaan Dinas Perindustrian dan Perdagangan di daerahnya masing-masing. “Peserta pameran kali ini banyak dari UMKM di Pulau Jawa,” katanya.

Dia menambahkan, selain ajang pameran, pada 16 Mei 2008, selama satu hari akan dilaksanakan business gathering yang membahas mengenai pengembangan usaha kecil dan menengah. “Nanti para pengusaha akan berbagi pengalaman,” tandasnya. (iwan setiawan)

13 Mei 2008

Tenaga Penelitian Tak Merata

PALEMBANG (SINDO) – Penyebaran tenaga dan kualitas penelitian di Indonesia saat ini dinilai kurang merata dan didominasi para peneliti dari Pulau Jawa.

Peneliti dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Dr M Ahkam Subroto mengatakan, berdasarkan proposal penelitian yang masuk ke LIPI dalam kurun waktu satu dasawarsa terakhir, secara kuantitas mengalami peningkatan. Namun, peningkatan kuantitas belum diiringi dengan peningkatan kualitas. Hal itu disebabkan minimnya kemauan para peneliti untuk melakukan riset di bidang ilmu dasar sehingga riset yang dilakukan lebih terfokus pada ilmu terapan. “Padahal, tanpa pengembangan ilmu dasar, sebuah penelitian tidak akan kuat. Oleh karena itu, kita mengapresiasi penelitian para profesor dan doktor yang melakukan penelitian di bidang ilmu dasar sebagai dasar pengembangan ilmu baru,” ujarnya ditemui SINDO pada pembukaan Workshop Metodologi Penelitian dan Pekan Ilmiah Remaja, kemarin.

Ahkam mengungkapkan, dari sekitar 800 proposal penelitian yang masuk setiap tahunnya ke LIPI untuk mengikuti Lomba Karya Ilmiah Remaja, secara kualitas terus mengalami perbaikan. Akan tetapi, dari sekian banyak proposal penelitian, para pelajar dan mahasiswa yang bersekolah di Pulau Jawa lebih dominan dibanding pelajar dan mahasiswa di luar Jawa. “Secara kuantitas sudah hampir berimbang yaitu 60:40 antara penelitian dari Jawa dan luar Jawa. Akan tetapi, kalau bicara kualitas, ya, bisa 80:20 perbandingannya,” tukasnya.

Diakui peneliti berkaca mata itu, kendala yang sangat terlihat dalam sebuah penelitian adalah penulisan proposal dan karya tulis ilmiah yang belum tersusun secara rapi. Dia menuturkan, hal itu merupakan tanggung jawab bagi para guru, dosen, peneliti, dan pemerintah daerah untuk meningkatkan kualitas penulisan suatu penelitian.

Sebagai wujud tanggung jawab itulah anggota LIPI melakukan kunjungan ke daerah-daerah untuk memberikan standardisasi dalam suatu penelitian. Ahkam menuturkan, dalam kunjungannya LIPI juga memberikan arahan mengenai penyusunan proposal penelitian dan tata cara penulisan karya tulis ilmiah. “Terkadang isi proposal penelitian yang masuk ke kita itu bagus sekali secara isi. Tetapi karena penyajian data dan redaksionalnya amburadul, membuat tim penilai kesulitan dan memvonis tidak meloloskan penelitian tersebut,” terangnya.

Kepala Badan Diklat Provinsi Sumatera Selatan Harun Al Rasyid mengatakan, dengan semakin sering menggelar kegiatan lomba karya ilmiah, diharapkan muncul peneliti-peneliti baru yang dapat mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dia berharap, hasil penelitian tersebut dapat meningkatkan derajat hidup masyarakat secara umum. “Pemerintah akan terus mendukung dan mendorong lahirnya peneliti baru dengan hasil penelitian yang diharapkan bisa bermanfaat untuk masyarakat banyak,” tegasnya.

Harun mengungkapkan, minimnya jumlah peneliti maupun hasil penelitian di Sumsel ini dipengaruhi paradigma bahwa untuk melakukan sebuah penelitian dibutuhkan waktu lama dan biaya besar. Menurutnya, bagi calon peneliti bisa mengajukan proposal kepada pemerintah maupun perusahaan yang berkompeten. ”Di setiap pemda, kan, ada (badan) Litbang-nya. Hubungi mereka dan kalau dinilai layak, maka pemerintah akan mengusahakan bantuan biaya penelitian,” ungkapnya. (iwan setiawan)

Lomba burung kicau


Para juri perlombaan tengah menilai burung murai batu yang bertanding dalam kelas eksekutif. Ratusan burung berbagai jenis seperti murai batu, kenari, kacer, cucakrawa, lovebird, dan cendet mengikuti ajang Pameran dan Lomba Burung Berkicau Gubernur Cup Sumatera Selatan 2008. Acara tersebut digelar di halaman parkir GOR Sriwijaya Minggu 11 Mei 2008.

publikasi : sindo sumsel; selasa 13 mei 2008; halaman 36

12 Mei 2008

Fisik dan Lengkingan Sempurna Kunci Kemenangan

RAJA, PEMENANG LOMBA BURUNG BERKICAU GUBERNUR CUP SUMSEL 2008


Burung murai batu bernama “Raja” berpose bersama pemiliknya Juliansyah.

Berbagai jenis burung bersuara indah, seperti murai batu, kacer, cucakrawa, anis, cendet, dan kenari bertengger di lapangan parkir GOR Sriwijaya Palembang, kemarin. Ratusan burung itu bertarung dalam Pameran dan Lomba Burung Berkicau Gubernur Cup Sumatera Selatan 2008 yang diikuti sekitar 200 peserta. Mereka berasal dari klub anggota Pelestari Burung Indonesia se-Sumatera bagian Selatan.

Dalam perlombaan itu dipertandingkan 20 kelas yang terbagi dalam tiga kategori, yaitu eksekutif, bintang, dan favorit. Kelas eksekutif merupakanyang paling bergengsi dalam ajang ini. Predikat terbaik diraih ”Raja”, seekor burungmurai batu dari Kabupaten Lahat. Kicauannya yangmelengking sempurna mampumenarik perhatian enam juri yang melakukan penilaian terhadap 60 ekor burung yang turun dalam lomba kelas murai batu eksekutif. Selain lengkingan suarayang bulat sempurna, Raja jugamemiliki penampilan fisik yang indah, mulai dari bagian kepala hingga paruhnya yang berwarna hitam mengkilat, sangat serasi dengan warna cokelat di bagian bawah tubuhnya. Juliansyah, empunya Rajatidak menyangka akan menang dalam lomba kali ini, karena menurutnya, persaingan dalam lomba di Palembangcukup berat. Akan tetapi, setelah ditetapkan para juri bahwa Raja merupakanyang terbaik dibanding 59 burung lain, Juliansyah mengaku bangga karena hasil jerih payahnya merawat Raja selama ini membuahkan hasil. ”Ternyata, nama Raja yang saya berikan terbukti membawa hoki. Semoga ke depannya burung ini bisa menjadi penguasa dalam setiap perlombaan yang diikuti,” harap Juliansyah senang usai menerimatrofi.

Juliansyah berbagi cerita, Raja dibeli oleh pamannya, Hairul Aswad, dari sesama pencinta burung di Lahat awal 2007lalu dengan harga Rp3 juta. Namun, karena kesibukan sang paman, perawatan Raja sehari-hari merupakan tanggung jawab Juliansyah. Mahasiswa salah satu universitasswasta di Palembang itu mengatakan, dalam merawatburung kicau jenis murai batu, memang dibutuhkan ketelitian dan perhatian. Selain harus diberi makan secara teratur, burung tersebut harus mendapatkan sinar matahari yang cukup dantidak berlebihan. Setelah itu, murai batu juga harus dimandikan minimal satu hari sekali. ”Sebisa mungkin, sangkar burungnya dibersihkan setiap hari, karena burung jenis murai sangat gampang stres kalau lingkungannya tidak nyaman,”ujarnya berbagi tips.

Selain hal rutin itu, masih ada satu hal yang tidak dilupakannya dalam menjaga kemerduankicau burung tersebut, yaitu memberi makanan telur semut dan jangkrik setiap hari. ”Saya sengaja tidak memberikan burung sayavitamin burung atau obat-obatan lain yang biasa dijual di pasaran. Menurut saya, suplemen seperti itu malah menyebabkan ketergantungan bagi burung, dan kicauannyajuga kurang merdu,”ujarnya.

Sejak dibeli 2007 lalu, Raja telah mengikuti perlombaandi berbagai kota seperti Lahat, Pagaralam, dan Lubuklinggau. Namun, kemenangan di Palembang ini merupakan kemenangan perdana bagi Raja. Oleh sebab itu, Juliansyah berjanji akan lebih merawat Raja dan mengincar gelar-gelar lainnya.Selain merawat Raja, saat ini Juliansyah merawat sekurangnya enam ekor burung milik pamannya yang terdiri dari dua ekor burung muraibatu, dua ekor burung kenari, satu ekor burung kacer, dansatu ekor burung cucakrawa. Untuk satu ekor burung, sekurangnya membutuhkan biaya Rp30 ribu setiap hari. Meski harus mengeluarkan anggaran lebih dari Rp1,8juta setiap bulan, Juliansyah tidak pernah menemukan masalah berarti dalam pendanaan,karena sang paman selalu siap menyokongnya.(iwan setiawan/CR 19)

foto : iwan setiawan

publikasi : sindo sumsel; senin 12 mei 2008; halaman 9

11 Mei 2008

Anggrek Dendrobium Smilliae Raih The Best Species

ASIAN ORCHID EXHIBITION 2008 DI PALEMBANG (2-HABIS)

Kegiatan Asian Orchid Exhibition 2008 juga menilai bunga anggrek yang berasal dari berbagai kalangan hobi, pengusaha, dan pembudidayanya.

Santy S Peeters bersama anggrek Dendrobium Smilliae yang meraih The Best Of Species

Pengumuman anggrek terbaik di tiap kelas yang dilombakan, dilakukan di sela-sela pembukaan Asian Orchid Exhibition 2008 kemarin. Ketua Umum DPP PAI Hj Mufidah Jusuf Kalla yang membuka secara resmi pameran anggrek Asia itu, berkesempatan memberikan secara langsung piala kepada pemilik tanaman anggrek yang ditetapkan juri sebagai yang terbaik. Adapun gelar The Best of Species diraih anggrek DendrobiumSmilliae yang dimiliki Santy S Peeters dari SP Orchids Jakarta, sedangkan untuk kategori The Best of Hybrid, jatuh pada anggrek Cymbidium San Fransisco yang dibawa Florida S Marbun dari Ridho Orchids Bandung.

Santy S Peeters menceritakan, tanaman tersebut merupakan salah satu dari sekian banyak koleksi anggrekdan tanaman hias yang dimilikinya. Jenis tanaman tersebut didapatkannya dari hasil hunting di wilayah Hutan Merauke, Provinsi Papua. Anggrek jenis ini memili-ki bentuk unik dan berbeda dengan anggrek lainnya. Bunganya yang kecil-kecil saling bersatu sehingga menjadi satu kuntum bunga besar. “Saya beli anggrek ini sekitar awal tahun (2007) lalu. Cukup mahal, waktu itu harganya Rp4,5 juta untuk tiga batang, dan harus jemput ke Papua langsung. Tetapi, karena memang unik dan bagus bentuknya, terus juga telanjur cinta (anggrek), maka mahal itu relatif ya,” ujar Santy ditemuiSINDO di stan SP Orchid kemarin.

Menurut dia, bunga yang dirawatnya itu setelah dinyatakan sebagai yang terbaik pada Asian Orchid Exhibition 2008 di Palembang, langsung ditawar beberapa penggemar anggrek yang hadir di pameran itu. Bahkan, harga yang ditawarkan orang yang menginginkan bunga tersebut cukup besar, berkisar antara Rp3 juta hingga Rp10 juta. Akan tetapi, Santy masih belum melepas bunga yang telah dirawatnya selama setahun lebih itu dengan alasan, masih mencari orang yang benar-benar dianggapnya cocok dengan karakter anggrek tersebut. “Bunga anggrek bukan hanya perlu perawatan seperti bunga-bunga lain yang cukup disiram, diberi pupuk, atau dibersihkan. Anggrek juga butuh perlakuan khusus dari pemiliknya, jadi saya akan lihat dulu siapa yang benar-benar berminat terhadap bunga itu,”tuturnya.

Sementara itu, pemilik anggrek Cymbidium San Fransisco Florida S Marbun mengatakan, kemenangan yang diraih anggrek miliknya tidak diperkirakan sebelumnya. Bunga anggrek dengan warna merah muda sempurna itu telah dikembangkannya sejak 2004 lalu. Menurutnya, anggrek jenis itu merupakan hasil persilangan antara beberapa jenis anggrek Cymbidium sehingga menghasilkan varietas baru. “Pada 2004 lalu, kita datangkan 2.000 batang anggrek jenis Cymbidium dari Australia, lalu kita coba silangkan dengan anggrek lain, salah satu hasilnya yang menang ini,”terang dia.

Florida S Marbun dengan anggrek Cymbidium San Fransisco meraih kategori The Best of Hybrid

Florida mengungkapkan, masih terdapat banyak jenis anggrek di tempat pengembangan bunga eksotis itu di tempatnya. Untuk mengikuti pameran kali ini, dia mengaku hanya membawa sekitar 20 jenis dari 50 jenis anggrek yang dibudidayakannya. Untuk jenisnya, Ridho Orchids miliknya yang berada di Bandung, lebih memfokuskan budi daya anggrek jenis Grammatophyllum, Dipodium, Cymbidium, dan Dendrobium. (iwan setiawan)

foto : iwan setiawan

publikasi : sindo sumsel; minggu 11 mei 2008; halaman 9

10 Mei 2008

X-Ray VIP Bandara Rusak

Barang Bawaan Rombongan Istri Wapres Diperiksa Manual

PALEMBANG (SINDO) – Fasilitas x-ray untuk memeriksa barang bawaan penumpang di Gedung VIP Bandara Internasional Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) II rusak.

Kepala Cabang PT Angkasa Pura II Bandara Internasional SMB II Resmi Wandi mengatakan, kerusakan peralatan deteksi canggih itu dilaporkan oleh staf yang berjaga di gedung penerimaan tamu VIP dan VVIP dua hari lalu. Menurut Resmi, kerusakan yang dialami mesin itu cukup parah sehingga tidak bisa dioperasikan sama sekali. Padahal, hari ini rencananya istri Wakil Presiden (Wapres) Mufidah Jusuf Kalla beserta rombongan akan tiba di Palembang guna membuka kegiatan Asian Orchid Exhibition. “Biasanya kan kalau pejabat atau istri pejabat negara berkunjung ke daerah, waktunya singkat. Meski statusnya tamu VIP dan VVIP, sebelum rombongan masuk pesawat untuk berangkat kembali, prosedurnya barang bawaan harus melalui pemeriksaan x-ray terlebih dahulu,” ujarnya kepada SINDO kemarin.

Resmi tidak dapat memprediksi berapa lama perbaikan x-ray akan selesai. Perbaikan sangat tergantung dengan persediaan spare part yang akan digunakan. Tetapi, jika sampai kepulangan rombongan istri Wapres Jusuf Kalla mesin x-ray di Gedung VIP Bandara Internasional SMB II belum juga berfungsi, pihaknya akan mengajukan dua pilihan. Pertama, barang bawaan akan diperiksa melalui mesin x-ray yang berada di terminal penumpang umum dan diperkirakan memakan waktu cukup lama atau pemeriksaan akan dilakukan secara manual.

Sementara itu, ketika SINDO mencoba mengonfirmasi Dinas Perhubungan Provinsi Sumatera Selatan sebagai pihak yang bertanggung jawab atas perawatan mesin x-ray di Gedung VIP Bandara Internasional SMB II tersebut, tidak ada satu pun pejabat yang bersedia memberikan penjelasan. Kadishub Provinsi Sumsel Achmad Najib maupun Kasubdin Perhubungan Udara Syarif Ali yang coba dikonfirmasi, baik ke kantor maupun melalui ponselnya, keduanya tidak bisa dihubungi.

Kepala Dinas Perhubungan Kota Palembang Syaidina Ali yang dimintai pendapatnya menuturkan, kerusakan fasilitas x-ray tersebut bisa diakibatkan usia pemakaian mesin, kesalahan prosedur pemakaian, dan beberapa faktor lain. Untuk mengantisipasi hal itu, yang harus dilakukan adalah menggunakan mesin sesuai petunjuk penggunaan dan melakukan perawatan rutin. (iwan setiawan)

Anggrek Bermotif Macan Tutul Khas Papua

ASIAN ORCHID EXHIBITION 2008 DI PALEMBANG (1)

Pengurus DPC PAI PT Freeport Indonesia menunjuk anggrek macan ciri khas dari hutan belantara Papua.


Asian Orchid Exhibition 2008 akan berlangsung di Palembang mulai 10–18 Mei 2008. Event ini sangat memanjakan pencinta bunga, khususnya jenis anggrek.

Berbagai jenis bunga anggrek, mulai yang biasa hingga yang termahal, dalam sepekan ke depan bisa dinikmati secara langsung. Kegiatan yang dibuka Ketua Perhimpunan Anggrek Indonesia (PAI) Pusat Hj Mufidah Jusuf Kalla ini diikuti 40 stan, terdiri atas perwakilan berbagai daerah di Indonesia, seperti Bangka Belitung,Bandung, Lampung, Bali, Medan, Papua, dan tuan rumah Palembang. Bahkan, kegiatan ini juga diikuti perwakilan dari tiga negara sahabat, yaitu Malaysia, Thailand, danTaiwan. Berbagai jenis bunga Anggrek dan bunga lainnya yang masuk kategori langka dan menjadi ciri khas suatu daerah, tersusun rapi dikawasan Kambang Iwak, Jalan Tasik, Palembang.

Secara umum, stan-stan perwakilan daerah menampilkan bunga dengan jenis grammatophyllum, phalaenopsis, bulbophyllum, coeloegyne, dipodium, liparis, arundina, aerides, spathoglottis, eria, dendrobium danberbagai jenis lainnya.Peserta dari pulau paling timur Indonesia, yaitu DPC PAI PT Freeport Indonesia. Mereka membawa anggrek khas tanah Papua yang dikenal dengan nama anggrek macan atau Grammathophyllum Papuanum. Bunga anggrek dengan motif seperti kulit macan tutul itu merupakan anggrek yang berasal dari hutan Papua. Banyak jenis maupun motif yang sama dengan anggrek macan, tetapi terdapat perbedaan mencolok dengan tanaman khas Papua itu.”Kalau di pulau lain, anggrek jenis macannya berbeda dengan kita. Kalau yang lain itu motifnya harimau atau garis-garis, tapi anggrek macan dari Papua motifnya bintik-bintik seperti macan tutul,” terang Koordinator Bidang Organisasi DPC PAI PT Freeport Indonesia Ricardo Komul.

Menurut Ricardo, selain anggrek macan, tanamanjenis anggrek yang juga menjadi ciri khas Papua adalah Dendrodium subclausum, dan Dendrobium undulatum. Semuatanaman itu ditemukan tumbuh di hutan belantara untuk kemudian dipindahkan ke halaman rumah guna mendapatkan perhatian dan perawatan yang lebih baik. ”Anggrek dari Papua sangat jarang yang dibudidayakankarena sumber dari alam masihbanyak. Karena itu, kita pindahkan ke pekarangan rumah dengan tujuan menjaga kelestarian,” katanya.

Mufidah Kalla memperhatikan anggrek macan tutul dari Papua

Sementara itu, Ketua II DPC PAI PT Freeport Indonesia Lessy Titihalawa yang memimpinlima pengurus lain untuk mengikuti ajang pameran bunga anggrek di Palembang mengatakan, kendala yang dihadapi karena jarak yang jauh adalah menjaga kondisi bunga-bunga tersebut supaya tetap segar. Total waktu perjalanan dari Papua sampai di Palembang memakan waktu hingga sembilan jam. Waktu tersebut terhitung lama untuk bunga yang ditaruh dalam bagasi pesawat. ”Begitu sampai di Cengkareng,bunga yang kita bawa langsung kita semprot air supaya tidak dehidrasi. Tapi masalahnya, bunga ini juga tidak boleh terlalu basah,” tuturnya.

foto : iwan setiawan

publikasi : sindo sumsel; sabtu 10 mei 2008; halaman 9

09 Mei 2008

Telepon Umum Dikelola Swasta

MARAKNYA WARTEL, PONSEL, DAN MINIM KEUNTUNGAN

Berdasarkan kebijakan baru, kini telepon umum bisa dikelola pihak swasta.

PALEMBANG
(SINDO) – Manager Customer Service PT Telkom Indonesia Tbk Kandatel Sumbagsel Nurhalim mengatakan, jumlah fasilitas telepon umum (telum) di Kota Palembang mengalami penurunan 20% setiap tahun. Dia menilai, tingginya kepemilikan telepon seluler (ponsel) semakin menyingkirkan keberadaan telum. Akibat dianggap tidak menguntungkan secara bisnis, pengelolaan telum tidak lagi dikelola PT Telkom secara langsung. ”Sejak 2007 lalu, manajemen pusat memutuskan pengelolaan telum diserahkan kepada pihak swasta dengan sistem bagi hasil,” ujarnya kemarin.

Menurut Nurhalim, dengan diserahkan kepada pihak swasta, pengelolaan telum diharapkan bisa lebih optimal, karena di dalam kontrak kerja sama tersebut, mulai dari perencanaan penempatan, operasional, hingga perawatan, dilaksanakan pihak kontraktor. Dia mengungkapkan, pihak Telkom hanya menyediakan pesawat serta line telepon. “Kalau tidak salah, persentase bagi hasilnya 70% untuk kontraktor dan 30% untuk PT Telkom. Dengan begitu, pengelolaan telum lebih fokus dan baik karena perusahaan bergerak sehari-harinya di bidang itu,” terangnya.

Berdasarkan data Kandatel Sumbagsel hingga akhir April 2008, untuk wilayah Kota Palembang terdapat 470 telum yang dioperasikan. Dia menuturkan, jumlah tersebut sudah jauh berkurang seiring semakin banyaknya orang yang memiliki ponsel. Selain itu, pengurangan jumlah belum juga diakibatkan banyaknya kerusakan yang disebabkan perilaku oknum warga yang tidak bertanggung jawab. Belum lagi maraknya pendirian warung telekomunikasi (wartel) yang semakin menyingkirkan peran telum. ”Pada 2000 lalu, jumlah telum di Kota Palembang masih sekitar 550 unit, tapi karena banyak yang rusak, otomatis berkurang. Melihat animo masyarakat atas ponsel dan pelayanan wartel, sepertinya manajemen tidak akan menambah jumlah telum,” katanya.

Staf PT Catur Elang Perkasa Agus selaku kontraktor operasional telum di Kota Palembang mengatakan, sejak tahun lalu seluruh fasilitas telum di Kota Palembang sudah diperbaiki pihaknya, bahkan secara bertahap, telum yang beroperasi diberi kamar kaca sehingga pengguna terlindung dari panas atau hujan. ”Secara bertahap, kita lakukan pembenahan terhadap fasilitas telum yang ada. Untuk merawatnya, petugas kita mengecek telum dua minggu sekali,” terangnya. (iwan setiawan)

foto : iwan setiawan


08 Mei 2008

Syahrial Diperiksa KPK 7 Jam

PALEMBANG (SINDO) – Pejabat Sumsel benar-benar dibuat KPK tidak berkutik. Setelah mengobrak-abrik Sumsel selama dua hari, kemarin giliran Gubernur Sumsel Syahrial Oesman diperiksa KPK.

Gubernur diperiksa sebagai saksi terkait izin pengalihan fungsi hutan bakau seluas 600 hektare di Kabupaten Banyuasin, Sumsel, menjadi lokasi Pelabuhan Tanjung Api Api. Pemeriksaan selama tujuh jam tersebut berlangsung di Kantor Satuan (Sat) III Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Polda Sumsel. Selain memeriksa Syahrial Oesman, pada saat bersamaan, tim penyidik KPK juga memeriksa Direktur Utama (Dirut) PT Candratex Indo Artha Chandra Antonio Tan yang juga diduga terkait dalam kasus dugaan suap pengajuan izin fungsi hutan seluas 600 hektare yang akan dijadikan Pelabuhan TAA.

Gubernur yang mengenakan pakaian safari lengan pendek warna abu-abu, datang ke Polda Sumsel sekitar pukul 10.00 WIB menumpang mobil dinas jenis Land Cruiser berplat merah BG 1. Orang nomor satu di Sumsel itu datang didampingi pengacaranya, Chairul S Matdiah dan Sekretaris Pribadi (Sespri), serta sejumlah staf Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumsel. Pemeriksaan terhadap Syahrial Oesman berlangsung dari pukul 11.00 WIB hingga pukul 17.45 WIB (selama tujuh jam). Sementara, proses pemeriksaan terhadap Chandra Antonio Tan berlangsung hingga tadi malam.

Dirut PT Candratex Indo Artha Chandra Antonio Tan datang ke polda lebih awal dari Syahrial Oesman, dengan menumpang mobil Ford warna cream berplat BG 1018 MN. Baik Syahrial maupun Chandra saat tiba di Polda, langsung menuju lantai dua gedung Sat III Tipikor Polda, tempat mereka dimintai keterangan. Tidak diketahui secara pasti berapa pertanyaan dan materi pasti pemeriksaan yang berlangsung tertutup itu.

Kapolda Sumsel Irjen Pol Ito Sumardi dan Direktur Reserse Kriminal (Dir Reskrim) Kombes Pol Lindung P Simanjuntak sempat menyambut kedatangan gubernur. Namun, pertemuan itu tidak begitu lama. Setelah Syahrial naik tangga menuju ruangan pemeriksaan, Kapolda langsung kembali ke ruang kerjanya. Gubernur Sumsel Syahrial Oesman diperiksa penyidik KPK AKP Budi Sukro Wibowo SIK di ruangan Kepala Satuan (Kasat) Tipikor Polda Sumsel. Sementara, Chandra diperiksa penyidik KPK Bagus Suro Pratomo di ruangan khusus pemeriksaan (RPK) Sat Tipikor. Pemeriksaan terhadap pejabat dan pengusaha di Sumsel tersebut, dipimpin Ketua Tim Pemeriksaan Kompol Roni Santana Tarigan.

Seusai menjalani pemeriksaan, dengan santai dan gaya yang khas, Syahrial melayani semua pertanyaan wartawan. Kepada wartawan yang menunggu sejak pagi, Gubernur mengungkapkan, banyak yang ditanyakan pihak KPK, bahkan tim penyidik KPK menyinggung hingga permasalahan nasib. “Saya diperiksa sebagai saksi, kok. Saksi atas pemeriksaan Pak Sarjan (SarjanTaher),” katanya.

Ketika ditanya berapa banyak pertanyaan yang dilontarkan penyidik, Gubernur menjawab, banyak pertanyaan yang diajukan, terkait masalah lahan dan proses izin lahan TAA. Soal dugaan suap yang dilakukan pejabat Sumsel kepada sejumlah anggota DPR, menurut gubernur, hal itu masih dalam proses penyelidikan sehingga belum bisa dijawab sekarang. Usai menjawab pertanyaan wartawan, Gubernur langsung meninggalkan Polda Sumsel menggunakan mobil dinasnya.

Kapolda Sumsel Irjen Pol Ito Sumardi kepada wartawan mengatakan, pemeriksaan Gubernur Syahrial Oesman di Polda Sumsel atas permintaan KPK. “Kita hanya meminjamkan tempat, kita tidak ada apa-apa. Saya menyambut beliau karena kami sama-sama unsur Muspida,” ungkapnya.

Ito juga mengatakan, tidak ada ruangan khusus untuk pemeriksaan pejabat, semuanya sama di ruangan yang ada, jadi tidak ada istilah istimewa.

Sementara itu, tim penyidik KPK yang memeriksa Dirut PT Chandratex Indo Artha Chandra Antonio Tan keluar dari ruangan Sat III Tipikor Dit Reskrim sekitar pukul 20.55 WIB. Empat orang anggota tim langsung memasuki mobil Kijang Innova BG 1510 MG dan segera meninggalkan Polda Sumsel. ”Sudah selesai (pemeriksaannya),” ucap seorang anggota tim KPK singkat.

Hanya berselang hitungan detik, Dirut PT Chandratex Indo Artha Chandra Antonio Tan juga keluar dari ruangan pemeriksaan tanpa diketahui wartawan yang telah menunggunya sejak pagi. Wartawan yang menunggu Chandra, harus berlarian mengejarnya karena tiba-tiba ia sudah berada di depan pintu mobilnya. Diduga, dia keluar dari pintu kecil yang terletak di samping ruang Sat III Tipikor. Chandra yang kelihatan lelah, tidak mau mengeluarkan satu patah kata pun dan langsung masuk ke kursi depan mobilnya serta meminta supirnya segera pergi menghindari wartawan.

Ketua Posko Induk Tim Sukses Syahrial Oesman, Sudirman Teguh menyatakan, pihaknya tidak akan terpengaruh dengan pemeriksaan yang dilakukan KPK terhadap Syahrial Oesman, apalagi baru sebatas dimintai keterangan sebagai saksi. “Saat ini proses pemeriksaan KPK sedang berjalan, dan kita belum bisa memberikan komentar lebih jauh,” ujarnya.

Wakil Ketua DPRD Sumsel H Bihaqqi Soefyan berpendapat, pada prinsipnya, apa yang dilakukan KPK memang sudah menjadi tugasnya dan diatur dalam peraturan perundang-undangan. Namun, dia meminta masyarakat tetap mengedepankan asas praduga tak bersalah dan tidak terlalu memvonis kesalahan sebelum terbukti kebenarannya di pengadilan. “Gubernur, kan, baru diperiksa sebagai saksi dan KPK juga masih mengumpulkan data dan bukti untuk mencari kebenaran,” ujarnya.

Anggota DPRD Sumsel dari PKS Zahruddin Hodsay menolak berkomentar. “Saya no comment,” ujarnya singkat saat dihubungi SINDO melalui ponselnya, kemarin.

Sedangkan Ketua DPW PKS Sumsel Yuswar Hidayatullah, hingga tadi malam belum berhasil dihubungi. (iwan setiawan/dadang dinata/berli z/hengky chandra agoes/muhlis)

KDRT Palembang Meningkat

PALEMBANG (SINDO) – Direktur Eksekutif Women’s Crisis Centre (WCC) Palembang Yeni Roslaini Izi mengatakan, jumlah laporan korban kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) dalam kurun waktu triwulan I/2008 ini mencapai 240 kasus. Dia mengatakan, dibandingkan data tahun-tahun sebelumnya, tren pelaporan kasus KDRT mengalami peningkatan signifikan.

WCC Palembang mencatat pada 2004 terdapat 130 kasus KDRT yang masuk ke WCC, lalu meningkat menjadi 297 kasus pada 2005, dan pada 2006 sebanyak 324 kasus. “Data yang kita punya itu tidak mencerminkan jumlah sesungguhnya yang terjadi di masyarakat. Sebab, kasus kekerasan terhadap perempuan ini seperti fenomena gunung es, yang tampak puncaknya saja,” katanya kemarin.

Menurut Yeni, di antara bentuk-bentuk KDRT yang terdata pihaknya, salah satu yang menjadi perhatian adalah kasus incest (kawin sedarah) yang semakin sering terjadi. Jika selama 2007 lalu terdapat tujuh kasus incest, maka pada 2008 jumlah itu telah tercapai dalam triwulan pertama saja. ”Dari segi usia para korban yang masih sangat belia, tentu saja hal itu sangat memengaruhi kehidupan mereka di masa depan. Usia para korban berkisar antara 8–17 tahun. Dari hasil pendampingan kita, para korban mengalami trauma berat setelah mereka berhasil keluar dari jeratan pelaku,” terangnya.

Yeni mengungkapkan, pola asuh yang selama ini diterapkan orangtua sudah saatnya diubah. Hal itu disebabkan paradigma yang selama ini ditanamkan kepada anak untuk mematuhi orang yang lebih tua darinya, sering kali digunakan untuk mengintimidasi. ”Bukan lantas kita mendukung anak tidak patuh kepada orang yang lebih tua. Tetapi, harusnya anak sejak dini diberi tahu perbuatan yang baik dan buruk atau perbuatan yang diperbolehkan dan dilarang. Jadi, mereka dapat mengantisipasi dan membentengi dirinya dari perbuatan yang tidak baik,” ungkapnya.

Sementara itu, psikolog dari Lembaga Pengembangan SDM Bina Mental Pradiana Padma mengatakan, perbuatan incest masuk dalam kategori penyimpangan perilaku seksual. Selain disebabkan tidak terkontrolnya dorongan kebutuhan biologis pelaku, peristiwa itu juga bisa dipicu dorongan psikologis yang mendapat rangsangan dari luar diri pelaku. ”Kemajuan teknologi yang tidak dibarengi dengan benteng moral yang kuat dari seorang manusia bisa menjerumuskan individu tersebut ke dalam perbuatan di luar logika,” tandasnya kemarin.

Bahkan, Pradiana menilai, saat ini telah terjadi degradasi moral di tengah masyarakat. ”Gempuran teknologi internet dan tayangan televisi menjadi faktor pemicu maraknya kasus pelecehan seksual terhadap perempuan. Selain itu, rendahnya bekal agama dan moral yang dimiliki seseorang juga sangat berpengaruh terhadap perilaku menyimpang,” ujarnya. (iwan setiawan)

07 Mei 2008

Dishut-BPPK TAA Digeledah KPK

Pejabat Sumsel Gelar Pertemuan Mendadak

PALEMBANG (SINDO) – Sumsel benar- benar diobrak-abrik KPK. Kemarin, giliran Kantor Dinas Kehutanan Provinsi Sumsel serta Badan Pengelola dan Pengembangan Kawasan Tanjung Api Api (BPPK TAA) yang digeledah tim penyidik KPK.

Sehari sebelumnya, tim penyidik KPK juga menggeledah Kantor Dinas PU Bina Marga Provinsi Sumsel dan PT Chandratex Indo Artha guna mengumpulkan bukti baru dugaan suap pengalihan hutan bakau di Banyuasin, Sumatera Selatan. Menggunakan mobil Toyota Kijang Innova hitam BG 1510 MG, tujuh anggota tim KPK mendatangi Kantor BPPK TAA dikawasan Jalan Kapten A Rivai No 408. Sekitar pukul 10.30 WIB, tim penyidik langsung masuk ruang kerja Dirut Badan Pengelola dan PengembanganKawasan TAA Sofyan Rebuin dan memeriksa berkas yang dikumpulkan dari beberapa ruang direktur. Sedikitnya terdapat tiga ruangan yang digunakan tim KPK tersebut dalam melakukan pemeriksaan berkas dan saksi. Selain ruangan dirut, tim juga menggunakan ruangan bagian umum dan ruangan direktur usaha. Di mana salah seorang anggota tim mengambil keterangan secara empat mata dengan Sofyan Rebuin. Tidak diketahui secara pasti apa yang dibicarakan tim KPK kepada mantan Sekda Provinsi Sumsel tersebut karena ruangan tertutup rapat.

Sementara di ruangan bagian umum, tampak empat anggota tim yang lain sibuk melihat tumpukan berkas yang dikumpulkan sebelumnya dan mendokumentasikannya melalui handycam. Sekitar pukul 12.15 WIB, anggota tim KPK yang mewawancarai Sofyan Rebuin keluar dari ruangan. Tidak lama berselang, Sofyan terlihat ikut keluar. Dicecar wartawan mengenai isi pemeriksaan, Sofyan mengatakan, pertanyaan yang diajukan tidak jauh soal pembebasan lahan untuk pembangunan Pelabuhan Samudra TAA. Mengenai penggeledahan kantornya, Sofyan menjawab, itu memang sudah menjadi wewenang KPK untuk mengumpulkan bukti. Akan tetapi, dia mengaku tidak mengetahui data apa saja yang dikumpulkan tim KPK karena sejak tim datang, dia langsung menjalani pemeriksaan. ”Begitu datang, mereka langsung masuk ruang kerja saya dan beberapa ruang lain. Data apa yang diambil saya tidak tahu, tanya saja sama mereka (KPK),” ucapnya singkat.

Karena terus didesak wartawan, akhirnya Sofyan memilih kembali masuk ke ruangan di mana dia diperiksa sebelumnya. Bahkan, diduga karena emosinya yang memuncak, Sofyan sempat menepukkan tangannya sebanyak dua kali dengan wajah kesal. Lalu, dia pun meminta stafnya untuk menutup pintu ruangan tersebut.

Dari pemeriksaan yang berlangsung sekitar tujuh jam tersebut, tim berhasil mengamankan dan membawa berkas menggunakan satu kardus, dua tas besar, empat tas ukuran kecil, dan dua kantong plastik yang berisikan map dan kertas yang diduga dokumen penting terkait kasus yang sedang didalami KPK.

Sebelumnya, Sekda Musyrif Suwardi, Kepala Dinas Kehutanan Dodi Supriadi, dan Wakadis PU Bina Marga Heldi Sabri menemui Wagub Mahyuddin NS yang baru saja tiba dari Jakarta. Diduga pertemuan yang berlangsung tertutup tersebut membahas penggeledahan tim KPK di beberapa kantor dinas terkait dugaan suap alih fungsi lahan bakau di Banyuasin. Akan tetapi, Kadishut Dodi Supriadi yang ditemui wartawan sekeluarnya dari ruangan Wagub, tidak mau berkomentar apa-apa. Bahkan dengan langkah cepat, Dodi menghindar dari wartawan dan langsung menuju mobil Panther merah B 1222 yang membawanya pergi.

Sekda Provinsi Sumsel Musyrif Suwardi ditemui di kantor gubernur kemarin mengatakan, pertemuan di ruang Wagub kemarin hanyalah koordinasi tugas biasa dan tidak ada kaitannya dengan pemeriksaan tim KPK. Ditanya apakah tim KPK sudah ”permisi” untuk memeriksa kantor dinas dan pejabat Pemprov Sumsel, Musyrif mengungkapkan tidak pernah ada pengajuan izin pemeriksaan tersebut. Sebab, menurutnya, pemeriksaan untuk memperoleh suatu bukti merupakan kewenangan bagi lembaga KPK. ”Saya nggak tahu ada (pengajuan) izin (pemeriksaan), ya belum ada. Kan KPK nggak perlu koordinasi untuk memeriksa,” katanya.


Dinas Kehutanan Ikut Digeledah

Pemeriksaan dan penggeledahan guna mencari bukti baru juga berlangsung di Kantor Dinas Kehutanan Provinsi Sumsel. Tim penyidik KPK tiba di Kantor Dinas Kehutanan sekitar pukul 11.00 WIB dengan mengendarai Kijang Innova BG 2400 NN. Setibanya di lokasi, tim KPK yang berjumlah enam orang tersebut langsung menjalankan tugasnya di ruang kerja Kepala Dinas Kehutanan Dodi Supriadi. Pada saat melakukan penggeledahan, kepala dinas sedang berada di kantor gubernur. Setelah melakukan penggeledahan di ruangan kepala dinas, tim penyidik KPK kemudian menggeledah ruang Kabag TU.

Selanjutnya, tim bergerak ke ruangan Kasubag Keuangan. Di tempat tersebut tim melakukan pencarian berkas dan dokumen penting yang terkait kasus alih fungsi lahan TAA. Pada pukul 14.00 WIB, tim keluar ruangan, kemudian memasuki ruangan Kasubdin Intag (Inventarisasi dan Tata Guna Hutan) dan melakukan proses yang sama, sampai pukul 16.00 WIB tim meninggalkan ruangan dan berkumpul di ruangan Kadishut, dan terlihat memeriksa serta memilah dengan sangat teliti.

Wakil Kepala Dinas Kehutanan (Wakadishut) Inwarman Aswarie yang ditemui wartawan di sela pemeriksaan KPK mengatakan, pihaknya terbuka dengan pemeriksaan KPK. ”Kita welcome, silakan saja diperiksa sesuai aturan hukum yang berlaku,” ujarnya.

Inwarman melanjutkan, sejauh ini tim telah memeriksa empat ruangan, yakni ruangan kerja Kadis, Kabag TU, Kasubag Keuangan, dan Kasubdin Intag. Namun, dia membantah ruangannya ikut diperiksa karena kedatangan KPK ke ruangannya untuk menunjukkan surat tugas KPK terkait pemeriksaan yang dilakukan di Dishut. ”Saya tidak hafal berapa instansi yang diperiksa, tetapi di dalamnya ada Dishut,” ungkapnya.

Kemudian, lanjut Inwarman, sejauh ini dari keempat ruangan yang diperiksa, belum ada dokumen atau arsip yang disita. ”Kalau ada yang disita, tentu kita tahu karena ada laporannya,” ujarnya. (iwan s/muhlis/hengky c)