24 Januari 2009

Dikenal Terbuka dan Demokratis

IN MEMORIAM KOLONEL INF (PURN) SYAMSUL BAHRI BIN OEMAR (2-HABIS)

Di mata orang yang mengenalnya, Tatung merupakan sosok yang keras dan memegang teguh prinsipnya. Meskipun berlatar belakang militer, Tatung dikenal memiliki jiwa yang demokratis.

Kolonel Inf (Purn) Syamsul Bahri bin Oemar (berpeci hitam) semasa hidup berangkulan dengan mantan Gubernur Sumsel Mahyuddin NS.

Seorang sahabat almarhum, Amran Halim, mengingat perkenalan dengan seniornya itu saat revolusi perjuangan dulu. Perkenalan antara keduanya terjadi saat Amran muda bergabung dalam Tentara Pelajar (TP). Waktu itu, Amran masih bersekolah setingkat SMP, sedangkan Tatung sudah menjadi tentara. Lepas masa konflik bersenjata, mereka dipertemukan kembali dalam satu wadah, yaitu di kepengurusan Dewan Harian Daerah (DHD) 45 Sumatera Selatan. “Di DHD 45, beliau selaku ketua dan saya wakil ketua, sehingga hubungan kerja dan pertemanan itu baik sekali. Seingat saya, beliau bisa bergaul dengan siapa saja dan sangat menghargai perasaan orang lain,” ujar mantan Rektor Universitas Sriwijaya itu.

Amran mengungkapkan, kepergian Tatung selamanya membuat dia kehilangan. Menurut Amran, sosok pejuang yang bisa memberi panutan melalui kerja nyata seperti Tatung sudah jarang ditemukan di era sekarang. “Beliau selalu mengutamakan kerja sama dalam menuntaskan suatu pekerjaan. Kalau di Sekretariat DHD 45 itu selalu bagi-bagi kerjaan dan tanggung jawab, Amran kamu kerjakan ini dan saya kerjakan ini, begitu pun yang lainnya,” ucap Amran.

Tidak jauh berbeda dengan yang disampaikan Amran Halim. Ketua DPRD Provinsi Sumsel Zamzami Achmad juga memiliki kenangan tersendiri dengan Kolonel Tatung. Menurut Zamzami, Syamsul Bahri menjabat sebagai Ketua DPRD Sumsel pada era Sumsel dipimpin Gubernur Asnawi Mangku Alam. Zamzami mengenang Tatung dengan figur kebapakan yang sangat melekat dan banyak membimbing rekan-rekannya yang masih muda. Hal itu sangat dirasakan Zamzami ketika Tatung menjabat Pembantu Gubernur (Tugub) wilayah Lahat pada 1977– 1983. “Ketika itu saya menjabat sebagai Sekda Lahat. Sebagai tugub, Pak Syamsul Bahri banyak menyampaikan masukan dan petunjuk kepada bupati. Dengan begitu, saya menjadi lebih dekat dengan beliau karena sering berkomunikasi,” tuturnya.

Selama bergaul dan berteman dengan almarhum, Zamzami mengingat sikap Tatung yang sangat demokratis. Meski berlatar belakang militer yang diharuskan mengambil keputusan cepat dan tepat, Tatung selalu mendengarkan pendapat orang yang berkepentingan terlebih dahulu. “Beliau tidak pernah memaksakan kehendaknya. Meski keras dan tegas, beliau pasti mendengarkan dan menghargai pendapat orang di sekitarnya sebelum mengambil keputusan,” ucapnya.

Sementara itu, di mata istri tercinta Delima binti HA Rozak, Tatung akan selalu dikenang sebagai seorang pejuang sejati. Sebab, suaminya itu tidak pernah mengeluhkan suatu keadaan, tapi selalu berupaya memperbaikinya dengan kerja nyata. Hal itu terekam jelas di benak Delima karena sudah berpuluh tahun dia mengenal dan mendampingi suaminya itu, baik suka maupun duka.

