04 April 2009

Musim Tanam Terkendala Air Pasang


Petani di Kelurahan Pulokerto, Kecamatan Gandus terlihat menanam padi di lahan sawah mereka. Namun musim tanam padi ini dibayangi kekhawatiran akibat tergenangnya lahan oleh pasang air sungai.

PALEMBANG
(SI) – Kendati sudah memasuki musim tanam, petani padi di Gandus tidak juga melakukan penanaman lantaran terkendala air pasang yang menggenangi areal persawahan mereka.

Salah seorang petani, Mahmud, 55, mengatakan, semestinya awal April para petani sudah mulai menanam bibit padi di lahannya masing-masing. Namun, di antara lahan pertanian tersebut, baru beberapa lokasi yang ditanami akibat masih banyaknya lahan yang tergenang air pasang Sungai Keramasan. “Belum galo-galo betanam. Baru yang agak kering bae lahannyo yang la nanam,” ujar Mahmud saat menancapkan satu per satu bibit padi di lahan sawah miliknya.

Mahmud yang kala itu ditemani istrinya menyebutkan, persoalan mundurnya musim tanam karena air pasang sudah berlangsung lama. Namun, hingga kini upaya pemerintah untuk membantu kesulitan petani belum juga terealisasi. Dia dan juga petani lainnya sangat berharap pemerintah bisa melakukan normalisasi aliran sungai dan mengaturnya dengan irigasi. Dengan demikian, musim tanam maupun panen tidak terganggu dengan datangnya pasang air sungai. “Hujan sekarang ini tidak menentu dan datangnya juga sangat besar, sehingga lahan tergenang, belum lagi ditambah air dari sungai yang naik. Coba kalau ada irigasi yang baik, petani pun bisa mengatur kapan butuh air dan mengalirkan air,” tuturnya.

Pernyataan senada disampaikan Sukri, 53, petani lainnya. Menurut dia, pengembangan kawasan agropolitan di Pulokerto, Gandus, masih terkendala seringnya banjir yang melanda kawasan itu. Akibatnya, petani hanya dapat menanam satu kali setiap tahunnya, yakni April–September. Berdasarkan pengalaman, banjir terjadi saat air sungai mengalami pasang besar antara Oktober–Maret dan mencapai maksimum saat terjadi hujan besar. “Banjir ini menggenangi lahan pertanian penduduk sehingga lahan hanya dapat ditanami sekali dalam setahun. Hal ini jelas merugikan petani,” katanya.

Dia mengaku, sebenarnya upaya yang dilakukan pemerintah telah ada, tetapi belum maksimal. Upaya yang telah dilakukan antara lain dengan menormalisasi sungai. Tetapi sayangnya, kegiatan itu tidak diikuti pembangunan pintu air. Padahal, bila pintu air dapat direalisasikan, intensitas penamanan padi dan tanaman pangan holtikultura, termasuk perikanan di kawasan agropolitan seluas 3.000 ha, dapat lebih ditingkatkan.

Kepala Dinas Pertanian, Peternakan, dan Kehutanan Kota Palembang Masriadi dikonfirmasi mengatakan, upaya yang telah dilakukan antara lain dengan menormalisasi sungai. Selain itu pihaknya juga telah mengajukan usulan pembangunan pintu air sejak 2008 lalu. “Dinas PU masih memprioritaskan anggarannya untuk membangun jalan. Jadi, usulan pembangunan pintu air belum direspon. Tapi, nanti akan kami ajukan kembali pada 2010, mudah-mudahan bisa diterima,” tukasnya. (iwan setiawan)

foto : iwan setiawan

Tidak ada komentar: