18 Desember 2008

Industri Bahan Jadi Karet Mendesak

PALEMBANG (SINDO) – Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Sumatera Selatan (Sumsel) mengusulkan agar para pengusaha Sumsel membangun industri bahan jadi karet untuk meningkatkan added value sumber daya alam unggulan Sumsel tersebut.

Sekretaris Eksekutif Gapkindo Sumsel Awi Aman mengatakan, selama ini hasil panen karet Sumsel yang selalu diekspor masih dalam kondisi setengah jadi dan mentah. Sementara untuk memproduksinya, masih dominan berada di Pulau Jawa. Untuk itu, para pengusaha di Sumsel mulai memikirkan pendukung industri yang bahan bakunya berlimpah. “Selama ini karet Sumsel selalu dikirim ke pabrik di Jawa. Mengapa pengusaha tidak dirikan pabrik di Sumsel dan berproduksi bahan jadi baru setelah itu diekspor. Tentu nilainya akan lebih tinggi dibandingkan kita mengekspor setengah jadi, bahkan karet mentah,” ujar Awi kepada SINDO kemarin.

Dia berharap, dengan berdirinya pabrik produksi karet menjadi berbagai bahan jadi, semakin memantapkan image Sumsel sebagai salah satu sentra produk karet. Usulan tersebut bukan sesuatu yang berat untuk direalisasikan karena kemampuan yang dimiliki pengusaha Sumsel maupun pengusaha nasional sangat mampu untuk mewujudkan hal itu. “Modal dan kemampuan pengusaha lokal serta tenaga ahli yang ada sudah cukup baik untuk industri ini. Ditambah dukungan kebijakan pemerintah dan sokongan modal dari perbankan, maka hal itu akan jalan,” ucapnya yakin.

Ketua Umum BPD Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) Sumsel Dodi Reza Alex menyatakan, usulan dari Gapkindo tersebut merupakan masukan yang sangat baik. Namun, pendirian industri hilir atau penunjang harus sangat berhati-hati karena pengusaha juga harus memperhatikan industri hulu terlebih dulu. Jangan sampai ketika industri hilir berkembang, justru sektor hulunya yang ambruk. “Ini menjadi masukan yang sangat baik buat anggota Hipmi. Namun, pendirian suatu usaha harus melalui pertimbangan yang sangat kompleks dan butuh waktu,” tuturnya. (iwan setiawan)


Realisasi Investasi Menurun

PALEMBANG (SINDO) – Realisasi investasi di Sumatera Selatan (Sumsel) per Desember 2008 menurun signifikan dibandingkan waktu yang sama pada tahun sebelumnya. Pada 2008 ini, realisasi investasi Sumsel hanya mencapai Rp 6,17 triliun untuk penanaman modal dalam negeri (PMDN) dan USD 3,73 miliar untuk penanaman modal asing (PMA).

Kepala Badan Penanaman Modal Daerah (BPMD) Sumsel Permana mengatakan, dilihat dari nilai modal yang ditanamkan maupun jumlah investor memang mengalami penurunan signifikan dibandingkan tahun sebelumnya. “Jika pada Desember 2007 PMA yang berinvestasi di Sumsel sebanyak 39 investor dengan nilai USD 75,77 miliar, tahun ini hanya 11 investor dengan nilai investasi USD 3,73 miliar,” ungkapnya.

Pihaknya akan terus berupaya memaksimalkan realisasi investasi agar meningkat kembali. “Penurunan tahun ini rasanya memang berlaku secara global. Selain itu, pada tahun sebelumnya telah cukup banyak investor yang masuk ke Sumsel,” ujarnya.

Permana mengungkapkan, penurunan tingkat investasi di Sumsel tidak terlepas dari berbagai kendala yang dihadapi. Kendala tersebut antara lain belum dimilikinya aturan pelaksana Undang-Undang (UU) No 25/2007 tentang Penanaman Modal, sehingga pemerintah di daerah belum bisa mengimplementasikan isi UU tersebut karena takut melanggar aturan. Selain itu, kualitas infrastruktur di Sumsel belum mendukung iklim investasi yang kondusif.

Sementara itu, pengamat ekonomi Universitas Muhammadiyah Palembang (UMP) Amidi mengatakan, infrastruktur pendukung investasi utama ketenagalistrikan sangat memengaruhi minat investor menanamkan modal di Sumsel. “Berbagai masalah infrastruktur dan masalah kepastian hukum itu berpengaruh dalam realisasi investasi. Jika tidak ada perbaikan segera, tahun depan bisa saja turun lagi,” ucapnya. (iwan setiawan)