15 Desember 2008

Kontraktor Minta BBM Naik

PALEMBANG (SINDO) – Kontraktor minyak dan gas bumi (Migas) berharap pada 2009 mendatang harga minyak naik lagi.

Senior Manager Relations Division PT Medco E&P Indonesia Aditya Mandala mengatakan, saat ini perusahaan kontraktor migas sedang dilanda persoalan yang relatif sama. Fenomena yang dihadapi adalah meningkatnya biaya servis secara signifikan termasuk di antaranya material dan jasa pengeboran, saat harga minyak masih berada di atas USD100 per barel. Tetapi, tiba-tiba saat ini harga minyak turun di bawah USD 40 per barel. Namun, penurunan harga minyak itu ternyata tidak diikuti dengan penurunan biaya servis. “Pada 2009 mendatang, kami harap biaya pengeboran dan servis lainnya juga ikut turun sehingga kami bisa tingkatkan lagi kegiatan eksplorasi dan lainnya,” ujarnya kepada SINDO di sela-sela workshop Jurnalistik dalam Industri Minyak dan Gas Bumi yang diselenggarakan PT Medco E&P Indonesia, Sabtu (13/12).

Anjloknya harga minyak dunia saat ini belum memengaruhi kinerja Medco secara umum. Sebab dengan penurunan tersebut, menjadi kesempatan pihaknya mereviu rencana investasi dan kegiatan pengeboran di masa mendatang. Aditya menyatakan, upaya yang diambil OPEC memangkas produksi untuk menaikkan kembali harga minyak sangat baik. “Langkah tersebut belum terlihat efektivitasnya karena banyak faktor untuk mengubah harga itu,” tuturnya.

Meski situasi ke depan belum diketahui perkembangannya, Medco berkomitmen untuk tetap melanjutkan kegiatan eksplorasinya. Saat ini, Medco sedang mengerjakan beberapa proyek di luar negeri, seperti di Libya, Tunisia, Oman, Meksiko, Kamboja, dan Yaman. Sementara, untuk eksplorasi dan produksi di dalam negeri, khususnya di wilayahSumsel, tetap menjadi major production bagi Medco. Meski menyatakan produksi relatif turun dibanding tahun sebelumnya, lapangan migas di Sumsel masih sangat potensial untuk ditingkatkan. Saat ini produksi Medco di Sumsel untuk minyak mencapai 37.000 barel per hari dan gas bumi 110–120 mmscfd.

Sementara itu, Wakil Kepala BP Migas Abdul Muin menyatakan, melihat situasi sekarang, yakni terjadi penurunan permintaan dunia akan minyak, cukup signifikan berdampak pada merosotnya harga minyak dunia. Situasi ini sangat membahayakan bagi industri migas. Aktivitas pengembangan hulu untuk pengembangan lapangan baru tidak lagi memiliki nilai keekonomian. “Hampir lebih dari 50 persen proyek-proyek baru perminyakan di dunia tidak ekonomis untuk dikembangkan,” katanya.

Muin juga mengungkapkan, akibat tidak adanya proyek pengembangan perminyakan yang baru, kesiapan pasokan untuk ke depan menjadi tidak tersedia. Akibatnya, selisih antara pasokan dan permintaan menipis sehingga pada saat konsumsi dunia meningkat, sensitifitasnya tajam sekali yang mengakibatkan harga minyak akan bereaksi dengan cepat. “Hal ini bisa menimbulkan gelembung krisis lagi yang lebih cepat. Jadi, upaya OPEC mengurangi produksi itu sangat baik untuk menjaga keseimbangan sehingga harga terangkat untuk menunjang proyek pengembangan lapangan baru,” tuturnya. (iwan setiawan)


Pengusaha SPBU Kaget, UPms II Gelar Rapat Mendadak

KEPUTUSAN pemerintah kembali menurunkan harga BBM bersubsidi yang berlaku mulai pukul 00.00 WIB tadi malam, membuat kaget ratusan pengusaha SPBU di Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel).

Mereka tidak menyangka sama sekali bahwa pemerintah akan secepat ini mengambil keputusan untuk kembali menurunkan harga BBM bersubsidi. “Yang pasti, ketika dikabari Hiswana Migas pusat, kami sempat kaget juga. Soalnya dari informasi yang beredar, baru 1 Januari (2009) nanti akan ada evaluasi penurunan harga lagi,” ujar Ketua DPD II Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas Bumi (Hiswana Migas) Sumbagsel Djunaidi Ramli kepada SINDO tadi malam.

Hingga tadi malam, pihaknya belum menerima pengumuman resmi dari Pertamina. Namun, Djunaidi telah mengabarkan informasi yang didapatnya tersebut kepada pengurus DPC Hiswana Migas se-Sumbagsel. Meski mengaku kaget, sebagian besar pengusaha SPBU bisa menerima kondisi ini, meski kerugian pasti akan diderita mereka. Sebab untuk stok berjualan hari ini, para pengusaha SPBU telah melakukan delivery order (DO) sejak Jumat lalu. “Mau bagaimana lagi. Inilah risiko bisnis yang harus ditanggung pengusaha. Justru saya lebih mendukung keputusan yang mendadak seperti ini. Jadi, tidak ada lagi pengusaha yang menghindari DO seperti yang terjadi pada 1 Desember lalu,” tuturnya.

Dihubungi terpisah, Asisten Manajer PT Pertamina (Persero) UPms BBM Retail Region II Roberth MV mengaku baru mendengar pengumuman penurunan BBM bersubsidi kemarin sore. Bahkan, sejak pukul 19.00 WIB semalam, para pejabat UPms BBM Retail Region II menggelar rapat mendadak di kantor menunggu pengumuman dari manajemen Pertamina pusat. “Sekarang kami sedang rapat untuk bahas penurunan harga itu, baru nanti hasilnya kami umumkan kepada SPBU di wilayah kerja Pertamina UPms II,” ucapnya. (iwan setiawan)