10 Desember 2009

Pelayanan Bagus di Perkampungan Atlet

Perkampungan atlet SEA Games (SEAG) 2009 di Vientiane, Laos, tidak tampak seperti wisma atlet. Jika melihat sepintas, gedung yang dihuni para atlet itu layaknya apartemen mewah.

Berdiri di area National University of Laos, SEA Games Village atau perkampungan atlet menjadi salah satu titik keramaian di ajang SEAG kali ini. Atlet dan ofisial dari 11 negara peserta pesta olahraga negara-negara Asia Tenggara berkumpul di sini. Bahkan, sebelum pembukaan, tercatat 2.300 atlet dan ofisial telah menempati tujuh flat yang disediakan.

Head of the SEA Games Village Lammai Phiphakkhavong mengatakan, jumlah atlet dan ofisial yang ada saat ini akan terus bertambah seiring jadwal pertandingan masing-masing cabang olahraga (cabor). Menurut dia, perkampungan atlet di Vientiane ini memiliki lebih dari 3.800 kamar yang bisa menampung hingga 4.000 tamu. ’’Jumlah ini memang tidak sebanding dengan atlet dan ofisial yang datang. Tapi, nantinya ada atlet yang datangnya setelah pembukaan atau pulang lebih dulu bagi yang telah menyelesaikan pertandingan. Alhasil, jumlah kamar kami jamin tetap bisa menampung para tamu yang datang,” tutur Lammai kemarin.

Lammai mengatakan, pemerintah Laos dan panitia pelaksana SEAG 2009 berupaya maksimal memberikan layanan prima di tengahsegala keterbatasan. Dia menambahkan, salah satu fasilitas yang diberikan panitia adalah tersedianya pelayanan kesehatan selama 24 jam. Sebanyak 20 petugas medis dari rumah sakit umum Vientiane bersiaga untuk memberikan pertolongan medis dan penanganan pertama pada cedera para atlet.

Dengan bangga, Lammai juga mempromosikan layanan kuliner bagi para atlet dan ofisial di perkampungan atlet ini. Menurut dia, restoran yang melayani makan hingga empat kali per hari ini menyediakan semua jenis makanan, termasuk khas Laos, Eropa, dan makanan halal. ”Semua makanan disediakan Lao World Company. Sementara untuk melayani para tamu di restoran, kami merekrut staf profesional dari beberapa hotel dan restoran di bawah Lao Hotel Association. Adapun, jumlah sukarelawan yang bekerja di restoran atlet ini berkisar 260 orang,” ungkapnya.

Bukan hanya fasilitas makanan dan kesehatan, panitia juga memperhatikan akses komunikasi dan teknologi di perkampungan atlet. Dua provider seluler di Laos, yaitu Lao Telecom dan Tigo, menyediakan jaringan internet gratis di sekitar perkampungan atlet. ’’Kami berupaya membuat nuasana nyaman bagi para atlet dan ofisial. Bahkan, untuk memberikan relaksasi bagi atlet yang lelah setelah menjalani pertandingan, kami menyiapkan pertunjukkan seni dan budaya Laos, termasuk tarian tradisional dan band lokal Vientiane,” pungkasnya.

Beberapa atlet Indonesia yang ditemui harian Seputar Indonesia menyatakan fasilitas kampung atlet di Laos ini sudah memenuhi standar. Bahkan, mereka berkeinginan Pemerintah Indonesia juga memiliki perkampungan atlet seperti ini di Tanah Air. ”Fasilitasnya lumayan enak dan nyaman. Layanan standar seperti air, listrik, makanan, sangat diperhatikan panitia. Keamanannya juga bisa dibilang ketat,” ujar Agus Anindito, atlet menembak Indonesia.

Hal senada disampaikan kapten timnas sepak bola Indonesia Tony Sucipto. Menurut gelandang energik asal Sriwijaya FC ini, selama timnas tiba di perkampungan atlet, tidak ada kendala berarti menyangkut fasilitas penginapan. ”Semuanya bagus, makanannya juga terjamin. Padahal, tadinya kami khawatir sulit mendapatkan makanan halal di sini, tapi ternyata sudah diantisipasi panitia,” tutur Tony. (iwan setiawan)