Semasa masih aktif mengabdi kepada negara di kesatuan TNI AD, Kolonel Syamsul Bahri bin Oemar beberapa kali mendapatkan tanda jasa penghormatan dari Negara. Di antaranya, Bintang Gerilya Nomor 74245 tertanggal 17 Agustus 1958, Medali Sewindu Angkatan Perang Republik Indonesia, Satyalancana Peristiwa Aksi Militer I dan II, Satyalancana Kesetiaan 8 tahun, 16 tahun, dan 24 tahun, Satyalancana Sapta Marga, Satyalancana Penegak, dan Satyalancana Dharma. Selain itu, Kolonel Tatung juga mendapatkan Gelar Kehormatan Veteran Pejuang Kemerdekaan Republik Indonesia. (iwan setiawan)

foto : ahmad junaidi

Pendonor Darah Minim

Ketua PD Palang Merah Indonesia (PMI) Sumatera Selatan ( Sumsel) Eliza Alex Noerdin (kanan) menerima ucapan selamat dari Ketua PP PMI Mar'ie Muhammad (kiri) seusai acara pelantikan Pengurus Daerah PMI Sumsel di Rumah Dinas Gubernur Sumsel, Griya Agung, Palembang, kemarin.

PALEMBANG
(SINDO) – Palang Merah Indonesia (PMI) menyayangkan minimnya peserta donor darah sukarela (DDS), khususnya di daerah luar Pulau Jawa.

Ketua PP PMI Mar’ie Muhammad mengatakan, pengertian donor darah merupakan aktivitas menyumbangkan darahnya untuk PMI dalam rangka kegiatan transfusi darah. Donor darah terbagi dalam dua kelompok, yaitu donor darah sukarela (DDS) dan donor darah pengganti. Secara nasional, jumlah DDS mencapai 83% dari total kantong darah yang dikumpulkan PMI per tahunnya, yang rata-rata terkumpul hingga 1,4 juta kantong darah.

Namun, Mar’ie masih menyayangkan minimnya jumlah DDS di luar Pulau Jawa. Sebab, pada kenyataannya, DDS di beberapa daerah di Pulau Jawa bisa mencapai di atas 90%. Sementara dilihat dari laporan PMI di luar Pulau Jawa, jumlah DDS berada jauh di bawah rata-rata nasional. “Bukan saya membeda-bedakan antara Jawa dan luar Jawa, tapi itu sekali lagi berdasarkan kenyataan. Karena itu, pengurus PMI di daerah, khususnya di luar Pulau Jawa, harus lebih menggalakkan kegiatan DDS,” ujarnya pada pelantikan pengurus daerah PMI Sumsel masa bakti 2009–2014 di halaman belakang Griya Agung kemarin siang.

Mar’ie mengungkapkan pentingnya peningkatan jumlah DDS agar stok darah di PMI bisa mencukupi sehingga donor darah pengganti semakin kecil. Sebab, kebutuhan akan darah merupakan kebutuhan yang tidak dapat diprediksi. “Kebutuhan darah ini kan bisa setiap saat, ada orang melahirkan, orang sakit, korban tabrakan. Kalau stok di PMI mencukupi kan bisa cepat penanganannya sehingga risiko kematian akibat kehabisan darah bisa diminimalisasi,” tukasnya.

Ketua PD PMI Sumsel yang baru dilantik, Eliza Alex, mengatakan, kepengurusan PMI yang dipimpinnya ini tetap akan mengintensifkan program siaga di daerah rawan bencana melalui manajemen terpadu. Adapun berbagai program yang menjadi fokus utama PMI Sumsel ke depan adalah pelayanan penyediaan darah, pendidikan remaja melalui Palang Merah Remaja (PMR) di sekolah-sekolah, serta berbagai sosialisasi pengendalian HIV/AIDS.

Dalam sambutannya, Gubernur Sumsel Alex Noerdin menyatakan, para pengurus PMI saat ini harus lebih total dalam bekerja. Sebab, organisasi kemanusiaan ini melayani kebutuhan masyarakat luas. “Saya inginnya pengurus PMI dan organisasi lainnya adalah orang-orang yang benar-benar total mengurus dan menjalankan organisasinya. Sebab, selama ini banyak pengurus yang tidak aktif karena banyak mengurusi pekerjaan lainnya,” tuturnya.

Pada kesempatan yang sama, Gubernur juga memberikan apresiasi kepada tiga pendonor darah terbanyak di Sumsel. Tiga pendonor darah, masing-masing Ali Ukod sebanyak 128 kali donor darah, Rozi Umar 109 kali, dan Tuning 100 kali, mendapatkan hadiah berupa diberangkatkan umrah. (iwan setiawan)

foto : mushaful imam