01 Maret 2009

Semarak Festival Kuda Lumping

Salah satu peserta dari Kelompok Kuda Krido Pendowo menunjukkan kebolehannya di hadapan juri dan penonton pada Festival Kuda Lumping se-Sumsel di pelataran Benteng Kuto Besak (BKB), Palembang, kemarin.

PALEMBANG (SINDO) – Meski berlangsung di Palembang, festival kesenian kuda lumping yang berasal dari Jawa berlangsung meriah. Ratusan pengunjung tampak memadati tenda yang disiapkan panitia pada pembukaan Festival Kuda Lumping se-Sumatera Selatan (Sumsel) yang digelar di Plaza Benteng Kuto Besok (BKB) kemarin.

Festival yang baru pertama kali dilaksanakan di Sumsel ini dibuka dengan pertunjukkan Reog Ponorogo. Puluhan pengguna jalan yang melintas di BKB pun tidak jarang menepikan kendaraannya demi melihat pertunjukkan yang jarang dipentaskan tersebut. Namun sayangnya, pada gelaran festival kuda lumping kemarin, penonton yang hadir cukup kecewa ketika menyaksikan para penari yang berada di atas kuda bambu itu menyuguhkan aksinya. Pasalnya, aksi yang ditunggu-tunggu, yaitu ketika para penari kuda lumping tidak sadarkan diri karena kerasukan roh dan melakukan hal-hal yang tidak lazim, seperti memakan rumput atau beling, tidak juga muncul hingga akhir tarian dengan waktu maksimal 15 menit tiap peserta. “Karena ini kegiatannya festival, yang dinilai hanya sebatas kekompakan, inovasi gerakan, dan tariannya. Panitia juga sepakat, bagi peserta yang kesurupan, otomatis kena diskualifikasi. Sebab, tariannya tidak akan teratur lagi,” kata Ketua Paguyuban Kuda Lumping Sumsel Selamet Sumosentono.

Festival kali ini diikuti 45 grup dari kabupaten/kota di Sumsel, di antaranya Palembang, Prabumulih, Banyuasin, Muba, OI, OKI, OKU, OKU Timur, Lubuklinggau, Mura. Kegiatan ini sebagai salah satu upaya pelestarian kebudayaan yang telah ada sejak zaman Kerajaan Singosari. Terlebih, di era globalisasi seperti saat ini, berbagai produk kebudayaan dan kesenian tradisional semakin tersingkirkan dan terlupakan. “Dengan festival ini, kami ingin memopulerkan kembali kebudayaan tradisional milik negeri sendiri. Dengan begitu, semangat individu yang menggeluti bidang ini bangkit lagi dan tetap menjaga eksistensi kebudayaan peninggalan para leluhur,” tuturnya.

Sementara itu, Wali Kota (Wako) Palembang H Eddy Santana Putra yang diwakili Asisten II Setda Kota Palembang Apriadi S Busri mengatakan, selama ini kegiatan kuda lumping keberadaannya identik dengan Pulau Jawa. Namun, dengan adanya festival yang digelar ini, masyarakat Palembang bisa menyaksikan langsung dan lebih dekat dengan produk kesenian dan budaya nasional yang berbeda. “Dengan adanya festival ini, semakin memperkaya kesenian dan kebudayaan di Palembang. Jadi, diharapkan para pekerja seni dan budaya terus berkreasi dan berkembang sehingga budaya Indonesia tetap terjaga eksistensinya,” ujar Apriadi kemarin.

Apriadi menyatakan, kegiatan festival kebudayaan seperti ini besar artinya dalam mendukung pengembangan pariwisata daerah. Karena itu, dia berharap panitia pelaksana festival bisa berkoordinasi dengan instansi terkait untuk menjaga eksistensi kegiatan ini di masa mendatang. “Diharapkan pada tahun-tahun mendatang penyelenggaraan festival semacam ini bisa dimasukkan dalam kalender pariwisata Palembang,” ungkapnya. (iwan setiawan)

foto : mushaful imam

Tidak ada komentar: