23 Januari 2009

Sosok Tegas yang Mencintai Keluarga

IN MEMORIAM KOLONEL INF (PURN) SYAMSUL BAHRI BIN OEMAR (1927–2009)

Mendung yang menggelayut di awan Palembang siang kemarin seakan turut bersedih atas kepergian salah satu putra terbaik yang pernah dimiliki Sumatera Selatan.

Almarhum Kolonel Infanteri (Purn) Syamsul Bahri semasa masih hidup.

Isak tangis keluarga dan handai taulan tertahan ketika jenazah Kolonel Inf (Purn) Syamsul Bahri bin Oemar dimasukkan ke peti jenazah. Ratusan sahabat, rekan kerja, dan kerabat memenuhi halaman rumah almarhum di Jalan Sumatera II No 6, Kecamatan Bukit Kecil, Palembang. Dengan penuh khidmat, mereka mengikuti upacara pelepasan jenazah dari keluarga kepada militer untuk dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Ksatria Ksetra Siguntang (TMP KKS).

Syamsul Bahri atau yang lebih dikenal dengan panggilan Tatung mengembuskan napas terakhirnya saat menjalani perawatan di Graha Spesialis RSMH, Rabu (21/1) sekitar pukul 22.05 WIB. Tatung meninggal dunia pada usia 81 tahun 5 bulan setelah dirawat selama empat hari karena menderita penyakit demam berdarah dengeu (DBD). Hal ini membuat keluarga yang ditinggalkan merasa kehilangan. Sebab, pria kelahiran Pagaralam, 27 Agustus 1927 ini dikenal sebagai sosok yang energik dan jarang menderita penyakit parah. “Papi itu hobi sekali olahraga sehingga di usia lanjut beliau tetap segar dan energik. Papi juga gak pernah mengeluh sakit yang berat, makanya kami kaget ketika papi menderita sakit kali ini dan langsung menghadap panggilan Ilahi,” ujar Benny, anak ketujuh Kolonel Tatung.

Dalam ingatan Benny, papi Tatung merupakan figur ayah yang baik, bijaksana, tegas, dan disiplin. Namun di balik sikap keras sang papi, terdapat satu sisi kelembutan penuh kasih sayang yang sangat dirasakan kesembilan anaknya. Meski begitu, sang papi tidak pernah menunjukkan sisi lembutnya itu secara berlebihan kepada anak-anak. Sebab, dia ingin agar anak-anaknya bisa mandiri dan tidak banyak bergantung kepada orang lain. “Semarah-marahnya papi kepada anak-anaknya, dia tidak pernah memukul. Bahkan, kalau ada anak-anaknya yang terlibat masalah, papi yang akan menyelesaikannya,” tutur Benny.

Sementara itu, di mata istri tercinta, Delima binti HA Rozak, suaminya itu ingin selalu terlihat baik-baik saja dan tidak pernah mau menyusahkan orang lain. Bahkan di usia lanjut, Tatung masih mengemudikan mobil sendiri, meski ada sopir yang bersedia mengantarnya beraktivitas ke mana pun. Namun karena memegang teguh prinsip mandiri yang telah dibawa sejak masih muda, akhirnya dia dan anak-anak hanya bisa berpesan hati-hati kepada Tatung ketika bepergian. “Bapak itu orangnya keras jika menyangkut disiplin. Meski jarang sakit, tapi ini kan sudah kehendak Allah. Jadi kita tidak bisa menghindar lagi,” ucapnya terbata-bata menahan isak tangis kesedihan yang mendalam.

Dengan berusaha menahan tetesan air mata yang telah membendung di kelopak matanya, Delima mengaku bahwa Syamsul memiliki arti lebih baginya. Bukan hanya sebagai suami dan ayah yang baik buat anak-anak mereka, melainkan Syamsul juga menjelma menjadi teman setia dalam menjalani suka duka kehidupan. “Sejak kenal di masa muda sampai sekarang, dia orang yang baik. Semoga doa teman-teman dan keluarga serta amal ibadah almarhum diterima di sisi Allah SWT,” tutur Delima.

Sejumlah pasukan mengiringi jenazah almarhum Kolonel Infanteri (Purn) Syamsul Bahri pada upacara yang di gelar di Taman Makam Pahlawan Ksatria Ksetra Siguntang kemarin.

Ketika jenazah tiba di TMP KKS pada pukul 12.45 WIB, mentari bersinar terik. Meski demikian, ratusan penziarah tidak sedikit pun bergeming dan tetap mengiringi kepergian mantan Ketua DPRD Provinsi Sumsel periode 1972–1977 itu ke tempat peristirahatannya yang terakhir. (iwan setiawan/bersambung)

foto : ahmad junaidi

Tidak ada komentar: