29 November 2008

Buku Bergenre Motivasi Banyak Diminati

Sarfilianty Anggiani


PALEMBANG
(SINDO) – Penulis buku Sarfilianty Anggiani hari ini melakukan relaunching buku 8 Kekuatan Keunggulan Diri: Your Power is Yourself di Hotel Horison, Palembang.

Sarfilianty yang lebih dikenal dengan panggilan Efie ini mengatakan, launching buku karyanya itu telah dilaksanakan pada 10 November 2008 di Jakarta. Hal itulah yang membuat dirinya optimistis pada acara relaunching yang akan digelar di Hotel Horison, Palembang, pada Sabtu 29 November 2008 pukul 14.00 WIB–17.00 WIB, bisa sukses seperti saat peluncuran buku sebelumnya. “Saya pilih Palembang setelah Jakarta karena kota ini merupakan kota kelahiran saya. Mudah-mudahan buku ini bisa sukses,” ujar kandidat doktor ilmu ekonomi Universitas Trisakti, Jakarta, itu.

Dalam rangka menyosialisasikan buku yang berisikan metode dan materi pengembangan diri menghadapi era globalisasi ini, Efie berencana akan melakukan roadshow ke 15 kota besar di Indonesia, di antaranya Palembang, Medan, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Bali, Pontianak, Makassar, dan Manado. Buku yang ditulis dan diproduksi dalam waktu dua tahun itu mengungkap delapan keunggulan potensi diri individu yang secara kodrat telah dimiliki setiap orang. Sinergi antara keunggulan emosi dengan ketujuh keunggulan diri lainnya akan membentuk pribadi yang andal dan sukses sebagai individu, pekerja, profesi, dan di lingkungan masyarakat. “Secara empirik, terbukti bahwa kesuksesan individu dalam peran apa pun juga, 96% ditentukan oleh penguasaan emosi beserta sinergi ketujuh keunggulan itu dan 4% ditentukan kecerdasan intelektual (IQ),” tuturnya.

Direktur Human Asset Development (Hadev) Center Jakarta ini mengungkapkan, buku ini dibuat berdasarkan pengalaman hidup dan dikombinasikan dengan pengalaman yang ada. Dengan tebal 124 halaman, buku ini dibanderol dengan harga Rp45.000 dan tersedia di semua toko buku Gramedia se-Indonesia. Pada acara relaunching hari ini, Efie menyiapkan dan membawa 1.000 buku yang akan dijual langsung. “Sengaja buku ini tidak kami jual mahal-mahal supaya terjangkau masyarakat. Selain itu, sebagian royalti yang saya dapat dari penjualan buku ini akan disumbangkan ke Yayasan Kanker Payudara,” katanya. (iwan setiawan)

foto : iwan setiawan




BI Musnahkan Uang Tak Layak

PALEMBANG (SINDO) – Bank Indonesia (BI) secara rutin mengumpulkan uang yang tidak layak edar/kedaluwarsa dari masyarakat untuk dimusnahkan.

Peneliti Ekonomi Madya BI sekaligus Ketua Tim Humas BI Palembang Zulfan Nukman menyatakan, hingga Oktober 2008, BI Palembang telah memusnahkan uang kedaluwarsa sebesar Rp180.784.500. Jumlah itu didapat dari uang-uang hasil tarikan sebelumnya, seperti uang kertas Rp10.000 dan Rp20.000 tahun emisi (TE) 1992, dan Rp 50.000 TE 1993. Selain itu, BI menerima penukaran uang yang rusak dan dimiliki masyarakat. “Selain penarikan uang secara resmi berdasarkan peraturan BI, kami juga menerima penukaran uang yang rusak karena sobek atau bolong yang penyebabnya beragam. Namun tingkat kerusakannya kami lihat dulu, jangan melebihi 70% fisik dari uang itu sendiri,” ujarnya saat ditemui SINDO kemarin.

Setelah uang yang tidak layak edar lagi itu dikumpulkan, kemudian langsung dimusnahkan dengan mesin pencacah kertas yang dimiliki BI. Zulfan menegaskan, tidak akan terjadi kebocoran saat proses pemusnahan uang tersebut karena prosedur pelaksanaannya sangat ketat. “Uang kedaluwarsa tersebut tidak mungkin beredar keluar lagi karena standar pengamanan saat proses pemusnahan telah distandarisasi,” ungkapnya.

Sementara itu, sesuai Peraturan BI No10/33/PI/2008 terhitung 31 Desember 2008, BI segera mencabut dan menarik dari peredaran empat jenis uang kertas yang dinilai sudah terlalu lama beredar. Adapun keempat jenis uang yang ditarik itu, yakni uang pecahan Rp10.000 dengan tahun emisi (TE) 1998 bergambar depan pahlawan nasional Cut Nyak Dien, Rp20.000 TE 1998 bergambar pahlawan nasional Ki Hajar Dewantara, Rp50.000 TE 1999 bergambar pahlawan nasional WR Soepratman, dan Rp100.000 TE 1999 bergambar pahlawan proklamator Dr Ir Soekarno dan Dr H Mohammad Hatta, berbahan polimer.

Karena itu, BI Palembang meminta masyarakat yang menyimpan keempat jenis uang pecahan tersebut segera melakukan penukaran ke bank umum maupun kantor BI. Ditemui terpisah, Kepala Bank Syariah Mandiri Cabang Pasar 16 Ilir Erwan Husainy mengaku sudah menerima salinan Peraturan BI mengenai penarikan uang kertas TE 1998 dan 1999. Untuk itu, pihaknya ikut membantu BI dengan menempel pengumuman dan menyiapkan loket penukaran uang untuk nasabah maupun masyarakat. (iwan s/komalasari)


Travel Kebanjiran Order Liburan ke LN

PALEMBANG (SINDO) – Krisis keuangan global ternyata tidak terlalu berdampak pada sektor pariwisata. Terbukti, menjelang tahun baru banyak paket liburan ke mancanegara yang ditawarkan pengelola travel diambil warga Palembang.

Seperti halnya yang terlihat di PT Yeka Madira Tour and Travel Service di Jalan Jenderal Sudirman, Palembang, yang tampak ramai dikunjungi masyarakat yang menanyakan paket-paket liburan natal dan tahun baru. Adapun tempat yang menjadi tujuan favorit untuk berlibur adalah Malaysia dan Thailand. “Untuk Malaysia dan Thailand, kami memiliki paket yang harganya mulai USD350. Namun, jumlah itu baru untuk hotel, makan, dan transportasi selama kunjungan dan di luar harga tiket pesawat,” ujar Direktris PT Yeka Madira Tour and Travel Service Farah Nisa saat ditemui SINDO kemarin.

Farah menjelaskan, harga paket di luar tiket penerbangan karena ingin memberi kebebasan kepada konsumen untuk memilih penerbangan sendiri. Sebab berdasarkan pengalaman sebelumnya, ada beberapa konsumen yang mengeluhkan layanan suatu maskapai yang telah menjadi bagian paket yang ditawarkan. “Jadi sekarang kami bebaskan konsumen memilih maskapai penerbangan yang menurut mereka nyaman untuk sampai ke tujuan,” tuturnya.

Meski dinilai mahal bagi sebagian masyarakat, paket yang disiapkan pihaknya mengalami peningkatan 50% dibanding waktu yang sama pada tahun lalu. “Krisis cukup berpengaruh juga dengan pemesanan paket. Tapi, karena liburan natal dan tahun baru ini sudah disiapkan jauh-jauh hari, jadi tidak terlalu masalah,” ucapnya.

Sementara itu, Direktur Sky Tour Shirly Hansen mengungkapkan hal yang sama. Menurut dia, penjualan paket liburan natal dan tahun baru sudah mulai ramai dipesan. Lokasi liburan mancanegara masih lebih menarik dibandingkan lokasi wisata domestik. “Pemesanan kami didominasi liburan ke mancanegara karena memang harganya tidak jauh beda dengan paket wisata dalam negeri,” tuturnya. (iwan setiawan)


28 November 2008

Dua Perusahaan Asuransi Tutup

PALEMBANG (SINDO) – Dua perusahaan asuransi menghentikan operasional karena terbentur Peraturan Pemerintah (PP) No 39/2008.

Sekretaris Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) Palembang Yusman mengatakan, PP tersebut membuat penyelenggara asuransi harus lebih serius dan fokus mengelola usahanya. Sebab dalam implementasi PP tersebut, manajemen perusahaan asuransi dihadapkan pada tiga pilihan. “Menambah modal, merger, atau tutup. Dengan keluarnya PP itu, manajemen perusahaan asuransi hanya punya satu dari tiga pilihan itu,” ujarnya kemarin.

Yusman menambahkan, sesuai PP yang dikeluarkan pemerintah pada awal Juni 2008 lalu, perusahaan asuransi diwajibkan memiliki modal minimum Rp40 miliar pada akhir 2008. Jumlah itu meningkat menjadi Rp70 miliar pada akhir 2009, dan Rp100 miliar pada akhir 2010. Jika hingga batas waktu yang ditentukan perusahaan asuransi tidak memenuhi syarat yang ditetapkan pemerintah, sanksi berupa pencabutan izin operasional akan dijatuhkan. Dampak nyata dari pemberlakuan PP tersebut telah dirasakan perusahaan asuransi yang memiliki modal di bawah syarat Depkeu. Di Palembang, setidaknya terdapat dua perusahaan yang telah menghentikan aktivitas operasionalnya karena tidak mampu memenuhi persyaratan modal minimum tersebut. “Setahu saya ada dua perusahaan yang telah tutup sejak September lalu, yaitu PT Asia (Reliance General Insurance) dan PT (Asuransi) Indo Trisaka,” ucap Yusman.

Dihubungi terpisah, mantan Kepala Cabang PT Asia Reliance General Insurance Marwani membenarkan bahwa kantor cabang di Palembang telah ditutup operasionalnya sejak September lalu. Hal itu disebabkan perusahaan tidak bisa memenuhi syarat kecukupan modal yang disyaratkan Depkeu bagi perusahaan asuransi umum. Di kantor cabang Palembang, kata dia, terdapat tujuh orang karyawan yang semuanya terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) oleh perusahaan. “Sejak 28 Agustus 2008, kantor cabang asuransi Asia di Palembang ditutup. Namun, sebagai pegawai hak kami dipenuhi oleh perusahaan,” ujarnya.

Sementara untuk data administrasi nasabah, menurut Marwani, telah diserahkan kepada kantor pusat. Meski demikian, dia mengaku masih banyak nasabah yang datang atau menghubunginya untuk mencairkan klaim asuransi mereka. (iwan setiawan)


27 November 2008

LPKD Segera Diwujudkan

PALEMBANG (SINDO) – Bank Indonesia (BI) Palembang segera merealisasikan rencana pembentukan lembaga penjamin kredit daerah (LPKD).

Mantan Pemimpin BI Palembang Zainal Abidin Hasni mengatakan, salah satu kendaraan yang bisa digunakan dalam pengembangan UMKM adalah LPKD. Sebab dengan adanya LPKD, pelaku UMKM yang tidak memiliki agunan bisa mendapat kredit dari perbankan dengan jaminan yang diberikan lembaga tersebut. “Dengan adanya jaminan kredit oleh LPKD, jelas bisa menunjang pengembangan usaha masyarakat,” ujar Zainal kepada SINDO kemarin.

Namun, wacana pembentukan LPKD yang digulirkan awal 2008 lalu hingga kini belum terealisasi. Meski telah mendapat persetujuan Pemprov Sumsel, ternyata pembentukan lembaga penjamin tersebut tidak semudah yang dibayangkan. Menurut Zainal, salah satu penyebabnya adalah terpecahnya konsentrasi Pemprov Sumsel dengan rangkaian proses pemilihan gubernur beberapa waktu lalu. “Saya mohon maaf jika hingga masa jabatan saya berakhir, LPKD belum juga terbentuk. Tapi, saya sudah sampaikan kepada pengganti saya agar pembentukan LPKD di Sumsel ini menjadi prioritas untuk dibentuk,” katanya.

Sementara itu, Pemimpin BI Palembang Endoong Abdul Gani menyatakan akan mempelajari semua pekerjaan rumah yang ditinggalkan pemimpin BI Palembang sebelumnya. Dia pun meminta waktu untuk menyusun skala prioritas program kerja BI Palembang yang belum terealisasi pada masa pejabat sebelumnya. “Semua pekerjaan rumah yang belum rampung dikerjakan akan saya pelajari terlebih dulu, termasuk LPKD,” ungkapnya.

Dihubungi terpisah, pengamat ekonomi Universitas Muhammadiyah Palembang (UMP) Amidi mengatakan, pendirian LPKD di Sumsel sudah semakin mendesak. Sebab menurut dia, saat dampak krisis keuangan global melanda berbagai sektor usaha, justru UMKM terbukti mampu eksis. Namun, untuk berdaya saing dan melanjutkan eksistensi tersebut, para pelaku UMKM tetap membutuhkan tambahan permodalan. “Saya yakin kalau mereka bisa mendapat tambahan modal, usaha mereka akan berkembang. Tapi masalahnya, usaha mereka itu kan modalnya pas-pasan, jadi kalau mengajukan kredit umum ke bank, agunan yang diminta bank tidak akan pernah bisa mereka penuhi,” paparnya.

Amidi menambahkan, upaya pendirian LPKD tidak semata-mata hanya menyiapkan cukup tidaknya modal yang dimiliki, tetapi harus disiapkan sumber daya manusia, kepercayaan bank, serta kesiapan teknis operasional lainnya, yang tampaknya tidak mudah diselesaikan dalam waktu singkat. Selain itu, perlu regulasi yang jelas mengenai teknis operasional LPKD itu nantinya sehingga satu sen pun uang yang dijaminkan akan jelas penggunaannya. “Wacana ini sudah hampir satu tahun bergulir begitu saja. Ini membuktikan kalau pembentukan lembaga penjaminan kredit tidak mudah dan butuh keseriusan,” tuturnya. (iwan setiawan)



Pengelolaan KTA Diserahkan Pemprov

PALEMBANG (SINDO) – Kredit tanpa agunan (KTA) yang dilaksanakan Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Sumsel diambil alih oleh Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan. Pasalnya, program tersebut dianggap berhasil memberdayakan para pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM).

Ketua Umum Badan Pimpinan Daerah Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (BPD HIPMI) Sumsel Dodi Reza Alex mengatakan, selama hampir dua tahun ini HIPMI mengucurkan kredit tanpa agunan dan berbunga rendah. Kredit tersebut dialokasikan pada usaha informal dan sektor usaha UMKM. Sebab, HIPMI memiliki tujuan ingin ikut berperan dalam pemberdayaan ekonomi kerakyatan. “Pada 2008 ini, HIPMI telah mengucurkan kredit senilai Rp1 miliar lebih,” ujarnya kepada SINDO kemarin.

Dodi menerangkan, untuk menyalurkan kredit tanpa agunan itu, HIPMI bekerja sama dengan Bank Bukopin. Jika selama ini HIPMI menjadi penanggung jawab kredit, untuk 2009 mendatang porsi tersebut diambil alih Pemprov Sumsel. Sementara, HIPMI akan menjadi fasilitator untuk memberi masukan yang bersifat teknis. “Ke depan nanti yang lebih berperan adalah perbankan, asuransi kredit, dan Pemprov Sumsel,” katanya.

Nurdin, seorang penerima KTA, sangat bersyukur bisa menerima bantuan modal usaha. Pemilik usaha tambal ban ini mendapat KTA sebesar Rp5 juta yang dananya digunakan untuk membeli kompresor dan peralatan untuk mendukung pekerjaannya. “Dengan bantuan kredit tanpa agunan, usaha saya yang tadinya hampir tutup bisa kembali berdiri. Meski pendapatan tidak pernah tetap setiap hari, tapi lumayan bisa buat makan dan bayar cicilan kredit,” ungkapnya. (iwan setiawan)


26 November 2008

2009, BRI Prediksi Target DPK Turun

PALEMBANG (SINDO) – Dampak krisis keuangan global berdampak pada pertumbuhan Bank Rakyat Indonesia (BRI) Palembang. BRI memprediksi pertumbuhan tahun ini lebih tinggi dibandingkan tahun depan.

Pimpinan Wilayah BRI Palembang Randi Anto mengatakan, secara umum pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) maupun penyaluran kredit di tahun ini masih jauh lebih tinggi dibandingkan tahun depan. “Pertumbuhan tahun ini masih bisa kami dorong hingga 29%. Tapi, pertumbuhan tahun depan diprediksi akan lebih berat untuk dicapai,” ujarnya kemarin.

Sementara itu, peneliti ekonomi madya Bank Indonesia (BI) Palembang Zulfan Nukman mengatakan, pertumbuhan perbankan di Sumatera Selatan (Sumsel) menunjukkan perkembangan yang baik. “Dari pantauan BI Palembang, perbankan di Sumsel masih aman rasio NPL-nya. Secara umum,NPL bank di Sumsel masih di bawah batas yang ditetapkan BI sebesar 5%,” tuturnya. (iwan setiawan)


25 November 2008

Program XL Booom Diundi

PALEMBANG (SINDO) – Regional Sales Operation Manager Sumatera 3 PT Excelcomindo Pratama Tbk MS Rambe menuturkan, program XL Booom merupakan undian berhadiah bagi pengguna kartu perdana XL prabayar yang ditukarkan dengan satu kupon undian. Dengan menggunakan metode direct selling (penjualan langsung), selama tiga bulan berjalan didapatkan jumlah 11.603 pelanggan baru XL di sekitar wilayah Kota Palembang. Sementara, jika ditotal di tiga wilayah, yakni Palembang, Jambi, dan Bangka, jumlah pengguna nomor perdana XL mencapai 20.000. “Di sinilah peran edukasi kami jalankan untuk mempertahankan jumlah pelanggan yang didapat dari direct selling yang telah diraih,” katanya. (iwan setiawan)


Endoong Pimpin BI Palembang

Deputi Bank Indonesia Ardayadi (kanan) melantik dan mengambil sumpah pemimpin BI Palembang yang baru Endoong Abdul Gani (kiri) menggantikan Zainal Abidin Hasni di kantor Bank Indonesia kemarin.


PALEMBANG (SINDO) – Endoong Abdul Gani secara resmi dilantik sebagai pemimpin Bank Indonesia (BI) Palembang. Acara pelantikan dan serah terima jabatan berlangsung khidmat di ruang Serbaguna BI Palembang, Senin (24/11).

Pelantikan Pemimpin Bank Indonesia Palembang Ke-20 itu dihadiri unsur muspida, pimpinan perbankan di Palembang, serta tamu undangan. Adapun yang melantik pejabat BI adalah Deputi Gubernur BI Bidang Manajemen Internal Ardayadi. Menurut dia, pergantian jabatan merupakan hal biasa dalam menjalankan dan menjaga kesinambungan organisasi. Mengingat perbankan merupakan lembaga kepercayaan, dia meminta kepada insan perbankan untuk mampu menjaga kepercayaan masyarakat dengan penuh tanggung jawab. “Siapa pun pejabat yang mengisi posisi pemimpin, saya kira sama saja. Yang penting bisa menjaga amanah dari nasabah,” ujarnya.

Ditemui seusai serah terima jabatan, mantan Pemimpin BI Palembang Zainal Abidin Hasni mengucapkan terima kasih kepada seluruh rekanan BI Palembang yang telah kooperatif selama dia menjabat. Menurut dia, sistem perbankan di Sumsel telah tersusun baik dan hendaknya bisa dijaga. Hanya, daerah di Pulau Sumatera ini terkendala dengan inflasi yang mana inflasi rata-rata selalu di atas inflasi nasional. “Untuk itu kami bentuk tim pengendali inflasi daerah (TPID) hasil koordinasi dan kerja sama dengan berbagai instansi untuk mengendalikan masalah kelangkaan pasokan yang berujung pada inflasi,” ucapnya.

Sementara itu, Pemimpin BI Palembang Endoong Abdul Gani yang baru dilantik menyatakan segera mempelajari kondisi Sumsel. Sebab, melihat hasil kerja pendahulunya yang sudah baik, dia selaku pemimpin baru tinggal melanjutkan semua dan membenahi yang masih kurang baik. Namun, mantan pemimpin BI Bandar Lampung dan Banjarmasin itu optimistis kerja BI Palembang. (iwan setiawan)

foto : ahmad junaidi


24 November 2008

PTBA Jamin Pasokan PLN

Stok batu bara di tambang PTBA masih sangat berlimpah

PALEMBANG (SINDO) – PT Bukit Asam (PTBA) membantah jika stok batu bara kritis sehingga tidak mampu memasok kebutuhan pembangkit listrik milik Perusahaan Listrik Negara (PLN).

Direktur Utama PTBA Sukrisno menerangkan, deposit batu bara yang dimiliki tambang Tanjung Enim sebesar 6,2 miliar ton. Saat ini kapasitas produksi baru mencapai 10 juta ton per tahun sehingga rumor mengenai tidak tersedianya pasokan batu bara ke beberapa pembangkit PLN akibat menipisnya stok batu bara Indonesia terbantahkan dengan sendirinya. “Stok batu bara di tambang PTBA itu masih sangat berlimpah. Kendala yang dihadapi adalah distribusi batu bara keluar tambang yang masih terbatas. Bisa dikatakan itu merupakan salah satu penyebab terhambatnya pasokan ke pembangkit PLN,” ujarnya kepada SINDO belum lama ini.

Selain terkendala faktor distribusi, Sukrisno menambahkan, kekurangan pasokan yang terjadi sekarang ini lebih disebabkan PLN meminta tambahan batu bara di luar kontrak yang sudah disepakati. Bahkan, untuk mengatasi kendala distribusi tersebut, PTBA telah menjalin kerja sama dengan beberapa pihak termasuk PT KA untuk menambah jalur kereta api khusus mengangkut batu bara dari tambang Tanjung Enim. “Kami tetap komitmen memasok batu bara sesuai kontrak, baik volume maupun harganya,” ucapnya.

Terkait kebijakan pemerintah mengatur ketentuan kewajiban pasok dalam negeri (domestic market obligation/DMO) batu bara dalam bentuk peraturan pemerintah, PTBA tidak merasa keberatan. Sebab dari total produksi PTBA saat ini, sekitar 75% dipasok ke pasar dalam negeri. “Jangankan mengatur DMO-nya, pemerintah mengatur harga jual batu bara dalam negeri pun PTBA akan menurutinya. Sebab, selama ini PTBA memang dominan memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri,” katanya.

Sebelumnya pemerintah melalui Direktorat Jenderal Mineral, Batu Bara, dan Panas Bumi, Departemen ESDM menetapkan volume batu bara sebagai kewajiban pasokan ke dalam negeri (DMO) pada 2010 sebesar 70 juta ton. Sementara, DMO pada 2009 ditetapkan sebesar 47 juta ton. Dari jumlah tersebut, sebanyak 33 juta ton di antaranya untuk memenuhi kebutuhan PLN.

Sementara itu, Manajer Komunikasi Hukum dan Administrasi PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Selatan, Jambi, dan Bengkulu (S2JB) Haris Effendi menyatakan, pemberlakuan kebijakan DMO batu bara untuk menjaga keamanan pasokan bahan bakar pembangkit listrik PLN. Sebab, keberlanjutan proyek pembangkit listrik 10.000 MW sangat bergantung pada pasokan batu bara. Menurut Haris, berdasarkan data Badan Perencana Pembangunan Nasional (Bappenas), dalam proyek pembangkit listrik 10.000 MW, dibutuhkan batu bara sebanyak 31,9 juta ton per tahun. “Kalau ditambah dengan kebutuhan batu bara untuk PLTU yang sudah ada, maka jumlah kebutuhannya mencapai 71,9 juta ton per tahun. Adanya DMO itu sangat baik dalam menjamin pemenuhan pasokan batu bara sebagai bahan bakar pembangkit listrik,” tuturnya. (iwan setiawan)


22 November 2008

Joint Venture Rel Batu Bara Tetap Jalan

PALEMBANG (SINDO) – Perusahaan Tambang Batu Bara Bukit Asam (PTBA) Tbk Tanjung Enim optimistis perusahaan patungan (joint venture) pembangunan lintasan rel kereta api (KA) dengan PT Kereta Api (PT KA) bisa beroperasi secepatnya.

Direktur Utama (Dirut) PTBA Sukrisno kemarin menyatakan, kendati rencana ini sebelumnya mendapat penolakan keras dari Serikat Pekerja Kereta Api (SPKA) Divisi Regional III Sumatera Selatan, pihaknya menyerahkan sepenuhnya urusan internal PT KA tersebut kepada manajemen perusahaan bersangkutan.

Dia menegaskan, penolakan SPKA yang menuntut pembatalan kerja sama antara PTBA dan PT KA tidak akan mengganggu pembentukan perusahaan patungan untuk pembangunan lintasan rel (KA) guna meningkatkan kapasitas angkut batubara PTBA. “Penolakan itu tidak akan mengganggu kerja sama ini,” katanya kepada SINDO kemarin.

Sukrisno juga mempertanyakan alasan di balik penolakan yang dianggapnya masih simpang siur. Menurut dia, keputusan di balik kerja sama yang dilakukan kedua badan usaha milik negara (BUMN) itu merupakan kebijakan bisnis yang dikeluarkan masing-masing manajemen. Lalu, mengapa SPKA yang notabene hanya terlibat pada urusan kesejahteraan karyawan justru mengurusi kebijakan manajemen.

Antusiasme PTBA dengan kerja sama itu, lanjut dia, disebabkan selama ini peningkatan produksi batu bara dari pedalaman Sumsel terkendala kapasitas angkutan kereta api ke pelabuhan. Kapasitas angkut ke Pelabuhan Tarahan tahun ini diharapkan bisa naik dari 7,4 juta ton menjadi 7,9 juta ton per tahun, sementara ke Pelabuhan Kertapati bisa mencapai 160.000– 170.000 ton per bulan.

Sementara itu, Kabag Humas PT KA Divre III Sumsel Darmawan menilai, penolakan SPKA terhadap perusahaan patungan hanyalah persoalan miss communication. Padahal, dengan beroperasinya perusahaan patungan tersebut, justru tujuan utamanya adalah peningkatan kesejahteraan karyawan. (iwan setiawan/hengki ca)


Nasabah Century Kecewa

Sejumlah nasabah Bank Century Jalan Kebumen Pasar 16 Ilir Palembang membaca isi pengumuman tentang penutupan dan pengambilalihan Bank Century oleh Lembaga Penjamin.


PALEMBANG
(SINDO) – Nasabah Bank Century cabang Palembang kecewa atas sikap manajemen bank yang tertutup terkait pengambilalihan bank tersebut oleh lembaga penjamin simpanan (LPS). Apalagi, sejak kemarin pagi nasabah tidak bisa melakukan transaksi penarikan dana, baik melalui teller maupun mesin ATM.

Berdasarkan pantauan SINDO di Kantor Cabang Bank Century, Jalan Kebumen, 16 Ilir, Palembang, kemarin, para nasabah banyak yang berdatangan untuk melakukan transaksi. Namun, mereka harus kecewa karena pintu bank tertutup dan mereka hanya bisa membaca pengumuman yang ditempel pihak bank di pintu depan. “Apa cukup cuma baca pengumuman begini. Mengapa nggak ada penjelasan resmi, bagaimana sebenarnya kondisi bank ini. Kami nasabah dirugikan karena kesulitan menarik dana,” ujar Silvia, nasabah yang ditemui di Kantor Cabang Bank Century Palembang.

Sementara itu, Koordinator Umum & SDM Bank Century KCU Palembang Amancik Sayuti mengatakan, pagi kemarin kantor cabang masih melakukan pelayanan transaksi hingga pukul 08.30 WIB. Lantaran baru pada jam tersebut mereka mendapat pengumuman dari manajemen maupun BI Palembang mengenai instruksi penghentian layanan. “Kami sempat melayani beberapa nasabah sebelum adanya pengumuman pengambilalihan, tapi jumlahnya tidak besar. Setelah ada pengumuman, ya langsung dihentikan aktivitas layanan hingga menunggu instruksi manajemen,” katanya.

Amancik enggan berkomentar lebih panjang mengenai kondisi Bank Century cabang Palembang pasca keluarnya keputusan pengambilalihan bank tersebut oleh pemerintah. Menurut dia, kebijakan berada di kantor pusat dan kantor cabang hanya menuruti instruksi kantor pusat. "Sekarang ini kan prosesnya sedang jalan. Kalau mau konfirmasi lebih lanjut, silahkan hubungi kantor pusat saja,” ucapnya.

Ditemui terpisah, Pemimpin Bank Indonesia Palembang Zainal Abidin Hasni mengatakan, BI Palembang telah mendapat pemberitahuan dari BI pusat yang mengabarkan bahwa operasional seluruh Bank Century ditutup. Hal itu menyusul, terhitung Jumat (21/11), terjadi pengambilalihan Bank Century oleh lembaga penjamin simpanan (LPS) untuk diselamatkan.

Menurut Zainal, pengambilalihan bank tersebut oleh lembaga pemerintah ini dimaksudkan untuk lebih meningkatkan keamanan dan kualitas pelayanan bagi para nasabah. Bahkan, tim manajemen baru yang terdiri dari para profesional telah ditunjuk untuk mengelola dan meningkatkan kinerja bank. Sebagai dampak dari keputusan yang diambil itu, maka pada Jumat (21/11), Bank Century tidak lagi melayani nasabahnya. “Ditutup di sini artinya bukan karena dilikuidasi, melainkan untuk menyiapkan kondisi bank itu karena masuk tahap pengalihan. Kalau mereka sempat melakukan transaksi, kami akan lihat dulu jumlahnya. Kalau tidak besar, ya tidak apa-apa,” ujarnya kepada SINDO seusai menghadap Gubernur Provinsi Sumsel kemarin. (iwan setiawan)

foto : mushaful imam

21 November 2008

Permata Bank Syariah Garap Kredit Konsumtif

PALEMBANG (SINDO) – Meski pengucuran kredit konsumtif saat krisis berisiko tinggi, PermataBank Syariah tetap mengucurkan kredit tersebut pada awal 2009 mendatang.

Branch Manager PermataBank Syariah Palembang Herlina Iskandar mengatakan, karena PermataBank Syariah masih baru hadir di Palembang, maka untuk pembiayaan kredit baru akan dimulai pada awal 2009 mendatang. Hal itu diakui karena dana pihak ketiga (DPK) yang terkumpul saat ini belum terlalu besar. Namun, pihaknya tetap berkomitmen untuk mengucurkan kredit meski kondisi perekonomian ke depan akibat krisis belum jelas. “Sangat tidak mungkin bagi perbankan untuk menghentikan aktivitas pemberian kredit. Sebab, penyaluran kredit merupakan core business bank yang tidak bisa dilepaskan,” ujarnya kepada SINDO kemarin.

Pengamat ekonomi Universitas Muhammadiyah Palembang (UMP) Amidi mengatakan, sudah saatnya perbankan memperketat penyaluran kredit konsumtif sebagai antisipasi terjadinya kredit macet. Pengurangan pemberian kredit konsumtif yang kerap dikeluarkan perbankan dimaksudkan untuk meminimalisasi munculnya inflasi yang berlebihan. “Seharusnya perbankan lebih fokus pada penyaluran kredit sektor produktif seperti pertanian atau usaha kecil menengah. Sebab, terbukti bahwa sektor UMKM tahan terhadap krisis yang terjadi,” tuturnya. (iwan setiawan)


Potensi Sumsel Dilirik Eropa

PALEMBANG (SINDO) – Direktorat Jenderal Amerika dan Eropa Departemen Luar Negeri (Ditjen Amerop) melirik potensi yang dimiliki Sumsel untuk dipromosikan.

Sekretaris Ditjen Amerika dan Eropa Departemen Luar Negeri Benny Bahanadewa mengaku akan memfasilitasi pemerintah kabupaten dan kota serta pengusaha lokal se-Sumsel untuk mengadakan pameran di luar negeri. Selain itu, Ditjen Amerop akan membawa pengusaha asing untuk mendatangi Kota Palembang dan beberapa daerah guna melihat potensi daerah yang mempunyai kemampuan untuk dijual di luar negeri.

“Kedatangan kami ke Palembang untuk menginventarisasi semua potensi yang layak jual kepada mitra kerja kami di luar negeri (investor asing). Mulai dari wisata industri rakyat, wisata sejarah, wisata religius, maupun wisata alam yang ada di wilayah Sumsel,” katanya kepada wartawan seusai audiensi dengan perwakilan Pemprov Sumsel kemarin.

Dia menjelaskan, data potensi daerah yang riil diperlukan sebagai sebuah proposal yang akan dipromosikan kepada investor asing, utamanya dari Benua Amerika dan Eropa. Di Sumsel sendiri, ada banyak potensi yang bisa laku dijual di tingkat dunia, seperti hasil perkebunan, pertambangan, pariwisata, dan beberapa sektor lainnya. Bahkan, setelah melihat perkembangan Sumsel yang begitu pesat dalam satu dasawarsa terakhir, pihaknya tertarik menjadikan Sumsel sebagai daerah yang akan diprioritaskan dalam promosi Ditjen Amerop pada awal 2009 mendatang.

“Setiap tahun kami buat semacam buletin, buklet, brosur, CD profile, dan beragam sarana promosi lainnya. Untuk 2009, potensi Sumsel menjadi prioritas promosi kami. Oleh karenanya, kami datang untuk melihat langsung kondisinya dan meminta data terbaru,” ujarnya.

Benny menjelaskan, saat ini Ditjen Amerop Deplu didukung 80 kedutaan besar dan konsulat jenderal di Benua Amerika dan Eropa.

Pada kesempatan yang sama, Kepala Badan Penanaman Modal Daerah Provinsi Sumsel Permana menyambut positif upaya Deplu yang berniat memotret potensi daerah, baik potensi komoditas maupun wisata, untuk dipublikasikan di wilayah Amerika dan Eropa. Pihak pemprov pun akan segera mengumpulkan data dari dinas dan instansi terkait lainnya seputar potensi yang ada di bumi Sumsel. “Kami sangat mendukung upaya ini dan akan segera merangkum semua potensi daerah yang disajikan dalam bentuk compact disk (CD) sehingga dengan mudah dapat disajikan kembali di luar negeri saat promosi,” ucapnya. (iwan setiawan)


20 November 2008

Penurunan Harga BBM Industri Disambut Dingin

PALEMBANG (SINDO) – Penurunan harga bahan bakar minyak (BBM) industri yang dilakukan Pertamina disambut dingin pengusaha perkebunan di Sumatera Selatan (Sumsel).

Sales Manager Pemasaran bahan bakar minyak (BBM) Industri & Marine Region I Sumbagsel Budi Setio Hartono menjelaskan, PT Pertamina (Persero) terhitung 15 November 2008 menurunkan harga seluruh jenis BBM industri antara 7,2%–28,6% dibandingkan per 1 November 2008. Meski begitu, belum tampak adanya peningkatan pemesanan BBM industri oleh perusahaan-perusahaan. Apalagi, sejak krisis finansial global melanda dunia dan berimbas pada sektor industri riil di Sumsel, terjadi penurunan pemesanan BBM industri. Meski enggan menyebut angka real, Budi mengaku jumlahnya cukup signifikan. “Memang ada penurunan, tapi angkanya belum pasti karena masih kami evaluasi terus. Mudah-mudahan dengan adanya penurunan harga ini, tingkat pemesanan bisa normal kembali,” ujarnya kepada SINDO kemarin.

Sementara itu, Ketua Gabungan Perusahaan Perkebunan Sumsel (GPPSS) Syamsir Syahbana mengatakan, akibat yang dirasakan perusahaan perkebunan khususnya kelapa sawit atas krisis keuangan global adalah menurunnya pesanan dari importir. Hal itu mengakibatkan anjloknya harga komoditas crude palm oil (CPO) yang berimbas pada tertahannya produksi pabrik. “Bagaimana mau produksi kalau biayanya tidak tertutupi dengan harga jual. Perusahaan juga kan tidak mau rugi,” tuturnya.

Syamsir mengungkapkan, dengan tertahannya proses produksi, pemesanan BBM jenis solar yang digunakan untuk mesin produksi juga dikurangi. (iwan setiawan)


PT BA Siapkan Pelabuhan Baru

Gubernur Sumatera Selatan (Sumsel) H Alex Noerdin, kemarin menerima perwakilan dari PT Bukit Asam terkait rencana pembangunan dua pelabuhan di Sumsel untuk memperlancar arus pengiriman batu bara.


Ditargetkan 2011 Dapat Beroperasi

PALEMBANG (SINDO) – Kebijakan pemerintah melindungi Jembatan Ampera dari ekses transportasi sungai yang melaluinya direspons PT Bukit Asam (PTBA) dengan membangun pelabuhan stockpile di Palembang.

Direktur Utama PTBA Sukrisno mengatakan, pihaknya berkomitmen mendukung semua kebijakan yang dibuat pemerintah. Usulan Pemerintah Kota (Pemkot) Palembang untuk mengeluarkan regulasi yang berisikan ancaman pidana kepada pihak yang menabrak Jembatan Ampera dinilainya sangat baik. Sebab, semua masyarakat menyadari bahwa landmark Kota Palembang adalah Jembatan Ampera sehingga harus dijaga bersama. “Merespons hal itu dan untuk mengurangi arus lalu lintas angkutan batu bara yang melalui Jembatan Ampera, perusahaan saat ini sedang menyiapkan pelabuhan stockpile di Desa Prajen, Mariana, Kabupaten Banyuasin,” ujarnya kepada wartawan di Kantor Gubernur Provinsi Sumsel kemarin.

Menurut Sukrisno, saat ini pembangunan pelabuhan stockpile batu bara di Prajen memasuki tahapan pembebasan lahan. Apabila sesuai rencana, paling lambat awal 2011 pelabuhan yang memiliki luas 12 ha tersebut sudah bisa beroperasi. Meski Pelabuhan Prajen nantinya telah beroperasi, bukan berarti Pelabuhan Kertapati akan dihentikan fungsinya. Justru kedua pelabuhan itu akan difungsikan bersama-sama untuk memaksimalkan pengiriman batu bara. “Nantinya Pelabuhan Kertapati akan difungsikan dengan mengangkut batu bara menggunakan kapal kecil, sedangkan kapal dengan kapasitas angkut besar akan dioperasikan dari Pelabuhan Prajen,” katanya.

Alasan dipilihnya pelabuhan stockpile di Prajen, ungkap Sukrisno, karena pelabuhan stockpile di Kertapati sudah tidak mungkin lagi dikembangkan. Hal itu berdasarkan hasil konsultasi dan koordinasi PTBA dengan Pemkot Palembang beberapa waktu lalu. Dengan pembagian letak stockpile yang berjauhan, konsekuensinya perusahaan harus menanggung biaya tambahan yang lebih besar. “Tetapi, kompensasi kami ada pelabuhan di Prajen, yaitu bisa operasional 24 jam. Selain itu, kapasitas angkutnya bisa lebih besar dari tongkang yang dari Kertapati,” tandasnya.

Sementara itu, Gubernur Provinsi Sumatera Selatan Alex Noerdin mengatakan, pemerintah saat ini sedang menjalin jaringan-jaringan untuk mendukung pembangunan infrastruktur. Menurut dia, kerja sama dengan pihak swasta tidak dapat dihindari untuk menuju percepatan pembangunan. Sebab, jika hanya mengandalkan biaya pembangunan dari pemerintah, realisasi berbagai proyek infrastruktur akan sangat lambat. “Mudah-mudahan berbagai infrastruktur pendukung seperti pelabuhan dan kereta api bisa cepat terwujud dengan adanya kerja sama melalui berbagai pihak yang sedang kami jajaki,” jelasnya.

Menurutnya, dengan semakin lancarnya arus distribusi barang dari dan ke Sumsel, perekonomian Sumsel akan semakin bagus. “Karena itu, mari kita dukung pembangunan infrastruktur di Sumsel untuk kepentingan bersama ,” tuturnya. (iwan setiawan)

foto : ahmad junaidi


19 November 2008

Interbis Terimbas Krisis

PALEMBANG (SINDO) – Setelah menghantam sektor perkebunan, dampak krisis keuangan global mulai mengancam sektor usaha industri makanan ringan di Palembang. Perusahaan yang terkena imbas krisis keuangan global tersebut adalah PT Interbis Sejahtera, produsen beragam makanan ringan (biskuit) yang beralamat di Jalan HBR Motik Km 9, Palembang.

Pada pekan lalu tepatnya Senin (10/11), perusahaan mengurangi jam kerja selama satu hari dan meliburkan karyawannya. Namun, ketika SINDO bersama wartawan media lokal lain mencoba mengonfirmasi kepada pihak manajemen perusahaan, tidak ada satu pun perwakilan manajemen yang bersedia ditemui.

Ketua Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI) Cabang PT Interbis Sejahtera, Alimin yang dimintai keterangan mengaku tidak mengetahui persoalan yang terjadi. Menurut dia, segala keterangan yang menyangkut perusahaan telah ada mekanisme melalui divisi humas. “Saya nggak bisa ngomong persoalan itu, temui saja humas,” ujarnya saat ditemui di pabrik Interbis kemarin.

Berdasarkan informasi, selain meliburkan karyawan di luar jadwal libur reguler, Interbis juga melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap ratusan tenaga kerja kontrak. Tentu saja hal itu merupakan warning bagi pihak terkait, seperti para pengusaha dan pemerintah, bahwa dampak krisis telah merasuk ke sektor usaha lainnya di Sumatera Selatan (Sumsel).

Sementara itu, Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sumsel Yuan Sjamsi mengaku belum mengetahui secara pasti kondisi yang sebenarnya terjadi di Interbis. Sebab, pihaknya belum menerima laporan mengenai perusahaan-perusahaan yang terkena dampak krisis. Namun, dia tidak membantah kalau situasi tersebut bisa saja terjadi. “Belum ada laporan dari Interbis mengenai kondisi di perusahaan itu. Tapi, mungkin saja hal itu terjadi akibat penurunan produksi dan kesulitan keuangan sebagai respons menurunnya daya beli masyarakat,” ucapnya.

Yuan mengungkapkan, kondisi seperti yang dialami Interbis bisa saja menular ke beberapa perusahaan lain. Untuk itu, pengusaha meminta agar pemerintah segera mengambil kebijakan untuk memproteksi sektor usaha. Saat ini, seluruh perusahaan menengah besar di Sumsel sedang dalam situasi siaga 1. Hal itu berdasarkan perkembangan penanggulangan krisis keuangan global yang dilakukan pemerintah belum bisa memberi jaminan akan keberlangsungan usaha mereka ke depannya. “Pengusaha masih wait and see dulu kondisi perekonomian enam bulan ke depan. Jika tidak ada perkembangan yang berarti, siap-siap saja menghadapi gelombang PHK massal,” tandasnya. (iwan setiawan)

XL Raih Dua Penghargaan

PALEMBANG (SINDO) – PT Excelcomindo Pratama Tbk (XL) kembali meraih dua penghargaan yang kali ini datang dari MarckPlus Inc (perusahaan jasa konsultasi pemasaran).

Dalam ajang penghargaan yang bertajuk Indonesia Business Award (IndoBSA) tersebut, XL meraih penghargaan untuk kategori Branded Service Champion dan MarkPlus New Wave Marketing Award untuk program Marketing XLent Heroes yang diserahkan pada Senin (17/11).

Presiden Direktur XL Hasnul Suhaimi mengatakan, dengan diraihnya penghargaan tersebut, semakin memicu XL untuk lebih baik lagi dalam memberikan layanan kepada para pelanggan. “Penghargaan ini hanya benefit tambahan dari kerja keras XL dalam memberikan pelayanan maksimal kepada konsumennya,” ujar Hasnul seusai menerima penghargaan.

Sementara, Markplus New Wave Marketing Award merupakan penganugerahan kepada perusahaan yang dianggap berhasil menggelar konsep New Wave Marketing, yakni suatu model marketing praktis yang merangkul pelanggan secara horizontal, vertikal, dan komunitas. XLent Heroes merupakan program komunitas XL yang membidik pelajar SMA di seluruh Indonesia dan digelar sejalan dengan program corporate social responsibility XL, yaitu Indonesia Berprestasi. (iwan setiawan)

18 November 2008

Harga Meningkat, Pasar Elektronik Sepi

PALEMBANG (SINDO) – Turunnya harga minyak dunia hingga di bawah USD 60 per barel, belum diikuti dengan turunnya harga barang-barang elektronik. Bahkan, di sejumlah toko elektronik di Kawasan Beringin Janggut, barang elektronik mengalami kenaikan hingga 30%.

Dedi, pemilik toko Abadi Elektronik di kawasan Jalan Kolonel Atmo, yang ditemui SINDO mengatakan, harga barang elektronik relatif masih stabil dan sebagian barang justru mengalami kenaikan. Dia menuturkan, produk yang mengalami kenaikan harga yakni televisi sebesar 5–30%. Harga televisi 21 inci berbagai merek masih berkisar Rp 750.000 – Rp1.000.000. “Kalau toko di sebelah mungkin harganya beda-beda tipis. Hal itu bisa terjadi karena stok barang yang dimiliki masing-masing toko berbeda dan kebanyakan toko masih memiliki stok barang lama. Yang jelas, harga barang elektronik sangat dipengaruhi dolar,” kata Dedi.

Senada dengan Dedi, Adji, pedagang elektronik di kawasan Beringin Janggut, mengatakan, turunnya harga minyak dunia belum berpengaruh secara signifikan bagi pasar elektronik. Hal itu terlihat dari daya beli konsumen yang belum menunjukkan peningkatan. “Jumlah pengunjung masih seperti hari-hari biasa. Belum terlihat ada peningkatan maupun penurunan signifikan,” ujarnya.

Bahkan, Adji pesimistis tingkat penjualan produk elektronik akan membaik jika melihat perkembangan nilai tukar rupiah yang terus melemah. Menurut dia, untuk beberapa bulan ke depan diprediksi harga elektronik akan terus meningkat. (iwan setiawan)

Akuisisi Tak Pengaruhi Bank Century

PALEMBANG (SINDO) – Aktivitas Bank Century Palembang kembali normal pasca kepanikan yang melanda nasabah akibat kalah kliring, Kamis (13/11). Bahkan, adanya rencana akuisisi oleh Sinar Mas Group terhadap bank tersebut, belum banyak diketahui karyawan dan nasabah.

Corporate Secretary Bank Century Deddy Triyana mengaku, rencana akuisisi PT Sinar Mas Multiartha Tbk terhadap PT Bank Century Tbk diawali dengan penandatanganan letter of intent (LoI) pada Minggu (16/11). Dalam surat pernyataan minat tersebut, anak perusahaan Sinar Mas Group itu akan mengakuisisi hingga 70% saham yang telah diterbitkan bank yang mayoritas sahamnya dipegang PT Century Mega Investindo dan First Gulf Asia Holdings Ltd tersebut. "Akuisisi ini sangat baik bagi Bank Century karena akan memungkinkan peningkatan kinerja pelayanan kepada para nasabah. Selain itu, Sinar Mas merupakan perusahaan bagus dan memiliki infrastruktur yang kuat,” ujarnya saat dihubungi SINDO kemarin.

Deddy membantah jika rencana akuisisi muncul sebagai akibat dari peristiwa kalah kliring yang dialami bank yang sebelumnya bernama Raharja Bank dan Lippo Bank itu pada Kamis (13/11). Pembicaraan mengenai rencana akuisisi Bank Century memang telah lama dibahas, hanya selama ini terbentur masalah penentuan waktu dan momen yang tepat untuk merealisasikannya.

Sementara itu, Koordinator Umum & SDM Bank Century KCU Palembang Amancik Sayuti mengatakan, kondisi operasional Bank Century kembali normal. Hal itu terbukti dengan banyak nasabah yang menyetorkan dananya setelah sebelumnya banyak yang menarik karena panik. "Anda bisa lihat sendiri transaksi yang dilakukan nasabah hari ini (kemarin), bukan hanya penarikan, tapi juga penyetoran uang kembali normal,” ucapnya saat ditemui SINDO kemarin.

Ketika ditanya mengenai adanya penandatanganan LoI antara PT Sinar Mas Multiartha Tbk dan PT Bank Century Tbk untuk rencana akuisisi, Amancik menyatakan bahwa manajemen telah memberitahukan kepada karyawan dan nasabah. “Karyawan belum menunjukkan respons dari rencana akuisisi tersebut karena saat ini mereka fokus pada layanan kepada para nasabah,” tuturnya. (iwan setiawan)


17 November 2008

Izin Tak Produktif Dipangkas

Pengusaha Properti Keluhkan Maraknya Pungli

PALEMBANG (SINDO) – Gubernur Sumatera Selatan (Sumsel) Alex Noerdin berjanji membantu pengembang perumahan untuk melanjutkan pembangunan.

Bantuan tersebut berupa pemangkasan perizinan yang sebenarnya tidak diperlukan atau telah tercantum dalam aturan yang lain. Gubernur juga meminta kepada para pengembang perumahan yang tergabung dalam Persatuan Perusahaan Real Estate Indonesia (REI) untuk memberi masukan kepada pemerintah mengenai aturan yang perlu direvisi atau dihapuskan. “Pemerintah berkomitmen membantu sektor usaha. Segera usulkan kebijakan apa yang perlu diubah karena yang mengerti persoalan di dunia usaha adalah pelaku usaha itu sendiri,” ujarnya saat menerima pengurus DPD REI Sumsel belum lama ini.

Pada pertemuan tersebut, Alex sempat menanyakan kondisi perusahaan pengembang perumahan di Sumsel saat krisis finansial global melanda penjuru dunia. Sebab, untuk menghindari dampak krisis yang lebih besar, kalangan perbankan menghentikan sementara kredit konsumtif, termasuk untuk pengembang perumahan. “Tapi, saya yakin pengusaha properti di Sumsel bisa mengatasi dampak krisis yang terasa. Untuk itulah perlu koordinasi dengan pemerintah agar kami bisa membantu meringankan beban sektor usaha akibat krisis,” tuturnya.

Sementara itu, Ketua DPD REI Sumsel Wirawan Djatmiko menerangkan, pengusaha properti memang mengalami kendala pembiayaan di masa krisis finansial global yang sedang berlangsung. Saat ini untuk wilayah Sumsel, mayoritas anggota REI membangun tipe rumah sederhana (RSH) yang merupakan program pemerintah dalam penyediaan perumahan bagi rakyat. Target tahun ini di seluruh wilayah Sumsel direncanakan pembangunan 10.000 unit RSH. Hingga akhir Oktober 2008, pembangunan telah terealisasi hingga 9.000 unit lebih. “Krisis dan pungli menjadi penghambat tercapainya target tersebut. Selain itu perbankan menghentikan kreditnya sementara waktu. Karena itu, kalau bisa kami meminta bantuan kepada pemerintah dalam bentuk sharing pembiayaan khusus untuk RSH,” katanya.

Akibat penghentian kucuran kredit perbankan ke sektor perumahan membuat pembangunan juga terhenti. Hal itu disebabkan para pengembang tidak mau menanggung kerugian lebih besar akibat tidak jelasnya kemampuan membayar para konsumen. Dampak lebih jauh adalah adanya beberapa perusahaan yang terpaksa kehilangan kontrak pembangunan karena tidak memiliki sumber pembiayaan pembangunan. “Dari 90 anggota terdaftar, 10 di antaranya pasif atau tidak memiliki proyek. Sementara, untuk yang lain menyetop pembangunan baru. Kalaupun ada, sekarang hanya menyelesaikan proyek pembangunan yang lama,” tandasnya. (iwan setiawan)


Saham Bumi Dinilai Prospektif

PALEMBANG (SINDO) – Menurut beberapa praktisi bursa efek, saham PT Bumi Resources Tbk masih memiliki prospek yang baik. Hal itu menyikapi terus turunnya harga saham Bumi akibat praktik repurchase agreement (Repo) yang dilakukan induk perusahaan PT Bakrie & Brothers Tbk.

Repo saham merupakan teknik untuk mencari pembiayaan di pasar dengan menggadaikan saham tertentu kepada pihak lain. Pihak yang memperoleh pinjaman berkomitmen membeli kembali saham yang digadaikan itu pada waktu dan harga tertentu. Pada awalnya, Repo yang dilakukan Bakrie Group itu tidak masalah. Sebab, ketika nilai pasar jaminan turun (karena harga sahamnya merosot), Bakrie Group melakukan top up (menyetor kekurangan nilai jaminan). "Namun, masalahnya timbul karena saham yang digunakan pada satu transaksi Repo dipakai Repo lagi kepada pihak ketiga di pasar secara berantai,” ujar Direktur Utama BEI Erry Firmansyah di Palembang belum lama ini.

Director Capital Market and Research PT Batavia Prosperindo Sekuritas Josep Ginting mengatakan, saham perusahaan mining (pertambangan) yang digunakan untuk energi masih memiliki prospek yang baik. Hal itu disebabkan dunia masih membutuhkan sumber energi terutama alternatif setelah minyak yang cadangannya terus menipis. “Apalagi, hasil pertambangan yang diekspor untuk energi pasti akan membaik seiring membaiknya perekonomian dunia,” tuturnya. (iwan setiawan)


Perbankan Nasional Stabil

PALEMBANG (SINDO) – Bank Indonesia (BI) membantah telah terjadi permasalahan serius yang dihadapi perbankan Indonesia akibat krisis finansial global.

Dalam siaran pers Bank Indonesia No 10/58/PSMH/Humas tertanggal 14 November 2008, BI merasa prihatin dengan berkembangnya rumor yang terjadi beberapa hari terakhir ini yang berpotensi mengganggu kepercayaan masyarakat terhadap perbankan. “Dengan ini kami tegaskan bahwa desas-desus tersebut tidak benar dan tidak memiliki landasan,” ungkap Gubernur Bank Indonesia Boediono.

Menyikapi kondisi yang berkembang saat ini, BI mengimbau kepada seluruh lapisan masyarakat, nasabah, dan pihak-pihak yang terkait dengan kegiatan perbankan di tanah air, tidak terpengaruh oleh informasi yang tidak jelas. Apalagi, saat ini semua negara di dunia memperkuat dirinya untuk menghadapi dampak dari gejolak krisis keuangan global.

Terkait peristiwa yang menyangkut PT Bank Century Tbk, Boediono menjelaskan bahwa bank tersebut tidak dapat ikut serta dalam kliring pada Kamis, 13 November 2008,karena faktor teknis berupa keterlambatan penyetoran prefund. “Pada Jumat 14 November 2008, bank yang bersangkutan sudah dapat kembali mengikuti kliring secara normal dan suspensi perdagangan saham bank tersebut juga sudah dicabut. Sejak Jumat, seluruh kantor dan cabang Bank Century di semua daerah buka dan beroperasi seperti biasa untuk melayani masyarakat,” paparnya.

Sementara itu, Pemimpin BI Palembang Zainal Abidin Hasni menerangkan, secara umum kondisi Bank Century cabang Palembang sudah normal. Kepanikan yang terjadi pada nasabah merupakan hal yang wajar. Selain itu, faktor penyampaian informasi yang benar dan transparan dari manajemen juga menjadi satu hal yang bisa mengurangi kepanikan nasabah. “Nasabah ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi dan bagaimana dengan dana simpanannya. BI Palembang telah membantu memberikan sosialisasi apa yang terjadi kepada nasabah dan akhirnya bisa menerima serta membatalkan penarikan dana,” tuturnya. (iwan setiawan)


15 November 2008

Nasabah Bank Century Palembang Panik

PALEMBANG (SINDO) – Setelah kantor pusat PT Bank Century Tbk mengalami kalah kliring pada Kamis (13/11) lalu, ribuan nasabah PT Bank Century Tbk panik. Tak terkecuali nasabah yang berdomisili di Palembang yang memiliki tiga unit kantor cabang Bank Century.

Assistant Manager Bank Century Kantor Cabang Utama (KCU) Palembang M Amin Zain mengaku, sejak Kamis siang banyak nasabah yang berdatangan ke bank setelah mengetahui informasi bahwa kantor pusat mengalami kalah kliring. Para nasabah itu panik dan menyangka kalau uang mereka akan hilang akibat peristiwa tersebut. Namun, karena sistem pada hari itu blank, beberapa jenis transaksi tidak bisa dilakukan, terutama penarikan dalam jumlah besar. “Kejadian itu (kalah kliring) hanya terjadi pada Kamis saja. Hari ini (kemarin) kami sudah mulai ikut kliring dan operasional berangsur normal lagi,” ujar Amin kepada wartawan di kantornya kemarin.

Dia membantah jika telah terjadi rush di bank mereka. Banyaknya nasabah yang datang ke bank mereka kemarin lebih disebabkan untuk mencari informasi yang benar. Meski demikian, berdasarkan pantauan SINDO, nasabah yang datang ke Bank Century kemarin didominasi nasabah yang ingin menarik simpanannya. “Jangan langsung dibilang terjadi rush dong. Mungkin nasabah ingin mengambil uang karena memang sedang butuh,” katanya.

Amin menambahkan, total nasabah Bank Century di Palembang mencapai 10.000 orang lebih. Mereka dilayani di 3 kantor, masing-masing 1 (KCU) dan 2 kantor cabang pembantu (KCP). Pihaknya akan segera menormalkan kembali sistem yang sempat blank agar layanan kepada nasabah bisa berjalan seperti biasa. Pihaknya juga akan menyediakan dana segar guna memenuhi permintaan nasabah. “Nasabah yang ingin menarik simpanannya sudah bisa transaksi hari ini (kemarin), baik melalui ATM maupun teller kami. Kalaupun tidak dapat kami layani hari ini, nasabah dapat mencoba kembali pada Senin,” tuturnya.

Sementara itu, Pemimpin Bank Indonesia Palembang Zainal Abidin Hasni menerangkan, kondisi kalah kliring yang terjadi di Bank Century sebenarnya hal yang wajar terjadi pada perbankan. Untuk itu, para nasabah diharap tetap tenang dan tidak panik. Menurut dia, kalah kliring yang terjadi pada Bank Century hari ini terasa heboh dan menjadi tidak wajar karena terjadi pada kondisi likuiditas ketat. Zainal mengatakan, kondisi kalah kliring bisa terjadi karena likuiditas bank yang terganggu dan juga sulitnya bank mendapat pinjaman lewat interbank. “Kondisi kalah kliring bisa saja terjadi di bank mana pun. Kami minta jangan terlalu dibesar-besarkan,” ungkapnya.

Dia menuturkan, sejak Kamis lalu, pihaknya langsung turun memantau kondisi riil di Bank Century Palembang. Bank Indonesia pun memberi sosialisasi kepada para nasabah yang panik dan ingin mengambil uangnya besar-besaran, bahwa tindakan itu justru memperburuk situasi yang ada. Sebab jika rush terjadi, bank tidak memiliki daya untuk bertahan dan memutuskan untuk tutup. Jika salah satu bank tutup, akan tercipta dampak sistemik yang tidak hanya dirasakan nasabah bank yang bersangkutan, tapi dunia perbankan secara umum juga akan terkena dampaknya. “Kami sudah terangkan kepada para nasabah agar mereka tetap tenang dan tidak panik. Alhamdulillah, sebagian besar dari mereka bisa menerima penjelasan kami dan menyetorkan kembali dananya,” tandasnya.

Berdasarkan pantauan SINDO, KCU Bank Century di Jalan Kebumen, 16 Ilir, diramaikan oleh antrean. Seorang nasabah yang ditemui mengaku bahwa dirinya harus ke teller setelah tak bisa menarik dana lewat ATM. Menurut dia, penarikan dana via teller bisa dilakukan, tapi menggunakan sistem kupon karena panjangnya antrean. Nasabah tersebut mengaku khawatir dengan nasib dananya di Bank Century. “Kalau bisa, akan saya tarik semua tabungan saya dan dipindah ke bank pemerintah saja biar lebih aman,” tutur dia yang tak mau disebut namanya. (iwan setiawan)

halaman 1

14 November 2008

Kontrak Kalindo Terancam Dicabut

PALEMBANG (SINDO) – Kontrak Kalindo Matesu Goautama Gas sebagai stasiun pengisian bahan bakar elpiji (SPBE) terancam diputus Pertamina.

Staf Humas PT Pertamina (Persero) UPms BBM Retail Region II Roberth MV mengatakan, jika memang terdapat unsur pidana dalam hasil inspeksi mendadak (sidak) yang dilakukan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sumsel ke SPBE Kalindo beberapa waktu lalu, ancaman tersebut bisa saja dilakukan. Namun sebelum diputuskan, Pertamina terlebih dulu mengevaluasi sejauh mana pelanggaran yang dilakukan pihak kontraktor elpiji tersebut. “Sanksinya kan beragam, mulai dari teguran, skorsing, hingga putus kontrak. Pertamina juga tidak mau asal memutuskan sanksi karena ini menyangkut kepentingan masyarakat luas. Namun, jika memang terbukti merugikan masyarakat, mau tidak mau kami juga harus tegas menegakkan peraturan,” ujarnya kepada SINDO kemarin.

Yang dimaksud Roberth menyangkut kepentingan masyarakat luas, yakni jika Pertamina memutus kontrak Kalindo sebagai SPBE, kemungkinan akan terjadi kelangkaan gas elpiji di Sumsel. Sebab, saat ini untuk wilayah Sumsel baru terdapat tiga unit SPBE yang tentunya masih sangat minim untuk melayani konsumen di Sumsel. “Konsekuensi kalau kami putus kontrak dengan Kalindo, agen yang mengisi di sana akan dialihkan ke SPBE Pulau Layang. Dengan begitu, akan terjadi penumpukan yang menyebabkan pasokan ke agen terlambat. Dampak lebih besar lagi akan terjadi kelangkaan elpiji di tengah masyarakat,” katanya.

Sebelumnya, pada pertengahan Oktober lalu, Disperindag Provinsi Sumsel melakukan sidak dan menemukan ratusan tabung elpiji yang sudah kedaluwarsa di SPBE Kalindo, Jalan Tanjung Api-Api. Pemeriksaan terhadap karyawan dan pimpinan mitra Pertamina tersebut dilakukan oleh penyidik pegawai negeri sipil (PPNS) Disperindag. Hingga kini, belum diketahui perkembangan penyidikan karena pihak Disperindag belum mau buka mulut atas kasus ini. Atas temuan tabung kedaluwarsa tersebut, Roberth meminta semua pihak menahan diri dan tidak saling menyalahkan. “Pertamina bukan bermaksud mau lepas tangan, tapi harus ditelusuri mengapa bisa terjadi. Sebab, aturan di Pertamina sendiri sudah sangat ketat. Tabung yang berpotensi menimbulkan kerugian bagi masyarakat harus segera dimusnahkan dan diganti dengan yang baru,” tuturnya.

Sementara itu, Sales Representative Gas Domestik Pertamina Region I Rayon V Hendra Arief mengatakan, evaluasi mengenai kontrak kerja sama dengan Kalindo ataupun mitra gas elpiji Pertamina yang lain dilakukan secara berkala dan terukur. Namun, dia belum mau membeberkan hasil evaluasi terkait ditemukannya tabung kedaluwarsa di SPBE Kalindo. “Tunggu saja, nanti hasilnya kami beri tahu. Kalau sekarang, kami masih tunggu hasil pemeriksaan dari pemerintah provinsi,” tandasnya. (iwan setiawan)

halaman 22


Askrindo Targetkan Jaminan Rp1 Triliun

PALEMBANG (SINDO) – Hingga akhir 2008, PT Asuransi Kredit Indonesia (Persero) menargetkan penambahan 1.000 debitur dengan dana jaminan kredit mencapai Rp1 triliun.

Kepala kantor PT Askrindo (Persero) Cabang Palembang Edi Kurniawan mengatakan, saat ini pihaknya hanya menjalani waktu yang tersisa pada 2008. Sebab, cabang Palembang baru efektif beroperasi pada Oktober lalu sehingga pekerjaan lebih pada pembenahan administrasi. Edi mengungkapkan, hingga Juni 2008 lalu, dana jaminan kredit usaha rakyat (KUR) yang dikucurkan Askrindo untuk usaha mikro kecil menengah dan koperasi (UMKMK) di wilayah Sumsel mencapai Rp 700 miliar. Dana tersebut diperuntukkan bagi 351 debitur yang tersebar di
beberapa daerah dalam wilayah Sumsel.

Dengan beroperasinya kantor cabang Palembang, peningkatan debitur cukup pesat terjadi. Hingga akhir Oktober lalu, jumlah debitur telah meningkat menjadi sekitar 600 debitur dengan dana jaminan yang dikucurkan mencapai Rp 900 miliar.

Sementara itu, Denni Adrianto, seorang pemilik usaha tambak ikan, mengaku masih bingung dengan mekanisme yang harus dijalaninya untuk mendapatkan KUR. (iwan setiawan)

halaman 22

13 November 2008

Serap Modal Domestik dengan Edukasi Investor


Director Capital Market and Research PT Batavia Prosperindo Sekuritas Josep Ginting (kiri) memberi keterangan perkembangan pasar sekuritas di Palembang kemarin.


PALEMBANG
(SINDO) – Hadir dengan konsep edukasi dan profit, PT Batavia Prosperindo Sekuritas optimistis mampu menarik minat para investor lokal untuk bermain saham di dalam negeri. Pasalnya, selama ini investor lokal yang minim informasi banyak yang bermain saham di bursa luar negeri.

Director Capital Market and Research PT Batavia Prosperindo Sekuritas Josep Ginting mengatakan, kondisi pasar modal di Palembang sangat potensial. Namun, sangat disayangkan hal itu belum mampu dikembangkan secara maksimal. Padahal, kondisi Palembang dengan dukungan infrastruktur yang ada hampir sama dengan Medan yang telah maksimal pengembangan pasar modalnya. “Kami bisa lihat pertumbuhan perekonomian Palembang yang sangat baik yang mana sektor perdagangan dan agrobisnisnya menjadi andalan,” ujar dia kepada SINDO di ruang kerjanya kemarin.

Josep menjelaskan, semakin baiknya pertumbuhan ekonomi di Palembang belum diimbangi instrumen investasi yang memadai. Selain itu, minimnya informasi yang didapatkan masyarakat mengenai pasar modal juga menyebabkan lambannya pertumbuhan investor di perusahaan-perusahaan sekuritas yang telah lebih dulu berdiri dan beroperasi di Palembang.

Sementara itu, GM PT Batavia Prosperindo Sekuritas Palembang Harri M Soewandi menerangkan, cabang yang beroperasi di Palembang merupakan cabang yang keenam. Menurut dia, manajemen tidak pernah membebankan target yang terlalu muluk bagi cabang Palembang karena memang baru beroperasi tiga bulan. Untuk 2008 ini, PT Batavia Prosperindo Sekuritas Palembang hanya ditargetkan meraih sekitar 80 nasabah aktif dengan kinerja transaksi antara Rp5–Rp7 miliar per hari. (iwan setiawan)

foto : mushaful imam

Pendapatan XL Capai Rp9,2 Triliun

PALEMBANG (SINDO) – PT Excelcomindo Pratama Tbk (XL) mampu meraih pendapatan usaha sebesar Rp 9,2 triliun selama periode Januari hingga September 2008.

Presiden Direktur XL Hasnul Suhaimi mengatakan, sejak pertengahan 2007 lalu, XL telah menikmati keuntungan menjadi pioneer strategi penurunan tarif. Menurut dia, dengan tarif yang sangat terjangkau tersebut berpengaruh positif terhadap minutes of use dan jumlah pelanggan. Hal itu disebabkan voice revenue per outgoing minute (Voice RPM) menurun sebesar 82% dari Rp740 pada periode Januari–September 2007 menjadi Rp130 pada periode Januari–September 2008.

“Jumlah outgoing minutes meningkat 1.076%, sedangkan jumlah pelanggan naik 96% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Dengan pencapaian ini, akan menghasilkan pertumbuhan pendapatan sebesar 60% dibandingkan periode Januari hingga September 2007," ujarnya kepada media beberapa waktu lalu.

Hasnul menambahkan, pertumbuhan EBITDA pada periode Januari–September 2008 meningkat 70% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, sedangkan EBITDA marjin meningkat 3% menjadi 45%. Pencapaian tersebut menunjukkan bahwa strategi yang diambil XL dengan menawarkan best value through comparable quality and affordable tariff bisa berjalan dengan baik.

Sementara itu, Direktur Keuangan XL Willem Lucas Timmermans menerangkan, laba bersih yang berhasil diraup XL pada Januari–September 2008 sebesar Rp 891 miliar atau naik 328% dari periode yang sama tahun sebelumnya. Dia mengatakan, hingga September 2008, XL memiliki 15.111 BTS dan telah menambah 5.164 BTS sepanjang 12 bulan terakhir. (iwan setiawan)

halaman 22


11 November 2008

Pendirian SPBE Mendesak

PALEMBANG (SINDO) – Minimnya stasiun pengisian bahan bakar elpiji (SPBE) di wilayah Sumatera Selatan membuka kesempatan bagi investor yang tertarik untuk membangun SPBE.

Ketua DPD II Hiswana Migas Sumbagsel Djunaidi Ramli mengatakan, dalam rapat komisi yang berlangsung pada Musyawarah Daerah (Musda) VII DPD II Hiswana Migas Sumbagsel beberapa waktu lalu, sempat dibahas mengenai kemungkinan investasi pembangunan SPBE. Namun, hingga kini hal itu belum terlihat realisasinya. Menurut Djunaidi, pembangunan SPBE membutuhkan dana dalam jumlah besar, sehingga kalaupun ada yang tertarik untuk membangunnya, pasti membutuhkan waktu. “Sudah ada beberapa anggota kami yang menanyakan syarat pembangunan SPBE hingga berapa besar dana yang dibutuhkan. Namun, untuk 2008 ini belum. Insya Allah tahun depan mungkin ada satu pembangunan,” ujarnya kepada SINDO kemarin.

Menyikapi minimnya fasilitas SPBE di wilayah Sumsel, Djunaidi menyatakan bahwa hal itu terkait dengan kebijakan Pertamina. Sebab, pembangunan tersebut tentu membutuhkan pasokan gas yang cukup ke depannya. “Kami juga berkoordinasi dengan Pertamina. Bagaimana nanti kalau sudah dibangun tapi pasokan gas cuma mencukupi satu atau dua tahun, kan rugi investornya,” katanya.

Sementara itu, Staf Humas PT Pertamina (Persero) Pemasaran BBM Retail Region II Roberth MV mengatakan, hingga 2011 mendatang, Pertamina memprogramkan akan membangun SPBE sebanyak 166 buah. Pembangunan SPBE tersebut sebagai infrastruktur pendukung program konversi minyak tanah ke elpiji. Dengan pembangunan SPBE tersebut, maka lebih memudahkan masyarakat dalam melakukan pengisian ulang elpiji secara eceran seperti halnya membeli minyak tanah. “Untuk wilayah Sumsel sendiri, saat ini baru terdapat tiga SPBE yang beroperasi, dua di antaranya milik swasta. Saat ini telah ada dua lagi pengajuan usulan pembangunan SPBE yang lokasinya berada di sekitar Palembang,” ungkapnya. (iwan setiawan)

halaman 22

10 November 2008

Penjualan Mobil Bekas Lesu

Setelah kenaikan harga BBM dan musim tahun ajaran baru, tingkat penjualan mobil bekas kembali turun drastis akibat krisis finansial global.

PALEMBANG
(SINDO) – Dampak krisis finansial global dirasakan sektor usaha penjualan mobil bekas. Dalam dua bulan terakhir, tingkat penjualan mengalami penurunan.


Staf administrasi Panca Mobilindo, Susi mengatakan, sebelum krisis terjadi, penjualan mobil bekas di showroom-nya bisa mencapai lima hingga delapan unit mobil per bulan. Namun, sejak krisis finansial melanda Amerika Serikat (AS) dan beberapa negara Eropa serta Asia, penjualan turun drastis. “Sejak krisis terasa sebulan kemarin, showroom kami belum bisa menjual satu unit mobil pun. Showroom lain juga saya kira tidak jauh kondisinya,” ujarnya kepada SINDO kemarin.

Susi menjelaskan, kendaraan roda empat yang akan dijual sebagian besar didatangkan dari wilayah Jakarta dan sekitarnya. Pasar di Palembang dan Sumsel pada umumnya masih memilih jenis minibus, khususnya produksi Jepang. Tetapi, karena pemesanan mengalami penurunan, untuk sementara pasokan mobil dihentikan karena stok di showroom belum laku terjual. “Mau bagaimana lagi, kalau stok masih banyak, terpaksa pasokan kami stop. Nanti kalau penjualan sudah normal kembali, baru kami minta kirim lagi pasokan mobil,” tuturnya.

Dia berharap, krisis finansial global segera berakhir. Sebab, krisis tersebut mengakibatkan guncangan ekonomi yang berdampak pada menurunnya daya beli masyarakat. “Akibat krisis ini, kredit konsumtif menjadi lebih diperketat dan suku bunga melambung. Hal itu tentu membuat masyarakat yang hendak memiliki mobil baru maupun bekas dengan cara kredit mengurungkan niatnya,” katanya.

Sementara itu, Ketua Asosiasi Pengusaha Mobil Sumatera Selatan (Sumsel) Jamil Yusuf mengatakan, dalam satu bulan terakhir ini tingkat penjualan mobil bekas mengalami tren menurun. Padahal, biasanya saat dalam kondisi normal, satu showroom mampu menjual 10–15 mobil per bulan. Namun, berdasarkan pengamatan pihaknya, memasuki pertengahan 2008 ini tingkat penjualan mengalami penurunan berkisar 20%–30% untuk semua jenis mobil. ”Beberapa waktu lalu penurunan terjadi karena adanya kenaikan harga BBM dan menjelang tahun ajaran baru. Namun, belum sempat pulih, datang krisis finansial global yang berdampak pada sektor usaha kami,” ungkapnya. (iwan setiawan)

foto : iwan setiawan

halaman 22

08 November 2008

KA Trans Sumatera Dinilai Mendesak

PALEMBANG (SINDO) – Staf Ahli Menteri Perhubungan Zulkarnain Oeyoeb mengatakan, kereta api (KA) merupakan sarana angkutan massal yang efektif dan efisien dibanding moda transportasi lain. Dengan KA, barang yang diangkut bisa dalam jumlah besar dan lebih cepat. Karena itu pihaknya akan mengembangkan KA agar masyarakat bisa merasakan manfaat secara luas.

Pengamat ekonomi dari Universitas Muhammadiyah Palembang Amidi mengatakan, meski terlambat, rencana pengembangan jaringan KA di Sumatera sangat baik. Menurut dia, seharusnya sejak dulu pemerintah melakukan hal itu, mengingat Sumatera memiliki banyak sekali potensi produk yang membutuhkan sarana transportasi massal yang efektif dan efisien, seperti halnya KA. “Meski kita tahu investasi untuk membangun jaringan KA sangat besar, adanya jaringan KA dari ujung ke ujung Pulau Sumatera selain bisa mempercepat pengiriman barang, juga menekan biaya transportasi,” tuturnya. (iwan setiawan)

halaman 18

Pasar Domestik Miliki Potensi

PALEMBANG (SINDO) – Menghadapi perlambatan ekspor akibat krisis finansial global, sudah saatnya para pelaku usaha memberi porsi besar terhadap pasar domestik.

Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Sumatera Selatan (Sumsel) Achmad Rizal mengatakan, krisis finansial global membuat ekspor ke beberapa negara tujuan utama, seperti Amerika Serikat (AS) dan China, mengalami penurunan. Untuk itu, sebaiknya pasar ekspor tersebut dialihkan ke pasaran dalam negeri. Sebagai contoh, kata Achmad, Thailand tidak terkena dampak krisis finansial global karena produk lokalnya memenuhi kebutuhan dalam negeri. “Jangan selalu berorientasi pada ekspor. Coba lihat pasar dalam negeri yang penduduknya lebih dari 220 juta orang, sangat potensial untuk digarap,” ujarnya kepada SINDO kemarin.

Ke depan, ungkap Rizal, selain mulai mengandalkan pasar dalam negeri, para pelaku usaha harus segera mencari tujuan ekspor baru selain AS. Sebab, tidak ada pihak manapun yang menjamin suatu negara terbebas dari krisis, meski dinilai super power. Nilai positif lain yang didapat dari pasar domestik, yaitu perputaran uang akan terjadi di dalam negeri sehingga perekonomian semakin kuat. “Boleh saja tetap ekspor, tetapi tetap saja tidak boleh menganggap sebelah mata pasar dalam negeri,” katanya.

Sementara itu, Wakil Ketua Komite Tetap Perbankan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Rachmad Ali menjelaskan, krisis finansial saat ini telah berbuah resesi ekonomi. Kekhawatiran dunia telah merebak bahwa akan datang gelombang tsunami resesi ekonomi yang episentrumnya di AS. “Krisis finansial yang kemudian mengglobal membuat sektor riil di AS menjadi babak belur. Angka penjualan hampir semua barang menurun tajam. Ini bisa menjadi bencana karena AS merupakan negara target ekspor terbesar di dunia,” ungkapnya.

Rachmad menambahkan, langkah yang dilakukan pemerintah sudah tepat. Bank Indonesia mempermudah likuiditas untuk membantu mengurangi tekanan perbankan. ”Selain itu, pemerintah harus mulai mengarahkan gerak ekonomi pada potensi pasar domestik. Karena itu, jika daya beli dapat dijaga, tekanan terhadap sektor riil akan berkurang,” ucapnya. (iwan setiawan)

halaman 18

07 November 2008

Proyek Besar yang Masih Perlu Pembenahan

KERETA API, TRANSPORTASI ALTERNATIF MAHASISWA UNIVERSITAS SRIWIJAYA (2-HABIS)


Sejumlah mahasiswa baru saja turun dari kereta api. Moda transportasi baru ini ternyata kurang diminati.


Dibangun dengan dana tak kurang dari Rp7,5 miliar, jalur kereta api (KA) dari Kertapati–Indralaya berikut stasiunnya, kini bak istana megah tanpa penghuni. Pasalnya, mahasiswa yang menjadi sasaran angkut KA masih menganggap sarana transportasi tersebut tidak efektif dan efisien.

Terbatasnya kapasitas KA mahasiswa menjadi salah satu alasan tidak populernya angkutan massal tersebut dikalangan mahasiswa Unsri. Selain itu, minimnya jadwal keberangkatan juga banyak dikeluhkan calon penumpang yang ingin menggunakan moda transportasi KA.

Saat ini, KA bermesin diesel (KRD) dengan dua rangkaian gerbong ini hanya memiliki dua jadwal pemberangkatan dari masing-masing stasiun, yakni pukul 07.00 WIB dan pukul 09.00 WIB dari Stasiun Kertapati, Palembang. Sedangkan dari Indralaya, KA berangkat pukul 08.00 WIB dan 14.00 WIB. “Waktu keberangkatan kereta kan ada jam-jam tertentu dan tidak bisa bebas seperti bus mahasiswa. Sedangkan waktu kuliah dan kepulangan mahasiswa sendiri berbeda-beda dan tidak seragam, ya bisa ketinggalan kereta kami,” ujar Laras, mahasiswi FKIP Unsri yang sedang menyusun skripsi.

Seperti halnya rekan-rekan Laras yang lain, keluhan seputar masih dibutuhkannya ongkos sekitar Rp2.000 (pergi-pulang/PP) untuk naik angkot dari stasiun ke dalam kampus menjadi faktor lain yang membuat keengganan memanfaatkan KA menjadi memuncak. “Dari kampus ke stasiun memang disediakan bus gratis bagi mahasiswa. Namun, gak tau kenapa, menjelang keberangkatan kereta, bus tersebut sangat sulit ditemui. Jadinya, terpaksa naik angkot untuk sampai di stasiun,” tuturnya.

Senada yang disampaikan Laras, Tammy Adistia, mahasiswi Fakultas Ekonomi Unsri angkatan 2007, mengaku belum tertarik untuk menjadikan KA sebagai transportasi menuju kampus. Sebab, selain waktu tempuh yang lebih cepat dan tingkat keamanan lebih tinggi, KA belum bisa menggeser keberadaan bus mahasiswa. Sebab, meski risiko kecelakaan lalu lintas lebih tinggi, dengan memilih bus, mahasiswa bisa menyesuaikan waktu kuliah dengan waktu keberangkatan. Selain itu, bus mahasiswa bisa lebih mudah dijangkau para mahasiswa yang tersebar di wilayah Kota Palembang. “Kalau naik bus kan bisa memilih jam keberangkatan. Selain lebih mudah menjangkaunya. Kalau yang dekat di Kampus (Unsri) Bukit Besar, ya ke sana atau bisa juga di Pasar Cinde. Sedangkan kalau mau naik KA harus ke Kertapati terlebih dahulu, yang ongkosnya beda tipis dengan ongkos ke Indralaya sendiri,” tuturnya.

Meski memiliki kapasitas angkut 300 penumpang setiap kali berangkat, KA mahasiswa hanya bisa mengantarkan tak lebih dari 50 mahasiswa setiap hari. Jumlah itu tentu sangat memprihatinkan, mengingat yang meminta untuk disediakan sarana transportasi KA ini adalah para senior yang kini sudah menjadi alumni.

Herlianto, petugas PT KA yang masuk dalam tim operasional KA mahasiswa, menambahkan, saat ini yang terpenting dilakukan adalah sosialisasi mengenai safety transportation, seperti yang diinginkan para mahasiswa sebelumnya. Namun, untuk membentuk perilaku agar menggunakan KA, tentu membutuhkan waktu yang agak lama. Apalagi, dia tidak menampik lokasi Stasiun Kertapati yang mungkin terlalu jauh dari jangkauan sebagian besar mahasiswa yang tinggal di Palembang. “Kami tidak pungkiri bahwa masih banyak kekurangan dalam operasional KA mahasiswa ini. Tapi, perlahan akan kami benahi,” tandasnya. (iwan setiawan)

foto : muhlis

publikasi : sindo sumsel; jumat 07 november 2008; halaman 13

Perlambatan Kredit Ancam Sektor Riil

PALEMBANG (SINDO) – Perlambatan laju pinjaman perbankan berimbas pada usaha sektor riil. Dengan penyusutan kredit perbankan, sektor riil terancam kehilangan sumber pendanaan dalam jumlah besar.

Direktur Center for Banking Crisis (CBC) Achmad Deni Danuri mengatakan, krisis keuangan global juga menyeret harga komoditas, seperti minyak, yang telah mencapai harga di bawah USD70 per barel dan bahkan dalam beberapa hari terakhir ini memperlihatkan tanda-tanda menyentuh harga di bawah USD60 per barel.

Sementara itu, pengamat ekonomi Unsri Syaipan Djambak menerangkan, pengendalian inflasi yang tinggi dan depresiasi nilai tukar rupiah merupakan tugas otoritas moneter (pemerintah dan BI) melalui kebijakan moneternya. Adapun kebijakan moneter yang diambil BI adalah meningkatkan suku bunga BI rate. Dengan meningkatnya BI rate, diharapkan akan mengurangi pelarian modal keluar negeri. Selain itu, kebijakan tersebut mengeliminasi tekanan terhadap agregate demand sehingga inflasi dapat ditekan. “Namun, peningkatan BI rate yang secara otomatis meningkatkan bunga tabungan dan bunga kredit juga menimbulkan efek negatif,” tuturnya. (iwan setiawan)

halaman 21

Pemprov-Kadin Maksimalkan CSR

PALEMBANG (SINDO) – Pemprov Sumatera Selatan (Sumsel) serta Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Sumsel sepakat memaksimalkan penyaluran corporate social responsibility (CSR).

Kesepakatan itu ditandai dengan menandatangani kerja sama pembentukan Forum Komunikasi Jaringan Kerja Sama Lintas Sektor Dunia Usaha (FK-JKLSDU). Ketua Kadin Sumsel Ahmad Rizal mengatakan, FK-JKLSDU merupakan langkah untuk memaksimalkan penyaluran corporate social responsibility (CSR) di Sumsel. Menurut dia, dengan penandatanganan MoU antara Pemprov Sumsel dan Kadin Sumsel tersebut, akan lebih memudahkan memantau kinerja program CSR suatu perusahaan. Diharapkan, dengan adanya FK-JKLSDU ini, ke depannya tercipta suatu fairness (keadilan) bagi perusahaan yang menjalankan CSR. “Dengan adanya forum ini, perusahaan yang hanya main-main atau setengah hati menjalankan CSR-nya akan ketahuan. Kami ingin ke depan, perusahaan yang menjalankan CSR dengan baik dan benar akan diberi penghargaan,” ujarnya seusai penandatanganan kerja sama pembentukan FK-JKLSDU di Palembang kemarin.

Menurut Rizal, bagi perusahaan yang belum menjalankan CSR dengan baik, forum akan mengingatkan manajemen perusahaan tersebut. Sebab, untuk memberi tindakan tegas belum bisa dilakukan karena belum ada satu pun regulasi yang mengatur tentang pelaksanaan CSR. "Untuk sanksi sendiri belum ada satu pun peraturannya karena selama ini CSR masih bersifat sukarela. Namun, dengan adanya forum ini, dapat diketahui perusahaan yang program CSR-nya jelek sehingga sanksi moral berupa pandangan negatif dari masyarakat dan stakeholders saya rasa cukup sebagai peringatan bagi perusahaan,” katanya.

Sementara itu, Gubernur Provinsi Sumsel Mahyudin NS yang diwakili Asisten Kesejahteraan Rakyat Sekda Pemprov Sumsel Aidit Aziz menyambut positif kerja sama ini. Menurut dia, pada dasarnya perusahaan yang merupakan bagian dari masyarakat harus tumbuh bersama. Perusahaan harus menjadi warga masyarakat dan warga usaha yang baik melalui adanya mutualisme. Dengan begitu, manusia sebagai makhluk sosial tidak pernah bisa lepas dari lingkungan sosial sekitar. “Korporasi kan kuat di sisi kapital dan negara lemah di sisi ekonomi. Untuk itu, perusahaan mutlak harus menjalankan program CSRnya,” ujar mantan Kepala Badan Pemuda dan Olahraga Pemprov Sumsel ini.

Selanjutnya, Aidit menerangkan, dengan keterbatasan yang dimiliki pemerintah dalam membangun suatu daerah, peran pihak lain melalui dana yang disisihkan dari laba usaha sangat penting. Hal itu juga menjadi tolok ukur kondusifnya iklim ekonomi di suatu daerah sehingga pemerintah bersama pihak terkait selalu menyosialisasikan penyaluran CSR dengan baik. “CSR ini wujud kepedulian kepada masyarakat di sekitar lahan usaha sebuah perusahaan. Oleh karena itu, berbagai upaya akan terus dilakukan untuk mendorong pelaku usaha dalam menjalankan program ini,” tandasnya. (iwan setiawan)

halaman 21

06 November 2008

Linkage Belum Maksimal

PALEMBANG (SINDO) – Perkembangan linkage program di Sumatera Selatan (Sumsel) masih rendah karena keengganan bank umum menyalurkan dana kredit melalui Bank Perkreditan Rakyat (BPR).

Direktur BPR Syariah Al Falah Barori Basri menyatakan, secara umum pembiayaan kredit usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), seperti industri batu bata, perdagangan, dan jasa, yang dilayani BPR belum terkena dampak krisis finansial global. Namun harus diakui, dampak krisis finansial sangat terasa pada aktivitas pengumpulan dana pihak ketiga (DPK) berupa tabungan maupun deposito. “Bagaimanapun, pendapatan masyarakat lebih diprioritaskan untuk memenuhi kebutuhan pokok sehingga tidak ada lagi uang lebih yang bisa ditabung. Sementara ini, penurunannya masih relatif kecil di bawah 1%,” ujarnya kepada SINDO kemarin.

Barori mengungkapkan, DPK yang berhasil dihimpun pihaknya mencapai Rp4 miliar, sedangkan untuk pembiayaan kredit menyentuh angka Rp5 miliar. Menurut dia, perlambatan pengumpulan DPK terjadi baru sepekan terakhir. Untuk mengantisipasi kondisi tersebut, pihaknya mengupayakan pengembalian kredit tepat waktu. Bagi nasabah yang tidak bisa mengembalikan angsuran 100% akan diberi kelonggaran. “Kami terus melakukan pembinaan, negosiasi, dan langkah lainnya, agar uang bisa masuk kembali ke bank. Selain itu, kami menerapkan layanan penyimpanan uang-uang yang tidak tersentuh bank umum, seperti celengan masjid,” tuturnya.

Adapun untuk penyaluran kredit perbankan ke segmen UMKM melalui BPR dengan skema linkage program, BPR Syariah Al Falah baru menjajaki kemungkinan kerja sama dengan bank umum. Sebab, menurut Barori, persyaratan untuk menjalankan program itu tidak semudah yang dibayangkan. Dalam pelaksanaan linkage program tersebut, bank umum menetapkan suku bunga. “Kalau mereka sudah tetapkan suku bunga tinggi, harus berapa lagi BPR menjual pinjaman ke pelaku usaha. Sementara, pelaku usaha tidak mau ambil karena mahal atau berpotensi jadi kredit macet,” paparnya.

Dewan Penasihat Perhimpunan Bank Perkreditan Rakyat Indonesia (Perbarindo) Pusat Rachmad Ali mengatakan, penyaluran kredit perbankan ke segmen UMKM melalui BPR dengan skema linkage program belum diselenggarakan secara merata. “Masih ada keraguan perbankan dalam melaksanakan linkage program, mereka beranggapan bahwa bank umum hanya dapat fee based dan margin rendah,” katanya.

Menurut Rachmad, linkage program merupakan upaya terobosan untuk meningkatkan akses perbankan menembus segmen UMKM. Sebab, berdasarkan informasi, perbankan di Indonesia hanya mampu menjangkau sekitar 10.000 dari 60.000 desa yang merupakan sentra UMKM. Padahal, segmen UMKM telah memberi kontribusi dengan penyerapan jumlah tenaga kerja yang terbesar dan sumbangan bagi perekonomian nasional mencapai lebih dari 50%,” ucapnya. (iwan setiawan)

halaman 22

Ekspor Nonmigas Sumsel Menurun

PALEMBANG (SINDO)– Transaksi ekspor Sumatera Selatan (Sumsel) pada Juli 2008 mencatat nilai negatif yang disebabkan menurunnya ekspor komoditas nonmigas.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumsel Haslani Haris mengatakan, nilai ekspor pada Juli 2008 mengalami penurunan sebesar 5,64% dibanding Juni 2008, yaitu dari USD330,71 juta menjadi USD312,08 juta. Nilai ekspor tersebut terdiri dari ekspor migas sebesar USD86,32 juta dan komoditas nonmigas sebesar USD225,75 juta. Untuk sektor nonmigas pada Juli 2008 mengalami penurunan sebesar USD41,39 juta dari Juni2008. “Penurunan nonmigas terutama disumbang oleh CPO sebesar USD13,51 juta yang diikuti komoditas batu bara sebesar USD2,22 juta,” ujarnya.

Menurut Haslani, ekspor Sumsel pada Juli 2008 masih dominan ke Singapura, Amerika Serikat, dan China. Nilai ekspor terbesar didapat dari Singapura yang mencapai USD79,89 juta, sementara AS sebesar USD65,02 juta, dan China USD42,76 juta. “Memang ketiga negara tersebut masih merupakan negara tujuan utama ekspor Sumsel. Bahkan, peranan ketiganya mencapai 60,14 persen dari total ekspor Sumsel,” ucapnya.

Kepala Bidang Neraca Wilayah dan Analisis Statistik BPS Sumsel Habibullah mengatakan, aktivitas perdagangan luar negeri ekspor dan impor Sumsel masih mengandalkan Pelabuhan Boom Baru sebagai gerbangnya. Menurut dia, pada Juli 2008, Pelabuhan Boom Baru mencatat nilai ekspor sebesar USD217,01 juta disusul Pelabuhan Plaju USD86,32 juta. Sementara, untuk aktivitas impor, Pelabuhan Boom Baru juga menjadi pintu masuk yang dominan untuk Sumsel dengan catatan nilai impor sebesar USD19,12 juta yang diikuti Pelabuhan Plaju yang mencapai USD1,53 juta. “Selain menggunakan transportasi laut, aktivitas ekspor dan impor juga melalui darat serta udara. Namun, aktivitas tersebut masih lebih dominan di Pelabuhan Boom Baru. Mungkin kalau Pelabuhan TAA sudah operasi, volume ekspor bisa lebih ditingkatkan dari yang sekarang karena kapal-kapal yang masuk melalui Pelabuhan Boom Baru terkendala debit air Sungai Musi yang tidak menentu,” tandasnya. (iwan setiawan)

halaman 22

XL Luncurkan Layanan BlackBerry 1

PALEMBANG (SINDO) – PT Excelcomindo Pratama Tbk (XL) kembali membuktikan komitmennya untuk menjadi yang terdepan dan inovatif sebagai penyedia layanan BlackBerry di Indonesia, dengan meluncurkan layanan BlackBerry 1 (One). Dengan layanan terbaru tersebut, para pengguna BlackBerry bisa menikmati penggunaan secara harian sesuai kebutuhan.

Layanan terbaru dari XL tersebut dapat dinikmati seluruh pelanggan XL prabayar dan pascabayar, mulai 1 November 2008. BlackBerry 1 merupakan wujud komitmen XL untuk mengembangkan inovasi layanan berkomunikasi sepuasnya bagi pelanggan, seperti mengakses email, browsing, chatting, blogging, dan sebagainya. ”Layanan ini memberi manfaat bagi masyarakat untuk dapat menggunakan layanan BlackBerry secara mudah dan fleksibel dengan biaya yang sangat terjangkau sesuai kebutuhan,” ujar GM Marketing and Product Development XL Business Solutions Budi Harjono.

Manager BlackBerry dan Internet XL Handono Warih menambahkan, layanan ini dapat dinikmati tidak hanya oleh pelanggan baru, tapi juga pelanggan lama. Cara berlangganannya pun sangat mudah, pelanggan cukup melakukan aktivasi melalui SMS dengan mengetik BBOn lalu kirim ke 568. (iwan setiawan)

halaman 22

Buah Perjuangan yang Justru Kurang Dihargai

KERETA API, TRANSPORTASI ALTERNATIF MAHASISWA UNIVERSITAS SRIWIJAYA (1)

Sejumlah mahasiswa baru saja turun dari kereta api mahasiswa jurusan Kertapati–Indralaya kemarin.


Setelah lama dinanti, kehadiran kereta api (KA) sebagai alternatif transportasi mahasiswa Universitas Sriwijaya (Unsri) justru dicuekin mayoritas mahasiswa.

Sejak diresmikan pada 1993, Kampus Unsri Indralaya mulai beroperasi. Para mahasiswa yang semula kuliah di Kampus Unsri Bukit Besar, secara serentak dipindahkan ke kampus baru. Berjarak sekitar 32 km dari Palembang, kampus baru itu harus ditempuh selama 45 menit perjalanan darat menggunakan bus mahasiswa. Minimnya jumlah bus dibanding jumlah mahasiswa membuat banyak mahasiswa yang harus rela berdiri berdesakan di dalam bus demi mengejar waktu kuliah. Selain ketidaknyamanan karena minimnya fasilitas, faktor keselamatan juga menjadi sesuatu yang sangat berharga.

Betapa tidak, para calon intelektual muda itu setiap pagi dan sore dihadapkan pada risiko kecelakaan lalu lintas yang setiap saat bisa merenggut nyawa mereka. Sebab, jalur yang mereka lintasi setiap hari merupakan jalur utama lintas Sumatera yang dilewati beragam jenis dan ukuran kendaraan. Beberapa peristiwa lakalantas yang bukan hanya mengakibatkan luka-luka, melainkan juga hilangnya nyawa sering kali terjadi. Bukan hanya mahasiswa, kalangan dosen pun pernah merasakan kehilangan rekan dalam kecelakaan fatal ketika pergi atau pulang dari Kampus Unsri Indralaya.

Hal itulah yang memicu aktivis kampus yang didukung mayoritas mahasiswa menuntut rektorat dan pemerintah untuk menyediakan sarana transportasi massal yang aman dan nyaman bagi mahasiswa. Setelah “berteriak” lebih satu dasawarsa, akhirnya para mahasiswa Unsri bisa menikmati hasil perjuangan senior mereka.

Pada 3 Maret 2008, Gubernur Sumsel kala itu, Syahrial Oesman, meresmikan penggunaan KA mahasiswa Unsri. Sayang, bayangan mengenai moda transportasi aman, nyaman, dan murah segera sirna seusai acara launching.

Dengan kapasitas angkut dua gerbong, KA mahasiswa bisa menampung 300 penumpang. Panjang rel KA dari Kertapati, Palembang, sampai Stasiun Indralaya yakni 22,5 km dan dapat ditempuh dengan waktu antara 20–25 menit. Artinya, mahasiswa bisa menyingkat waktu perjalanan daripada menggunakan bus hingga 30 menit.

Namun, dengan efektivitas waktu yang ditawarkan hingga risiko kecelakaan yang lebih kecil, mahasiswa belum banyak yang tertarik untuk beralih menggunakan moda transportasi KA. “Menurut saya, masih kurang efektif dan efisien kalau naik kereta. Tarifnya gak jauh beda sama bus mahasiswa yang langsung berangkat,” ujar Jimmy Renaldi, mahasiswa Fakultas Ekonomi Unsri angkatan 2005.

Menurut dia, sepertinya angkutan KA hanya diperuntukkan bagi sebagian kecil mahasiswa yang tinggal berdekatan dengan stasiun Kertapati. Sementara bagi mahasiswa yang rumahnya tersebar di wilayah Kota Palembang, sarana dan prasarana pendukung KA sebagai transportasi menuju kampus masih belum ada sama sekali.

Sementara itu, salah seorang alumni FE Unsri yang baru diwisuda September lalu, Ellen Putilenggogeni, menceritakan, mahasiswa hanya ramai menggunakan KA ketika awal diresmikan. Sebab, selain mencoba fasilitas baru, mereka ingin membandingkannya dengan layanan bus mahasiswa.

Namun, dengan tarif KA yang tidak jauh berbeda dengan bus mahasiswa, hal itu menjadi nilai minus bagi KA. Selain mahasiswa harus menyesuaikan waktu keberangkatan, ternyata naik KA tidak senyaman yang digembargemborkan selama ini. “Perlu ada pembenahan segera,” ungkap dia. (iwan s/bersambung)

foto : muhlis

publikasi : sindo sumsel; 06 november 2008; halaman 13

05 November 2008

Dapat Pekerjaan saat Tambaknya Berkembang

DENNY SANG PETERNAK IKAN (2 - HABIS)


Denny bersama pegawainya sedang menimbang dan menyiapkan ikan lele pesanan rumah makan.


Setahun lebih berjibaku merawat tambak, Denny mulai merasakan hasilnya. Pertengahan 2008, dia pun mendapat pekerjaan di perusahaan.

Pekerjaan baru yang dijalani ayahanda Larasati Jingga Arimbi, 2, dan Dewana Pratita Abiseka, 6 bulan, ini membuatnya tak lagi fokus 100% mengelola tambaknya itu. Setelah melalui perhitungan panjang, akhirnya dia memutuskan untuk mempekerjakan pegawai yang bertugas untuk memelihara tambak sehari-hari. “Awalnya saya takut untuk melepas pengawasan tambak kepada orang lain. Tapi, saya tidak mau melepas kesempatan kerja karena tanggung jawab saya selaku kepala keluarga juga besar,” tegasnya.

Denny menuturkan, kedua anaknya merupakan sumber semangat untuk terus mencari rezeki. Meski fasilitas sang ayah siap digunakan kapan saja, Denny tetap berupaya maksimal mendapatkan segala sesuatu dari hasil jerih payah dan tetesan keringatnya. “Sebagai seorang kakek, ayah saya selalu memanjakan cucunya. Tapi, malu rasanya kalau tergantung terus sama orangtua. Makanya, apa pun pekerjaan yang bisa dilakukan asal halal, akan saya lakukan demi istri dan anakanak,” tuturnya.

Meski ukuran usahanya sekarang terbilang sukses, Denny tetap tidak merasa puas diri. Sebab menurutnya, apa yang dilakukan saat ini masih jauh dari yang diimpikan. Sebelum terjun ke usaha tambak ikan, Denny pernah bercita-cita menjadi juragan tambak yang menguasai pemasaran ikan se-Kota Palembang. “Kalau minta tambahan modal kepada Papa pasti dikasih. Tapi, sekali lagi saya mau usaha ini tidak bergantung dari Papa, melainkan dari kerja keras saya sendiri,” ucapnya. (iwan setiawan)

foto : iwan setiawan

publikasi : sindo sumsel; rabu 05 november 2008; halaman 22

Bulog – PGKP Benahi Distribusi

PALEMBANG (SINDO) – PTPN VII sebagai salah satu produsen gula kristal putih (GKP) menyambut positif kesepakatan bersama penunjukan Perum Bulog menjadi distributor hasil produksi mereka.

Menurut Humas PT Perkebunan Nusantara VII Sony Soesdiastanto, setelah ditandatanganinya MoU antara Bulog dan produsen gula, tindak lanjut mengenai distribusi gula langsung dilakukan. Namun, hal itu belum berjalan efektif karena MoU dibuat menjelang akhir tahun yang mana realisasi target pemasaran sendiri sudah di atas 80%. “Kesepakatan kerja sama ini sangat baik untuk melancarkan distribusi gula yang mungkin selama ini dianggap beberapa pihak tersendat. Namun, waktunya sangat mepet menjelang akhir tahun sehingga kemungkinan besar belum efektif berjalan,” ujarnya kemarin.

Sony menerangkan, sesuai rencana kerja dan anggaran perusahaan (RKAP) 2008, total produksi gula PTPN VII mencapai 175.305,01 ton. Sementara, yang telah didistribusikan hingga 15 Oktober 2008 sebesar 138.036,85 ton. Dengan sisa sekitar 37.000 ton lagi dengan waktu kurang dua bulan, maka target tersebut diyakini bisa tercapai meski tanpa kesepakatan tersebut.

Pengamat ekonomi Universitas Muhammadiyah Palembang Amidi mengatakan, kesepakatan bersama antara produsen gula dan Bulog sangat baik untuk membangun jaringan distribusi alternatif. Dengan begitu, produsen gula, dalam hal ini PTPN, akan memiliki jaringan distribusi yang terintegrasi. “Banyak keuntungan yang didapat dari kesepakatan bersama ini. Tapi, pemerintah juga harus menjamin bahwa Bulog tidak akan memonopoli pemasaran gula seperti yang terjadi dulu,” katanya. (iwan setiawan)

halaman 22

04 November 2008

Hasilkan Satu Ton Lele Setiap Panen

DENNY SANG PETERNAK IKAN (BAGIAN-1)


Kesibukan di tambak saat akan memanen ikan sebelum dijual ke pasar di sekitar Palembang.


Usia muda dan orangtua mapan tidak membuat pria satu ini manja terhadap keadaan. Justru, Denny Adrianto, 27, memanfaatkan waktunya dengan beternak ikan.

Denny memulai usahanya sejak 2007 lalu karena sulitnya mendapat pekerjaan. Setamatnya dariUniversitas Sebelas Maret pada 2005 lalu, dia mencoba melamar beberapa pekerjaan menjadi sales kendaraan, properti, hingga kartu kredit. Namun, dewi fortuna belum berpihak pada lelaki yang dikenal pantang menyerah ini. Melihat anaknya kesulitan, sang ayah yang notabene seorang pejabat di sebuah BUMN menawarkan dirinya agar bersedia dititipkan bekerja pada perusahaan rekanan. Bukannya menerima dengan senang hati penawaran yang datang, Denny malah menolak dengan alasan ingin mandiri.

Bosan tanpa ada yang bisa dikerjakan sembari menunggu panggilan dari beberapa perusahaan yang diajukannya lamaran, dia pun terinspirasi membuka usaha. Meminjam modal dari sang ayah, Denny memulai usahanya. Jenis usaha yang dipilihnya pun cukup rumit, peternakan ikan. “Alasan saya memilih jenis usaha ini karena suka sesuatu yang dinilai orang lain sulit dan membutuhkan kesabaran tinggi,” ungkapnya.

Mengambil lokasi di Jalan Pangeran Ayin, Kecamatan Sako, Denny merintis mimpinya menjadi peternak sukses. Di tanah seluas 1.200 m2 itu, ribuan bibit ikan maupun ikan yang sudah siap panen tersebar di lima kolam air tawar. Saat ini, dia hanya memelihara dua jenis ikan, yaitu tembakang dan lele. Denny yang ditemui di sekitar kolam menceritakan, sejak awal pembuatan kolam hingga panen pertama, dia sendiri yang mengurusnya. “Memasang pagar keliling, mengatur saluran air, memberi makanan, dan membersihkan kolam, dilakoni sendiri. Pokoknya terasa banget bagaimana membangun usaha ini dari nol. Makanya, usaha ini akan terus saya pertahankan dan teruskan,” tutur suami IndryaPuspita Dewi ini.

Alumnus Jurusan Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta ini menjelaskan, dalam setiap panen, rata-rata tambaknya menghasilkan hingga 10.000 ikan lele dengan berat mencapai 1 ton. Namun, Denny mengungkapkan, usahanya masih dihadapkan pada kendala pemasaran. Sebab, selama ini hasil panen tiap tiga bulan sekali tersebut dijual ke pengumpul. Sementara, untuk menjual secara langsung ke pasar, Denny belum memiliki channel. Memang tambaknya melayani pembelian langsung di tempat atau pesanan dari tetangga sekitar, tapi dia butuh dari sekadar itu untuk membesarkan usahanya. (iwan s/bersambung)

foto : iwan setiawan

publikasi : sindo sumsel; selasa 04 november 2008; halaman 22