PALEMBANG (SINDO) – Jumlah fasilitas telepon umum (telum) di Kota Palembang mengalami penurunan 20% setiap tahunnya. Pasalnya, selain kurang terawat, telepon yang dipasang di tempat umum itu telah jarang digunakan sejak masyarakat lebih familier dengan telepon seluler.
Manager Customer Service PT Telkom Indonesia Tbk Kandatel Sumbagsel Nurhalim mengatakan, meningkatnya kepemilikan masyarakat akan telepon seluler (ponsel) semakin menyingkirkan keberadaan telum. Bahkan, karena dianggap tidak lagi menguntungkan secara bisnis, pengelolaan telum tidak lagi dilakukan PT Telkom, melainkan diserahkan kepada pihak swasta. “Sejak 2007 lalu, manajemen pusat memutuskan pengelolaan telum diserahkan kepada pihak swasta dengan sistem bagi hasil,” ujarnya kepada SINDO kemarin.
Menurut Nurhalim, dengan diserahkan kepada pihak swasta diharapkan pengelolaan telum bisa lebih optimal. Sebab di dalam kontrak kerja sama tersebut, mulai dari perencanaan penempatan telum, operasional, hingga perawatan, akan dilaksanakan oleh kontraktor. Sementara, pihak Telkom hanya menyediakan pesawat serta line telepon. “Seingat saya persentase bagi hasilnya 70% untuk kontraktor dan 30% untuk Telkom. Dengan begitu, pengelolaan telum akan lebih baik karena perusahaan tersebut memang fokus mengurusi bidang itu,” tuturnya.
Berdasarkan data yang ada di Kandatel Sumbagsel hingga akhir 2008, untuk wilayah Kota Palembang masih terdapat 470 telum yang dioperasikan. Jumlah itu sudah jauh berkurang seiring semakin banyaknya orang yang memiliki ponsel. “Pada 2000 lalu, jumlah telum di Kota Palembang ini masih sekitar 550 unit. Tapi, karena banyak yang rusak jadi ya otomatis berkurang. Melihat animo masyarakat atas ponsel dan pelayanan wartel, Telkom tidak akan menambah jumlah telum,” ujarnya.
Sementara itu, Agus, salah seorang staf PT Catur Elang Perkasa sekaligus kontraktor operasional telum di Kota Palembang, mengatakan, sejak tahun lalu seluruh fasilitas telum yang ada di Kota Palembang sudah diperbaiki pihaknya. Bahkan, secara bertahap semua telum yang beroperasi akan diberi kamar kaca sehingga pengguna bisa terlindung dari panas atau hujan. “Secara bertahap kami lakukan pembenahan terhadap fasilitas telum yang ada. Bahkan, untuk perawatan akan dilakukan secara berkala setiap dua minggu sekali,” katanya.
Menurut Agus, saat ini pihaknya sedang merencanakan pemindahan telum yang ada di tengah kota dan jalan-jalan protokol ke daerah pinggiran kota. Hal itu berdasarkan pertimbangan masyarakat yang berada di tengah kota tidak terlalu membutuhkan telum, karena telah memiliki ponsel atau tersedia wartel. “Kami akan prioritaskan pemasangan telum di sekolah-sekolah dan daerah pinggiran yang mana asumsi kami, masyarakat belum banyak yang memiliki ponsel untuk berkomunikasi,” tandasnya. (iwan setiawan)
Manager Customer Service PT Telkom Indonesia Tbk Kandatel Sumbagsel Nurhalim mengatakan, meningkatnya kepemilikan masyarakat akan telepon seluler (ponsel) semakin menyingkirkan keberadaan telum. Bahkan, karena dianggap tidak lagi menguntungkan secara bisnis, pengelolaan telum tidak lagi dilakukan PT Telkom, melainkan diserahkan kepada pihak swasta. “Sejak 2007 lalu, manajemen pusat memutuskan pengelolaan telum diserahkan kepada pihak swasta dengan sistem bagi hasil,” ujarnya kepada SINDO kemarin.
Menurut Nurhalim, dengan diserahkan kepada pihak swasta diharapkan pengelolaan telum bisa lebih optimal. Sebab di dalam kontrak kerja sama tersebut, mulai dari perencanaan penempatan telum, operasional, hingga perawatan, akan dilaksanakan oleh kontraktor. Sementara, pihak Telkom hanya menyediakan pesawat serta line telepon. “Seingat saya persentase bagi hasilnya 70% untuk kontraktor dan 30% untuk Telkom. Dengan begitu, pengelolaan telum akan lebih baik karena perusahaan tersebut memang fokus mengurusi bidang itu,” tuturnya.
Berdasarkan data yang ada di Kandatel Sumbagsel hingga akhir 2008, untuk wilayah Kota Palembang masih terdapat 470 telum yang dioperasikan. Jumlah itu sudah jauh berkurang seiring semakin banyaknya orang yang memiliki ponsel. “Pada 2000 lalu, jumlah telum di Kota Palembang ini masih sekitar 550 unit. Tapi, karena banyak yang rusak jadi ya otomatis berkurang. Melihat animo masyarakat atas ponsel dan pelayanan wartel, Telkom tidak akan menambah jumlah telum,” ujarnya.
Sementara itu, Agus, salah seorang staf PT Catur Elang Perkasa sekaligus kontraktor operasional telum di Kota Palembang, mengatakan, sejak tahun lalu seluruh fasilitas telum yang ada di Kota Palembang sudah diperbaiki pihaknya. Bahkan, secara bertahap semua telum yang beroperasi akan diberi kamar kaca sehingga pengguna bisa terlindung dari panas atau hujan. “Secara bertahap kami lakukan pembenahan terhadap fasilitas telum yang ada. Bahkan, untuk perawatan akan dilakukan secara berkala setiap dua minggu sekali,” katanya.
Menurut Agus, saat ini pihaknya sedang merencanakan pemindahan telum yang ada di tengah kota dan jalan-jalan protokol ke daerah pinggiran kota. Hal itu berdasarkan pertimbangan masyarakat yang berada di tengah kota tidak terlalu membutuhkan telum, karena telah memiliki ponsel atau tersedia wartel. “Kami akan prioritaskan pemasangan telum di sekolah-sekolah dan daerah pinggiran yang mana asumsi kami, masyarakat belum banyak yang memiliki ponsel untuk berkomunikasi,” tandasnya. (iwan setiawan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar