06 November 2008

Buah Perjuangan yang Justru Kurang Dihargai

KERETA API, TRANSPORTASI ALTERNATIF MAHASISWA UNIVERSITAS SRIWIJAYA (1)

Sejumlah mahasiswa baru saja turun dari kereta api mahasiswa jurusan Kertapati–Indralaya kemarin.


Setelah lama dinanti, kehadiran kereta api (KA) sebagai alternatif transportasi mahasiswa Universitas Sriwijaya (Unsri) justru dicuekin mayoritas mahasiswa.

Sejak diresmikan pada 1993, Kampus Unsri Indralaya mulai beroperasi. Para mahasiswa yang semula kuliah di Kampus Unsri Bukit Besar, secara serentak dipindahkan ke kampus baru. Berjarak sekitar 32 km dari Palembang, kampus baru itu harus ditempuh selama 45 menit perjalanan darat menggunakan bus mahasiswa. Minimnya jumlah bus dibanding jumlah mahasiswa membuat banyak mahasiswa yang harus rela berdiri berdesakan di dalam bus demi mengejar waktu kuliah. Selain ketidaknyamanan karena minimnya fasilitas, faktor keselamatan juga menjadi sesuatu yang sangat berharga.

Betapa tidak, para calon intelektual muda itu setiap pagi dan sore dihadapkan pada risiko kecelakaan lalu lintas yang setiap saat bisa merenggut nyawa mereka. Sebab, jalur yang mereka lintasi setiap hari merupakan jalur utama lintas Sumatera yang dilewati beragam jenis dan ukuran kendaraan. Beberapa peristiwa lakalantas yang bukan hanya mengakibatkan luka-luka, melainkan juga hilangnya nyawa sering kali terjadi. Bukan hanya mahasiswa, kalangan dosen pun pernah merasakan kehilangan rekan dalam kecelakaan fatal ketika pergi atau pulang dari Kampus Unsri Indralaya.

Hal itulah yang memicu aktivis kampus yang didukung mayoritas mahasiswa menuntut rektorat dan pemerintah untuk menyediakan sarana transportasi massal yang aman dan nyaman bagi mahasiswa. Setelah “berteriak” lebih satu dasawarsa, akhirnya para mahasiswa Unsri bisa menikmati hasil perjuangan senior mereka.

Pada 3 Maret 2008, Gubernur Sumsel kala itu, Syahrial Oesman, meresmikan penggunaan KA mahasiswa Unsri. Sayang, bayangan mengenai moda transportasi aman, nyaman, dan murah segera sirna seusai acara launching.

Dengan kapasitas angkut dua gerbong, KA mahasiswa bisa menampung 300 penumpang. Panjang rel KA dari Kertapati, Palembang, sampai Stasiun Indralaya yakni 22,5 km dan dapat ditempuh dengan waktu antara 20–25 menit. Artinya, mahasiswa bisa menyingkat waktu perjalanan daripada menggunakan bus hingga 30 menit.

Namun, dengan efektivitas waktu yang ditawarkan hingga risiko kecelakaan yang lebih kecil, mahasiswa belum banyak yang tertarik untuk beralih menggunakan moda transportasi KA. “Menurut saya, masih kurang efektif dan efisien kalau naik kereta. Tarifnya gak jauh beda sama bus mahasiswa yang langsung berangkat,” ujar Jimmy Renaldi, mahasiswa Fakultas Ekonomi Unsri angkatan 2005.

Menurut dia, sepertinya angkutan KA hanya diperuntukkan bagi sebagian kecil mahasiswa yang tinggal berdekatan dengan stasiun Kertapati. Sementara bagi mahasiswa yang rumahnya tersebar di wilayah Kota Palembang, sarana dan prasarana pendukung KA sebagai transportasi menuju kampus masih belum ada sama sekali.

Sementara itu, salah seorang alumni FE Unsri yang baru diwisuda September lalu, Ellen Putilenggogeni, menceritakan, mahasiswa hanya ramai menggunakan KA ketika awal diresmikan. Sebab, selain mencoba fasilitas baru, mereka ingin membandingkannya dengan layanan bus mahasiswa.

Namun, dengan tarif KA yang tidak jauh berbeda dengan bus mahasiswa, hal itu menjadi nilai minus bagi KA. Selain mahasiswa harus menyesuaikan waktu keberangkatan, ternyata naik KA tidak senyaman yang digembargemborkan selama ini. “Perlu ada pembenahan segera,” ungkap dia. (iwan s/bersambung)

foto : muhlis

publikasi : sindo sumsel; 06 november 2008; halaman 13

Tidak ada komentar: