06 November 2008

Ekspor Nonmigas Sumsel Menurun

PALEMBANG (SINDO)– Transaksi ekspor Sumatera Selatan (Sumsel) pada Juli 2008 mencatat nilai negatif yang disebabkan menurunnya ekspor komoditas nonmigas.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumsel Haslani Haris mengatakan, nilai ekspor pada Juli 2008 mengalami penurunan sebesar 5,64% dibanding Juni 2008, yaitu dari USD330,71 juta menjadi USD312,08 juta. Nilai ekspor tersebut terdiri dari ekspor migas sebesar USD86,32 juta dan komoditas nonmigas sebesar USD225,75 juta. Untuk sektor nonmigas pada Juli 2008 mengalami penurunan sebesar USD41,39 juta dari Juni2008. “Penurunan nonmigas terutama disumbang oleh CPO sebesar USD13,51 juta yang diikuti komoditas batu bara sebesar USD2,22 juta,” ujarnya.

Menurut Haslani, ekspor Sumsel pada Juli 2008 masih dominan ke Singapura, Amerika Serikat, dan China. Nilai ekspor terbesar didapat dari Singapura yang mencapai USD79,89 juta, sementara AS sebesar USD65,02 juta, dan China USD42,76 juta. “Memang ketiga negara tersebut masih merupakan negara tujuan utama ekspor Sumsel. Bahkan, peranan ketiganya mencapai 60,14 persen dari total ekspor Sumsel,” ucapnya.

Kepala Bidang Neraca Wilayah dan Analisis Statistik BPS Sumsel Habibullah mengatakan, aktivitas perdagangan luar negeri ekspor dan impor Sumsel masih mengandalkan Pelabuhan Boom Baru sebagai gerbangnya. Menurut dia, pada Juli 2008, Pelabuhan Boom Baru mencatat nilai ekspor sebesar USD217,01 juta disusul Pelabuhan Plaju USD86,32 juta. Sementara, untuk aktivitas impor, Pelabuhan Boom Baru juga menjadi pintu masuk yang dominan untuk Sumsel dengan catatan nilai impor sebesar USD19,12 juta yang diikuti Pelabuhan Plaju yang mencapai USD1,53 juta. “Selain menggunakan transportasi laut, aktivitas ekspor dan impor juga melalui darat serta udara. Namun, aktivitas tersebut masih lebih dominan di Pelabuhan Boom Baru. Mungkin kalau Pelabuhan TAA sudah operasi, volume ekspor bisa lebih ditingkatkan dari yang sekarang karena kapal-kapal yang masuk melalui Pelabuhan Boom Baru terkendala debit air Sungai Musi yang tidak menentu,” tandasnya. (iwan setiawan)

halaman 22

Tidak ada komentar: