30 September 2011

Angkat Besi Siap Gelar SEA Games

Atlet asal Thailand Kamonchanok Intamat berhasil mengangkat beban 105 kg pada tes event angkat besi di GOR Dempo kemarin siang.

PALEMBANG – Cabang olahraga angkat
besi menyatakan diri siap menggelar SEA Games XXVI. Apalagi saat menggelar tes event kemarin, tidak ditemui kendala yang berarti.

Ketua Panitia Pelaksana Angkat Besi SEA Games XXVI Sonny Kasiran mengatakan, secara umum pelaksanaan tes event yang digelar pada Kamis (29/9) berjalan sesuai rencana. Meski hanya diikuti 13 lifter, jumlah peserta itu sudah cukup menggambarkan bagaimana suasana saat SEA Games nanti. Sonny menjelaskan, peserta tes event itu selain atlet dari Indonesia, juga ada atlet dari klub angkat besi Thailand dan Singapura. Sedikitnya jumlah peserta bukanlah masalah, karena bukan jumlah yang jadi perhitungan. “Justru tujuan utama kita adalah konsentrasi kepada kesuksesan panpel menggelar event ini. Selain itu, juga mengetes kelengkapan alat pendukung pertandingan yang digunakan di SEA Games nanti,” kata Sonny seusai tes event kemarin.

Menurut Sonny, cabor angkat besi yang menggunakan GOR Dempo di Jakabaring Sport City (JSC) merasa sangat beruntung. Pasalnya,venue angkat besi dipersiapkan dengan baik oleh Inasoc dan Pemprov Sumsel. “Venue untuk angkat besi tidak membangun baru hanya merenovasi bangunan yang sudah ada. Melihat pelaksanaan tes event ini tidak ada yang dikeluhkan oleh peserta maupun ofisial mengenai fasilitas maupun lay out arena angkatan, maka otomatis angkat besi siap menggelar SEA Games XXVI,” tandasnya.

Meski menyatakan siap untuk SEA Games, Sonny mengakui masih ada kekurangan dari venue angkat besi. Hal itu bisa dimaklumi dan masih dapat diatasi panitia. ”Kekurangannya adalah tempat latihan untuk para atlet sebelum tampil di arena. Akan tetapi, hal itu bisa diatasi dengan memasang tenda di area seluas 10 x 20 meter di samping GOR Dempo ini,” ungkapnya.

“Tadinya mau dibangun gedung
permanen tapi kami tolak karena khawatir tak terawat setelah pelaksanaan SEA Games usai. Di kejuaraan dunia saja mereka pakai tenda untuk pemanasan, tak apa-apa kok,” kata Kabid Hubungan Internasional PB Persatuan Angkat Besi, Angkat Berat dan Binaraga Seluruh Indonesia (PABBSI) itu.

Sementara itu, manajer tim angkat besi asal Thailand Rachata Yodbangtoey menyatakan venue angkat besi di Palembang sangat baik dan sama dengan beberapa venue angkat besi di negara ASEAN lainnya. Bahkan kalau pengerjaan venue lain di Jakabaring Sport City sudah selesai, itu menjadi nilai lebih bagi Palembang dan Indonesia yang memiliki venue olahraga di satu kompleks. “Melihat persiapan untuk SEA Games, maka kesimpulan kami angkat besi sudah siap. Hanya kurang sedikit, seperti tempat latihan dan score board yang menurut panitia itu akan dilengkapi saat SEA Games mendatang. Sebenarnya kami ingin sekali melihat angkat besi di SEA Games Indonesia nanti. Tapi, kami belum tahu apakah ada kesempatan lagi datang kemari. Selamat buat Indonesia,” kata Rachata Yodbangtoey.

Hasil Indonesia Open Junior Weighlifting kemarin, atlet Thailand mendominasi perolehan medali. Di kelas 58 kg putri, medali emas diraih Kamonchanok Intamat dengan total angkatan 185 kg. Medali perak dan perunggu masing-masing diraih Desi Rahayu (Jawa Barat) dengan total angkatan 137 kg dan Eka Nur yang berhasil mengangkat beban total 120 kg. Sementara di kelas + 58 kg, lifter Thailand Wannisa Phonngam sukses mengumpulkan poin angkatan 205 kg dan meraih juara pertama. Di tempat kedua, lifter Jawa Barat Inas Nurneysia Lukman berhasil mengumpulkan total angkatan 158 kg. ●iwan setiawan

KOMISI X CARI KEPASTIAN

Ketua Komite Pembangunan Venue SEA Games XXVI di Palembang Rizal Abdullah (jongkok) menerangkan perkembangan pembangunan kolam renang SEA Games kepada rombongan Komisi X DPR RI, kemarin siang. Kolam renang ditargetkan sudah bisa digunakan pekan kedua Oktober 2011.

PALEMBANG – Komisi X
DPR RI mendatangi satu per satu venue di Jakabaring Sport City (JSC), kemarin siang. Para wakil rakyat tersebut ingin mencari tahu target penyelesaian venue langsung dari para kontraktor.

Dipimpin langsung Ketua Komisi X
Mahyuddin NS, anggota dewan mengunjungi venue yang dalam pemberitaan belum menunjukkan perkembangan yang menggembirakan. Namun, setelah mengunjungi sendiri venue yang ada, tidak semua isi pemberitaan tersebut benar. “Kami ingin membuktikan sendiri apa yang diberitakan beberapa media terbitan nasional yang katanya venue ini belum selesai, venue itu terkendala dan macam-macam lagi,” ujar Mahyuddin,seusai meninjau venue atletik, kemarin siang.

Sebelumnya, anggota Komisi X meninjau Kompleks Lapangan Tenis PT Bukit Asam yang pada bagian pijakan tribune mengalami retak dan amblas yang mengharuskan dibongkar untuk diperbaiki. Melihat kondisi perbaikan sudah hampir selesai, mereka pun tidak mempersoalkan. Apalagi pada tanggal 2 Oktober 2011, lapangan tersebut sudah dipakai untuk turnamen internasional. Kemudian dengan berjalan kaki, rombongan melanjutkan peninjauan ke venue aquatik.

Disini terjadi perbincangan serius
antara anggota dewan dan Ketua Komite Pembangunan Venues SEA Games XXVI di Palembang Rizal Abdullah dan perwakilan kontraktor Ndang Hidayat. Bahkan, Rizal menjanjikan tanggal 10 Oktober 2011, pengerjaan kolam renang sudah selesai. “Jadi sekarang yang penting tinggal kolamnya tidak bocor dan penataan venue secara keseluruhan. Kalau pengerjaan bangunannya, kalau mau cepat selesai ya tinggal ditambah pekerjanya,” tutur Mahyuddin.

“Nanti tanggal 15 Oktober kami akan ke sini lagi meninjau persiapan akhir keseluruhan venue SEA Games di Palembang. Kami harus optimistis pengerjaan ini selesai. Bagi saya, yang hampir setiap dua pekan pulang ke sini melihat semua ini, perkembangannya luar biasa,” kata mantan Gubernur Sumsel tersebut.

Anggota Komisi X DPR RI Jamal Aziz menambahkan, kehadiran Komisi X bukan sebagai bentuk keraguan atas pembangunan venue SEA Games di Palembang. Justru kehadiran mereka ke Palembang untuk memastikan kapan venue tersebut siap digunakan. “Contohnya tadi venue aquatik yang heboh diberitakan belakangan ini karena diragukan penyelesaiannya justru mematok target 10 Oktober sudah siap digunakan. Tapi, seperti ketua sampaikan, kami baru akan berkunjung kembali ke sini pada 15 Oktober. Jadi, kami lihat apakah pada waktu tersebut (venue aquatik) benar-benar sudah selesai,” ujar Jamal.

Politisi Partai Hanura ini mengatakan,
meski pembangunan selesai dan air sudah diisikan ke dalam kolam bukan berarti pekerjaan selesai. Yang mereka khawatirkan itu saat semua karpet pelapis sudah digelar dan air masuk (kolam), apakah ada yang rembes, bocor dan sebagainya. “Selain itu nanti kan orang mau lomba renang, ada pengaruh gak dari bau (cat dan air), pedih atau tidak air yang terkena mata. Karena bagaimanapun, kolam standar internasional tidak boleh ada hal-hal yang mengganggu,” tuturnya.

Menurut dia, pada berbagai kejuaraan renang dunia, sebelum perlombaan dimulai akan dilakukan pemeriksaan air kolam oleh ofisial masing-masing peserta. Dengan memasukkan alat khusus maka akan didapati hasil segera mengenai kadar air. “Air kolam renang yang baik itu tidak mengandung bebauan, tidak mengandung bahan kimia yang memengaruhi mata. Sebab, semua itu turut berdampak bagi prestasi atlet yang turun berlomba di kolam itu,” katanya. ●iwan setiawan

29 September 2011

BANGKITKAN TINJU SUMSEL!

PALEMBANG – Kejurnas Tinju Elite Pra PON XVIII di Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB), 30 September-10 Oktober 2011, dimaknai sebagai ajang kebangkitan prestasi tinju Sumsel.

Setelah selama kurang lebih lima tahun terakhir berada dalam kondisi vakum, cabang olahraga tinju Sumsel mulai kembali menata pembinaan prestasinya. Meski tertinggal cukup jauh dari daerah lain, masih ada kesempatan bagi petinju Sumsel untuk mengejar capaian daerah lain. “Harus diakui lima tahun terakhir prestasi tinju Sumsel menurun drastis. Tidak ikut kompetisi, program yang tidak jelas dan berbagai masalah internal lainnya menyebabkan perkembangan tinju Sumsel jalan ditempat,” ujar pelatih tinju Sumsel Joni Riberu kemarin.

Menurut Joni,di era 1980-an hingga 1990-an prestasi tinju Sumsel begitu menonjol. Bahkan beberapa petinju asal Sumsel bisa mendominasi beberapa kelas ditingkat nasional. Akan tetapi seiring pergantian pengurus dan berbagai masalah internal yang menerpa Pertina Sumsel membuat pembinaan prestasi terlupakan. “Inilah saatnya tinju Sumsel kembali ke persaingan atas tinju nasional. Secara pengalaman saya nilai petinju kita berada jauh di bawah para pesaingnya. Namun dengan semangat mengembalikan kejayaan Sumsel, saya rasa mereka masih mampu bersaing,” katanya.

Menurut Joni, keinginan mengembalikan tinju Sumsel ke level nasional didukung penuh Ketua Harian Pengprov Persatuan Tinju Amatir Indonesia (Pertina) Sumsel Jeffry A Rahawarin. “Ketua Harian Pertina Sumsel bapak Jeffry mendukung penuh kebangkitan tinju Sumsel. Salah satu caranya dengan mengirimkan atlet ke Kejurnas Pra PON dengan harapan bisa lolos ke PON Riau mendatang,” tukasnya.

“Untuk lolos maka minimal petinju Sumsel harus masuk semifinal atau menduduki peringkat 4 besar di masing-masing kelas,” tambahnya.

Adapun kontingen Pengprov Pertina Sumsel yang berangkat mengikuti Kejurnas Tinju Elite Pra PON di Mataram berjumlah 15 orang. Terdiri dari 7 petinju putra masing-masing Nico Dacosta kelas layang (46-49 kg), Costa Sarumena kelas terbang (52 kg), Yohanes Marbun kelas bantam (56 kg), Misgiyanto kelas ringan (60 kg), Aples Ramela kelas walter ringan (64 kg), Agus kelas menengah (75 kg) dan Ali Imron kelas berat (91 kg). Sedangkan petinju putri, Sumsel menurunkan Rinni Tess kelas layang (45-48 kg), Neneng Sumpeno kelas terbang (51 kg), Sonya kelas bulu (57 kg) dan Yuni Mabel kelas walter ringan (64 kg). Mereka akan didampingi Revolusi HB (ofisial) dan tim pelatih yang terdiri atas Joni Riberu, M Amon Mabel dan Suparno. “Mudah-mudahan bisa berangkat semua. Karena dana bantuan KONI hanya cukup untuk sebagian saja. Nanti sore (kemarin) ada rapat pengurus mencari solusi soal kekurangan dana tersebut,” ucap Joni.

Sementara itu petinju putri Sumsel Rini Tess mengatakan, telah menyiapkan diri secara maksimal untuk mengikuti Kejurnas Pra PON 2011 di Mataram. Bahkan putri pelatih tinju Sumsel Usman Tess ini mengaku telah menjalani latihan intensif sejak tiga bulan terakhir. “Saya ingin meraih medali emas PON. Untuk itu di Kejurnas nanti saya targetkan menembus semifinal,” ujar petinju berbakat ini.

Rini menyatakan telah mengetahui peta kekuatan tinju Indonesia khususnya di kelompok putri. Menurutnya pesaing serius masih berasal dari daerah Indonesia Timur. Akan tetapi belakangan ini perkembangan tinju putri di beberapa daerah di Pulau Jawa juga semakin bagus. ●iwan setiawan

Lapangan Tenis JSC Dijajal Petenis Dunia

PALEMBANG – Komplek Lapangan Tenis PT Bukit Asam di Jakabaring Sport City (JSC) akan menjadi arena pertarungan talenta tenis dunia dalam ajang Garuda Indonesia Championship 2011 yang digelar 2-9 Oktober 2011.

Sebanyak puluhan petenis dari negara-negara kawasan lima benua Asia, Eropa, Australia, Amerika dan Afrika akan bertarung dalam turnamen yang memperebutkan total hadiah sebesar USD 40.000 tersebut dengan rincian USD 15.000 untuk Men’s Futures dan USD 25.000 untuk Women’s Circuit. Para petenis internasional itu akan menjajal lapangan yang dibangun sebagai venue SEA Games XXVI, November 2011 mendatang. “Turnamen ini sesuai janji pak Alex Noerdin (Gubernur Sumsel) beberapa waktu lalu yang akan memberikan tontonan tenis berkualitas di Palembang,” ujar Koordinator Tes Event SEA Games XXVI di Palembang, Dhennie Zainal kemarin sore.

Menurut Dhennie, awalnya turnamen yang akan diselenggarakan tersebut dimaksudkan untuk tes event lapangan tenis. Akan tetapi ternyata skala turnamen yang digelar lebih besar dari yang diperkirakan. Sehingga ini merupakan tantangan bagi panitia tenis lapangan. “Turnamen ini lebih besar dari SEA Games karena akan diikuti atlet putra dari 13 negara dan putri dari 15 negara. Sehingga persiapan harus lebih matang. Kalau menggelar event ini bisa sukses dan lancar maka pelaksanaan tenis lapangan SEA Games mendatang tidak ada masalah lagi,” katanya.

Dhennie menerangkan peserta putra berasal dari Thailand, Korea, India, New Zealand, China, Filipina, Jepang, Brunei Darussalam, Kamboja, Finlandia, Jerman, China Taipei, Swiss dan Indonesia. Sementara di sektor putri berasal dari China, India, Afrika Selatan, Meksiko, Jepang, Thailand, Vietnam, China Taipei, Rusia, Perancis, Austria, Uzbekistan, Belgia, Korea dan Indonesia. “Petenis dari negara-negara yang disebutkan tadi telah mengkonfirmasi partisipasi mereka. Akan tetapi kita tidak dapat menentukan kapan mereka tiba karena sangat tergantung dengan jadwal penerbangan yang dipilih. Namun sebisa mungkin para peserta sudah tiba di Palembang pada hari Sabtu (1/10) untuk sign in babak kualifikasi mulai pukul 16.00-18.00 WIB di The Jayakarta Daira Hotel Palembang,” tutur Dhennie.

Wakil Ketua Umum II KONI Sumsel ini mengatakan, para peserta akan melalui babak kualifikasi yang digelar 2-3 Oktober 2011. Mereka yang lolos, akan tampil di babak utama 4-9 Oktober 2011. ●iwan setiawan

28 September 2011

BANK SUMSEL RUNNER-UP

PALEMBANG – Bank Sumsel Babel sukses menyabet posisi runner-up klasemen akhir Pekan Olahraga dan Seni (Porseni) IX Bank Pembangunan Daerah (BPD) se-Indonesia yang berlangsung di Medan, Sumatera Utara, 24–25 September 2011.

Prestasi Bank Sumsel Babel ini mengulangi
prestasi pergelaran Porseni BPD VIII di Kalimantan Timur tahun 2009. Kala itu Bank Sumsel Babel juga menempati peringkat 2 klasemen akhir di bawah tuan rumah Bank Kaltim.

Ketua Kontingen Bank Sumsel Babel di Porseni IX Sumut Darmansyah mengatakan, dari 26 BPD yang ada di Indonesia, hanya satu BPD yang absen pada Porseni IX, yaitu Bank Jabar Banten. Menggelar 23 cabang olahraga dan seni, Bank Sumsel Babel hanya berpartisipasi pada 14 cabor dan seni. “Kami hanya ikut di cabor golf, bola voli, tenis lapangan, bulu tangkis, futsal, biliar, dan catur. Di cabang seni, karyawan Bank Sumsel Babel berkompetisi pada nomor folksong, poco-poco, pop singer putra, pop singer putri, MTQ, azan dan menghitung uang,” ujarnya, pada jumpa pers di Kantor Pusat Bank Sumsel Babel kemarin sore.

Dari 14 cabor dan seni yang diikuti tersebut, Bank Sumsel Babel meraih 5 medali emas, 6 perak
dan 1 perunggu. Adapun peraih medali
emas adalah cabor golf eksekutif (Boyde, Nelson, Darmansyah, Marsuan, Faisol), tenis lapangan eksekutif (Patrizal, Kaswin), tenis lapangan prestasi (Sunu, Agung), bulutangkis putra (Ahmad Rifai, Andi, Dafin, Wahyu), catur (Godam, Rian, Cleopatra). Medali perak diraih golf prestasi, poco-poco, bola voli putra, biliar prestasi, catur dan pop singer. Sementara satu medali perunggu disumbangkan cabang seni MTQ. “Perolehan medali tahun ini meningkat dari Porseni tahun 2009 yang memperoleh 3 medali emas,” tuturnya.

Darmansyah menyatakan, tuan rumah Bank Sumut menjadi juara umum Porseni BPD IX dengan torehan 8 medali emas, 3 perak dan 5 perunggu. Akan tetapi menurut Darmansyah perolehan medali tuan rumah tersebut bisa dilampaui Bank Sumsel Babel seandainya beberapa nomor pertandingan tetap dimainkan. “Sayang sekali cabor menembak tidak dipertandingkan di Porseni IX. Padahal pada Porseni VIII, medali yang disumbangkan cabor menembak cukup signifikan. Tapi ya sudahlah nanti kita balas di Palembang, 2013 mendatang,” tukasnya.

Sementara itu Sekretaris BPD Sumsel Babel Welsar Lubis mendukung pernyataan Darmansyah mengenai target prestasi 2013 mendatang. Pasalnya Palembang diminta menjadi tuan rumah Porseni X BPD se-Indonesia. “Semua peserta ingin Palembang tuan rumah karena sangat layak dan memiliki venue olahraga bertaraf internasional eks SEA Games XXVI. Nah sebagai tuan rumah tentu kami punya target nantinya sukses penyelenggaraan, sukses promosi dan tentu saja sukses prestasi,” katanya.

Welsar menambahkan, meski Porseni ini hanya tingkat BPD, atlet yang bertanding tidak kalah dengan sengitnya persaingan Pekan Olahraga Nasional (PON). Pasalnya setiap BPD memang banyak diperkuat atlet daerah maupun nasional yang merupakan binaan masing-masing BPD. “Kalau dilihat yang memperkuat tim BPD beberapa daerah adalah atlet nasional, ya itu sah saja selama memang status yang bersangkutan karyawan di BPD tersebut. Dengan kembalinya beberapa atlet yang masih ada di pelatnas atau cedera, sebagai tuan rumah nanti kami menargetkan juara umum,” pungkasnya. ●iwan setiawan

Marching Band PT Pusri Wakili Sumsel

PALEMBANG – Pengda Persatuan Drum Band Indonesia (PDBI) Sumsel menunjuk unit marching band (MB) PT Pusri mewakili Sumsel pada Kejurnas Drum Band 2011 dan kualifikasi PON XVIII di Yogyakarta,15–21 Oktober 2011.

Dipilihnya MB Pusri karena kualitas dan prestasinya yang telah mampu menembus persaingan ditingkat nasional. Lagi pula, MB Pusri secara rutin melakukan latihan yang membuat penampilan mereka terjaga. “Seharusnya untuk mewakili provinsi di kejurnas memang harus melalui seleksi paling tidak kejurda. Tapi mepetnya waktu dan kesibukan pengurus tidak memungkinkan digelarnya seleksi. Sehingga diputuskan dipilih yang siap pakai yaitu MB Pusri untuk mewakili Sumsel,” ujar Ketua Panpel Tim Kejurnas Drum Band Pengda PDBI Sumsel Zarmi Yasmin.

Selanjutnya Zarmi menyatakan, untuk mengikuti kejurnas tersebut, PDBI Sumsel meminta bantuan kepada KONI Sumsel terutama masalah pendanaan baik transportasi maupun akomodasi selama kejurnas. Pasalnya saat ini posisi kas PDBI Sumsel sedang kosong. “Kita mohon bantuan agar KONI Sumsel sebagai induk olahraga agar dapat membantu dan memfasilitasi partisipasi MB PT Pusri di Kejurnas 2011. Target kita sendiri lolos ke PON XVIII dan berupaya keras meraih medali,” tuturnya.

Keikutsertaan Drum Band pada PON XVIII sendiri baru diputuskan pada medio Februari 2011 lalu. Sebelumnya sebanyak empat cabang olahraga, yaitu drum band, dansa, berkuda dan hoki tidak dimasukkan sebagai peserta PON melalui SK KONI Pusat No 73 Tahun 2010. Akan tetapi, setelah dilakukan urun rembuk melalui mekanisme formal dan pendekatan informal oleh empat cabor yang bermasalah tersebut, maka persoalan tersebut dibawa ke forum Rapat Anggota KONI yang merupakan lembaga tertinggi pengambilan keputusan satu tingkat di bawah Munas,12–15 Februari 2011 di Pekanbaru, Riau. Keputusan Rapat Anggota KONI tersebut akhirnya memutuskan empat cabor tersebut dipertandingkan di PON XVIII. “Keputusan Rapat Anggota KONI di Riau tersebut sampai saat ini tetap berlaku karena belum ada penarikan atau pembatalan, sebab untuk membatalkan hasil Rapat Anggota KONI itu minimal harus melalui forum yang sama,” ujar Ketua Umum PB PDBI Darwan Ali.

Langkah selanjutnya yang diambil PB PDBI adalah menyusun agenda Prakualifikasi PON untuk mencari tim yang berhak berkompetisi di PON mendatang. “Sesuai dengan keputusan Rakornas PDBI di Palangkaraya akhir Februari 2011 lalu, diputuskan Oktober nanti ada Kejurnas Drum Band di Yogyakarta. Tidak ada salahnya ajang Prakualifikasi PON digabung pada Kejurnas tersebut dengan alasan efektivitas dan efisiensi,” pungkasnya. ●iwan setiawan

26 September 2011

DOMINASI SONS

PALEMBANG – Para atlet yang dibina Sekolah Olahraga Negeri Sriwijaya (SONS) sukses mendominasi pergelaran Lomba Lari Sumsel 10K Championship 2011 yang dilaksanakan kemarin pagi.

Memperlombakan dua kategori, yaitu pelajar dan umum putra-putri, wakil SONS berhasil menempati peringkat 5 besar di hampir semua kategori. Bahkan, di nomor pelajar putri, siswa SMP Olahraga Negeri Sriwijaya menyapu bersih peringkat 6 besar. Mereka adalah Septi Dwiyani (juara), Mutia S (urutan kedua), Deni Anjarsari (urutan ketiga), Julesi Permatasari (urutan keempat), Resti Maulia Putri (urutan kelima) dan Rofifah (urutan keenam).

Kejutan terjadi di nomor pelajar putra. Yanto Alfian dari SMP Negeri 1 Muaraenim sukses finis terdepan. Di posisi kedua ditempati Nuni dari OKI. Wakil SONS hanya mampu menempati posisi ketiga melalui Eko Syahputra dan posisi lima atas nama Budi Pratama. Peringkat 4 dan 6 ditempati masing-masing Negi Saputra (Prabumulih) dan Edi (LTS Daarut). Di nomor umum putra, pelari binaan PASI Sumsel masih memegang kendali. Juara diraih Deker Ariandes yang ditempel pelari Banyuasin Andi Edinata dan Marwan (Palembang) yang finis di tempat kedua dan ketiga.

Di nomor putri, atlet spesialis 10K Ratna Dewi membuktikan dirinya masih terlalu tangguh untuk pelari lainnya di Sumsel. Peraih emas 10.000 meter Porwil VIII Batam itu sukses finis terdepan dengan selisih cukup jauh dengan peserta lainnya. Di belakangnya, pelari asal Universitas PGRI Rosa sukses finis kedua, diikuti selanjutnya atlet lari SONS Merlinda.

Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Sumsel Musni Wijaya mengatakan, selain sebagai bagian dari puncak peringatan Hari Olahraga Nasional (Haornas) 2011, kegiatan ini bertujuan sebagai publikasi dan promosi SEA Games XXVI yang akan dibuka secara resmi oleh Presiden RI pada 11 November 2011. “Bahkan temanya pun mengangkat Spirit SEA Games 2011,” ujarnya, kemarin.

Meski tidak seramai pelaksanaan tahun sebelumnya, Musni optimistis pesan yang ingin disampaikan seputar gebyar jelang SEA Games XXVI sampai ke masyarakat. “Absennya atlet-atlet pelatnas memang membuat ajang ini tidak seramai sebelumnya, tapi justru dengan absennya mereka berdampak positif bagi talenta muda atlet lari jauh. Mereka tampak lebih leluasa mengeluarkan kemampuannya,” ujarnya.

“Terbukti, juara bukan hanya didominasi Palembang, tapi juga ada yang dari daerah. Nah hasil ini kami harapkan bisa ditindaklanjuti PASI sebagai perekrutan atlet potensial ke depan,” paparnya.

Sementara itu, Pelatih Atletik Sumsel Kadir Sani mengatakan, ajang seperti ini sangat penting dalam menjaring atlet muda potensial. Dengan munculnya bibit-bibit atlet dari daerah memperkaya pilihan pelatih atletik untuk merancang pembinaan prestasi ke depan. “Cabor atletik ini cukup cepat periodisasi prestasinya. Makanya harus segera dicari atlet potensial sebagai pelapis senior-seniornya,” tutur Kadir.

Menurut pelatih yang pernah berguru di Jerman ini, untuk lari jauh memang Sumsel masih punya andalan pada diri Jauhari Johan. Untuk pelapisnya ada Deker, Andi dan Marwan. Namun, pelatih kesulitan mencari atlet lapis ketiga. ● iwan setiawan

Pelatih dan Atlet Berprestasi Raih Penghargaan

PALEMBANG – Puncak peringatan Hari Olahraga Nasional (Haornas) XXVIII tahun 2011 tingkat Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) berlangsung Minggu (25/9) pagi. Selain menggelar Lomba Lari Sumsel 10K Championship 2011, Pemprov Sumsel juga menyerahkan penghargaan kepada atlet, pelatih, wasit dan pembina olahraga terbaik 2011.

Kegiatan yang dipusatkan di depan Stadion Gelora Sriwijaya Jakabaring (SGSJ) itu diawali dengan Lomba Lari Sumsel 10K yang start pukul 06.00 WIB. Setelah itu, para pelari yang terdiri atas pelajar dan umum tersebut dihibur oleh penampilan modern dance yang juga menjadi salah satu mata lomba peringatan Haornas 2011. Selanjutnya barulah tiba acara puncak, yaitu pengumuman atlet, pelatih, wasit dan pembina olahraga terbaik Sumsel 2011.

Pada kategori pembina olahraga terbaik, penghargaan diberikan kepada Direktur Utama PT Bukit Asam (Persero) Sukrisno dan Direktur Utama PT Bank Pembangunan Daerah Sumsel Babel Asfan Fikri Sanaf. Penghargaan tersebut diberikan karena kedua sosok tersebut terbukti memberikan dukungan secara terus menerus terhadap pembinaan olahraga di Sumsel.

Sementara kategori pelatih terbaik, tiga nama muncul, yaitu Kuncung Sudiono (menembak), Lucky Ramdani (anggar) dan Nana Suryana (pelatih Special Olympic Indonesia). Mereka terpilih atas jasa dan dedikasinya melahirkan atlet-atlet berprestasi asal Sumsel. Masuk kategori wasit, Dadang Lesmana yang menyandang status wasit Asian Karate Federation (AKF) terpilih menerima penghargaan tahun ini. Tidak hanya Dadang, wasit tinju nasional asal Sumsel Asman Mukya pun menuai penghargaan wasit terbaik 2011.

Pengumuman pun berlanjut kepada atlet terbaik Sumsel 2011. Sebanyak 13 atlet terpilih pada kategori ini. Dari jumlah itu, cabang olahraga anggar mendominasi penghargaan. Olahraga adu ketangkasan bermain pedang itu menempatkan lima atletnya, yaitu M Dwi Wahyu (medali emas degen Kejurnas 2011), Novi Susanti (emas sabre Kejurnas 2011), Lestari (emas foil Kejurnas 2011), Jeanned Alfrida (emas epee Kejurnas 2011) dan Reni Anggraini (Pelatnas SEA Games XXVI nomor sabre). Sementara cabor menembak menyumbang dua atlet, yaitu Rahmat Wisnu Aji (emas rifle prone men Kejurnas Kapolri Cup, emas free rifle prone 3 posisi) dan Endang Junaryatie (emas air rifle match Anniversary Cup).

Selanjutnya cabor karate menempatkan
dua karateka di daftar atlet terbaik 2011. Mereka adalah Yunda Anggraini yang meraih prestasi medali emas Asian Pacific Goju-Kai Karate-Do Championship 2011 di Bangkok,Thailand. Sementara karateka Amelia Putri sukses menyabet medali perak Kejuaraan Dunia Karate 2011 di Malaysia. Penghargaan berikutnya diberikan kepada Ardiansyah dari angkat besi (emas Kejurnas 2011), atlet boling Elsa Maris Husin (juara I Women Graded A Master Final), Hekta Ahmad (peringkat 5 WPBSA World Championships 2011) dan Marwan (medali perunggu Special Olympics World Summer Games XIII di Athena,Yunani).

“Kepada penerima penghargaan ini
diberikan piagam dan uang pembinaan sebesar Rp18 juta,” ujar Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Sumsel Musni Wijaya, kemarin.

Musni berharap penghargaan ini bisa
memacu pencapaian prestasi yang lebih tinggi. Sebab, Sumsel yang kini mulai lekat dengan status daerah olahraga harus mampu menunjukkan status itu bukan sekadar slogan.

Sementara itu, Asisten III Pemprov Sumsel Aidit Aziz mengatakan, peran Sumsel cukup sentral dalam pengembangan olahraga nasional. Dipercayakannya pelaksanaan SEA Games XXVI di Palembang, Sumsel, bukan sembarangan, tapi melihat potensi dan kemampuan daerah ini menyukseskan event tersebut. “Dipilihnya Sumsel bukan karena apa-apa, tapi lantaran pemerintah pusat yakin Sumsel bisa. Makanya kita harus membayar kepercayaan itu dengan berbagai upaya menyukseskan event internasional tersebut,” kata Aidit. ● iwan setiawan

02 September 2011

Olahraga Bukan Ajang Bisnis

Terbilang sukses sebagai pebisnis, namun sosok Muddai Madang lebih dikenal sebagai tokoh olahraga. Terlebih Sumsel sedang menjadi sorotan karena dipercaya sebagai tuan rumah pelaksanaan SEA Games XXVI bersama DKI Jakarta. Tak ayal, hampir setiap hari komentar Ketua Umum KONI Sumsel ini menghiasi media massa lokal di Sumsel maupun terbitan Jakarta.

Lantas, apa suka dan duka selama terlibat dalam dunia olahraga di Palembang, Sumsel. Berikut petikan wawancara Ketua Umum KONI Sumsel Muddai Madang dengan reporter Seputar Indonesia Iwan Setiawan yang dilakukan di Palembang, akhir pekan lalu.

Bagaimana awalnya Anda bersentuhan dengan dunia olahraga?

Berbicara olahraga memang hobi saya sejak kecil. Bahkan hingga beranjak remaja saya bergabung dalam paguyuban olahraga. Menjelang dewasa karena kesibukan kerja dan berbagai hal lainnya membuat kegiatan (olahraga) itu vakum. Tapi setelah bekerja kemudian tahun 1984-1985 ikut mengurusi klub sepak bola Galatama yaitu Kramayudha Tiga Berlian. Kemudian tahun 1990-an mulai aktif di beberapa cabang olahraga (cabor) dan awal tahun 2000 saya menjadi salah satu ketua di PB Percasi sekaligus merangkap bendahara di bawah kepemimpinan bapak Edi Widiono. Selanjutnya saya menjadi Chef de Mission(CDM) Indonesia pada Olimpiade Catur di Torino, Italia, tahun 2006. Kemudian di tahun 2006 itu juga saya dipercaya menjadi tim manajer catur untuk Asian Games di Doha, Qatar. Lalu tahun 2009 saya diberikan mandat oleh Gubernur Sumsel Alex Noerdin untuk mengurusi olahraga di Sumsel menjadi Ketua Umum KONI Sumsel.

Dunia olahraga terkait erat dengan pengusaha dan dunia usaha. Bagaimana Anda menilainya?

Ah nggak juga. Menurut saya olahraga merupakan sesuatu yang terpisah dengan bisnis. Cuma biasanya kita dari kalangan swasta sering diminta untuk berpartisipasi dalam pembinaan olahraga, biasanya seperti itu. Apalagi sekarang memang para pengurus lembaga atau organisasi olahraga cenderung diberikan kepada swasta. Harus diakui mengurus olahraga ini dibutuhkan pendanaan yang lumayan besar. Sehingga yang paling memungkinkan itu adalah diambil dari kalangan pengusaha. Karena kalau diambil dari PNS atau pekerja kan agak sulit karena butuh pendanaan.

Jadi idealnya seperti apa?

Sebetulnya kalau di-manage dengan baik, pembinaan olahraga tidak perlu mengeluarkan dana yang besar. Seperti Sumsel, dimana Gubernurnya sangat konsen dengan pengembangan dan kemajuan olahraga. Terbukti kita menjadi tuan rumah gelaran SEA Games XXVI. Bahkan kita sudah memiliki satu program di KONI Sumsel yaitu High Performance Program (HPP). Program itu sendiri menaungi sekitar 120 atlet yang diharapkan bisa berprestasi baik dimasa depan. Untuk itu Pemda menunjukkan keseriusan dengan mengucurkan dana yang jumlahnya lumayan besar. Karena melaksanakan pemusatan latihan ratusan atlet dimana harus menanggung biaya konsumsi, akomodasi dan transportasi serta honor dan peralatan pendukung butuh biaya besar. Itu membuktikan Pemprov Sumsel konsen dan berkomitmen tinggi terhadap kemajuan olahraga di Sumsel.

Ketika dipercaya menjadi Ketua Umum KONI Sumsel, apa yang terlintas dalam pemikiran Anda saat itu?

Saya nggak pernah kepikiran menjadi Ketua Umum KONI Sumsel. Artinya kita hidup ini mengalir saja.

Bagaimana setelah menduduki posisi Ketua Umum KONI Sumsel?

Alhamdulillah saya enjoy mengurusi olahraga ini. Apalagi pemerintah sangat memerhatikan sehingga secara finansial saya tidak terlalu banyak mengeluarkan subsidi.

Masuk KONI Sumsel awal tahun 2009 sebagai PAW (pergantian antar waktu). Bagaimana kondisi saat itu?

Saya melihat KONI dulu itu meski punya dasar program yang baik tapi agak tumpang tindih satu dengan lain. Meski dilakukan pembenahan, tapi apa yang dilakukan sekarang juga banyak melanjutkan program dulu dan bukan berarti dirubah keseluruhan. Sebab pemimpin yang satu dengan yang lain tentu punya selera dan gaya yang berbeda kan. Tapi yang prinsip hampir samalah. Cuma caranya saja, mungkin ada yang suka belok sana sini dulu sebelum sampai tujuan dan ada yang suka langsung tembak lurus saja. (*)

Klub Profesional Sangat Tergantung Dana

Sebagai mantan pengurus klub profesional Kramayudha Tiga Berlian dan sekarang menduduki posisi Komisaris Utama PT Sriwijaya Optimis Mandiri yang mengelola Sriwijaya FC. Pengalaman apa yang Anda terapkan agar SFC eksis sebagai klub papan atas Indonesia?

Bicara sepak bola profesional yang paling menentukan adalah pendanaan. Tapi bukan berarti dengan uang bisa meraih segala-galanya. Meski demikian komponen terbesar kehidupan suatu klub profesional adalah dana. Karena klub profesional harus punya pemain yang berkualitas tinggi. Nah tipe pemain seperti itu tentunya memiliki harga yang tinggi pula berbeda dengan pemain medioker. Dulu era 1980-an, Kramayudha merupakan salah satu tim terbaik Tanah Air dengan materi pemain bertabur bintang. Kita tahu ada Herry Kiswanto, Edi Harto, Bambang Nurdiansyah dan beberapa pemain top Indonesia lainnya. Kondisi itu hampir sama dengan SFC saat ini yang memiliki 5 sampai 6 anggota tim nasional Indonesia plus pemain asing berkualitas. Artinya tanpa adanya pendanaan yang memadai sulit berharap klub profesional punya prestasi yang baik.

Kalau dulu klub tidak sulit mendapatkan sponsor. Hal itu berbanding terbalik dengan kondisi sekarang. Menurut Anda apa yang menjadi kendala klub memperoleh pendanaan melalui sponsor?


Kalau Kramayudha dulu itu memang dibiayai 100% oleh perusahaan otomotif besar di Indonesia. Kalau SFC saat ini dan kebanyakan klub Indonesia lainnya mendapatkan dana hasil urunan beberapa perusahaan dan APBD. Sementara dana APBD mulai tahun 2012 sudah tidak boleh digunakan. Tapi masih bisa untuk memfasilitasi. Kalau memfasilitasi maka jumlahnya tidak akan sebesar dana hibah seperti sebelumnya, artinya mungkin tinggal 10-20% dari total kebutuhan satu musim. Sehingga manajemen harus mencari sisa 80% anggaran yang dibutuhkan. Kita akui kondisi itu tidak mudah.

Jadi idealnya menurut Anda?


Kalau menurut saya pribadi, sebenarnya sah-sah saja klub bola didanai APBD. Karena sepak bola menjadi kebutuhan masyarakat, tempat mencurahkan emosional masyarakat dan simbol identitas daerah. SFC bisa membangkitkan kebanggaan masyarakat Sumsel, jadi wajar dibiayai uang rakyat. Yang terpenting itu pemakaian dana tersebut akuntabel.

Apakah tanpa APBD SFC akan kolaps?


Setiap permasalahan ada jalan keluarnya. SFC saat ini dituntut lebih kreatif menggali sumber pendapatan alternatif yang selama ini belum digarap maksimal seperti sponsor, produk yang dijual (merchandise) dan hak siar. Hak siar televisi itu juga bisa dimaksimalkan seperti liga profesional lainnya. Tapi saya menilai di Indonesia hak siar belum dapat tempat yang baik. Contohnya saja pertandingan final Piala Indonesia dimana seharusnya media yang memiliki hak siar membayar kepada klub. Tapi kenyataannya klub yang bermain di laga final itu tidak mendapat apa-apa selain hadiah turnamen yang itu pun mesti menunggu beberapa bulan untuk dicairkan. (*)

Sumsel Siap Ikut Liga Sepak Takraw

PALEMBANG – Sumatera Selatan (Sumsel) siap berpartisipasi pada Liga Sepak Takraw Indonesia (LSTI) 2011 dengan mengirimkan regu putra dan putri Sriwijaya Takraw Club (STC).

Hal itu disampaikan Ketua Umum Pengprov Persatuan Sepak Takraw Indonesia (PSTI) Sumsel Hendri Zainuddin. Menurut Hendri, sesuai undangan Badan Liga Sepak Takraw Indonesia (Balista), maka Sumsel bisa mengirimkan wakilnya pada kompetisi antarklub sepak takraw Indonesia tersebut. “Awal Juni lalu masuk surat dari Balista yang mengundang partisipasi Sumsel pada Kejuaraan Liga Sepak Takraw Antarklub. Setelah melalui evaluasi dan seleksi, maka diputuskan kita mengirimkan regu putra dan putri di kejuaraan tersebut,” ujar Hendri.

Direktur Teknik PT Sriwijaya Optimis Mandiri (SOM), pengelola Sriwijaya FC, ini mengatakan, keikutsertaan Sumsel pada kejuaraan yang baru pertama kali digelar itu dikarenakan prestasi sepak takraw Sumsel yang sukses menembus PON Riau 2012. Hal itu didapat setelah tim sepak takraw putri Sumsel menyabet medali perak Pekan Olahraga Wilayah (Porwil) VIII se-Sumatera 2011. “Dari undangan yang kami terima disebutkan salah satu syarat klub yang bisa mengikuti kejuaraan tersebut adalah dari daerah yang lolos ke PON XVIII. Sehingga otomatis kita bisa ikut,” tukasnya.

Karena baru pertama kali digelar, Hendri tidak mau sesumbar tim Sumsel bisa menjadi yang terbaik. Meski demikian, dia menargetkan pemain yang dikirim nantinya bisa menunjukkan permainan terbaik. Apapun hasilnya, Pengprov PSTI Sumsel tidak mempermasalahkannya. “Ini kan baru pertama kali digelar jadi ya partisipasi dululah. Belum pasang target apapun karena kita belum tahu kekuatan lawan. Saya pesan kepada anak-anak main yang bagus saja buat tambah pengalaman,” kata anggota DPRD Kabupaten Banyuasin ini.

Meski telah melakukan seleksi daerah (selekda) pada 16-17 Juni 2011 lalu, untuk atlet dikatakan Hendri masih merekrut dari luar Sumsel. Seperti regu putra yang bermaterikan pemain asal Jawa Tengah yaitu Solkin, Ahmad Saefullah, Susanto dan Darwoko. Sedangkan atlet regu putri merupakan jebolan Porwil VIII Sumatera di Batam. Mereka adalah Nuraida Tri Agustin, Hikmah Lestari, Pioliga May Suwarli dan Imelda Desi. “Kalau atlet putri kita punya banyak stok dan kualitasnya masih bisa diadu. Tapi di sektor putra kita akui pembinaannya masih belum maksimal karena memang talenta lokal Sumsel belum terlalu banyak yang menggeluti olahraga ini,” tuturnya.

“Makanya kita ambil atlet luar daerah. Pertimbangannya juga karena kejuaraan yang diikuti ini kan antarklub profesional, jadi wajar saja kita rekrut pemain berkualitas,” terangnya.

Sementara itu Ketua Badan Liga Sepak Takraw Indonesia (Balista) Hj Siti Retno Farida menerangkan, Kejuaraan Liga Sepak Takraw Antarklub 2011 dijadwalkan berlangsung 12-17 September 2011 di GOR Hayam Wuruk, Surabaya, Jawa Timur. Para peserta kejuaraan sendiri merupakan klub terbaik hasil kompetisi antarklub di daerahnya masing-masing dimana sepak takraw wilayah tersebut lolos ke PON XVIII. Balista juga berhak mengundang peserta dengan alasan tertentu. “Tujuan kita dengan menggelar liga ini adalah untuk memaksimalkan pengembangan sepak takraw ke depan,” katanya.

Menurut Retno,sebelum mengikuti Liga Sepak Takraw Indonesia, Pengprov harus melaksanakan kompetisi atau seleksi dan melibatkan seluruh klub yang ada dan aktif di daerahnya. “Balista berhak membatalkan peserta apabila Pengprov mengirim peserta tidak melalui kompetisi,” pungkasnya. ● iwan setiawan