07 November 2008

Proyek Besar yang Masih Perlu Pembenahan

KERETA API, TRANSPORTASI ALTERNATIF MAHASISWA UNIVERSITAS SRIWIJAYA (2-HABIS)


Sejumlah mahasiswa baru saja turun dari kereta api. Moda transportasi baru ini ternyata kurang diminati.


Dibangun dengan dana tak kurang dari Rp7,5 miliar, jalur kereta api (KA) dari Kertapati–Indralaya berikut stasiunnya, kini bak istana megah tanpa penghuni. Pasalnya, mahasiswa yang menjadi sasaran angkut KA masih menganggap sarana transportasi tersebut tidak efektif dan efisien.

Terbatasnya kapasitas KA mahasiswa menjadi salah satu alasan tidak populernya angkutan massal tersebut dikalangan mahasiswa Unsri. Selain itu, minimnya jadwal keberangkatan juga banyak dikeluhkan calon penumpang yang ingin menggunakan moda transportasi KA.

Saat ini, KA bermesin diesel (KRD) dengan dua rangkaian gerbong ini hanya memiliki dua jadwal pemberangkatan dari masing-masing stasiun, yakni pukul 07.00 WIB dan pukul 09.00 WIB dari Stasiun Kertapati, Palembang. Sedangkan dari Indralaya, KA berangkat pukul 08.00 WIB dan 14.00 WIB. “Waktu keberangkatan kereta kan ada jam-jam tertentu dan tidak bisa bebas seperti bus mahasiswa. Sedangkan waktu kuliah dan kepulangan mahasiswa sendiri berbeda-beda dan tidak seragam, ya bisa ketinggalan kereta kami,” ujar Laras, mahasiswi FKIP Unsri yang sedang menyusun skripsi.

Seperti halnya rekan-rekan Laras yang lain, keluhan seputar masih dibutuhkannya ongkos sekitar Rp2.000 (pergi-pulang/PP) untuk naik angkot dari stasiun ke dalam kampus menjadi faktor lain yang membuat keengganan memanfaatkan KA menjadi memuncak. “Dari kampus ke stasiun memang disediakan bus gratis bagi mahasiswa. Namun, gak tau kenapa, menjelang keberangkatan kereta, bus tersebut sangat sulit ditemui. Jadinya, terpaksa naik angkot untuk sampai di stasiun,” tuturnya.

Senada yang disampaikan Laras, Tammy Adistia, mahasiswi Fakultas Ekonomi Unsri angkatan 2007, mengaku belum tertarik untuk menjadikan KA sebagai transportasi menuju kampus. Sebab, selain waktu tempuh yang lebih cepat dan tingkat keamanan lebih tinggi, KA belum bisa menggeser keberadaan bus mahasiswa. Sebab, meski risiko kecelakaan lalu lintas lebih tinggi, dengan memilih bus, mahasiswa bisa menyesuaikan waktu kuliah dengan waktu keberangkatan. Selain itu, bus mahasiswa bisa lebih mudah dijangkau para mahasiswa yang tersebar di wilayah Kota Palembang. “Kalau naik bus kan bisa memilih jam keberangkatan. Selain lebih mudah menjangkaunya. Kalau yang dekat di Kampus (Unsri) Bukit Besar, ya ke sana atau bisa juga di Pasar Cinde. Sedangkan kalau mau naik KA harus ke Kertapati terlebih dahulu, yang ongkosnya beda tipis dengan ongkos ke Indralaya sendiri,” tuturnya.

Meski memiliki kapasitas angkut 300 penumpang setiap kali berangkat, KA mahasiswa hanya bisa mengantarkan tak lebih dari 50 mahasiswa setiap hari. Jumlah itu tentu sangat memprihatinkan, mengingat yang meminta untuk disediakan sarana transportasi KA ini adalah para senior yang kini sudah menjadi alumni.

Herlianto, petugas PT KA yang masuk dalam tim operasional KA mahasiswa, menambahkan, saat ini yang terpenting dilakukan adalah sosialisasi mengenai safety transportation, seperti yang diinginkan para mahasiswa sebelumnya. Namun, untuk membentuk perilaku agar menggunakan KA, tentu membutuhkan waktu yang agak lama. Apalagi, dia tidak menampik lokasi Stasiun Kertapati yang mungkin terlalu jauh dari jangkauan sebagian besar mahasiswa yang tinggal di Palembang. “Kami tidak pungkiri bahwa masih banyak kekurangan dalam operasional KA mahasiswa ini. Tapi, perlahan akan kami benahi,” tandasnya. (iwan setiawan)

foto : muhlis

publikasi : sindo sumsel; jumat 07 november 2008; halaman 13

Tidak ada komentar: