07 Oktober 2011

Demi Prestasi, Kuliah Dikorbankan

LEBIH DEKAT DENGAN ATLET BERSAUDARA BERPRESTASI (1-BERSAMBUNG)

Tidak banyak ditemui atlet berprestasi berasal dari satu keluarga, apalagi di cabang olahraga yang sama. Di antara sedikit jumlah tersebut, terdapat nama Novi Susanti dan Reni Anggraini yang merupakan atlet anggar andalan Sumsel.
 
Prestasi dua saudara ini memang layak diapresiasi. Karena, dalam waktu singkat telah meraih hasil terbaik di tingkat nasional. Terlebih prestasi Novi Susanti di cabang olahraga anggar yang ditekuninya begitu fantastis. Akan tetapi, sangat disayangkan berbagai raihan prestasi itu harus dibayar mahal dengan terbengkalainya pendidikan dara manis ini.

Tercatat sebagai mahasiswi Universitas PGRI Palembang jurusan pendidikan olahraga, Novi termasuk mahasiswi yang cerdas dan rajin. Namun, rutinitasnya sebagai atlet memaksanya sering absen dari kegiatan perkuliahan. Akibatnya, nilai kuliahnya pun merosot tajam dan berimbas pada prestasi akademiknya. “Awalnya saya mengira antara kuliah dan karier keatletan bisa sejalan. Akan tetapi, setelah saya jalani ternyata cukup sulit membagi konsentrasi antara keduanya,” ujarnya.

Tidak tanggung-tanggung, untuk mempersiapkan diri sebelum turun di suatu kejuaraan, Novi harus latihan intensif minimal dua pekan sebelum hari H. Jika pelaksanaan turnamen selama satu pekan plus satu pekan untuk recovery, otomatis Novi harus izin selama kurang lebih satu bulan. Dalam setahun, bukan hanya satu kejuaraan yang diikuti Novi. Sehingga bisa dibayangkan, berapa waktu efektif yang dimilikinya untuk mengikuti aktivitas perkuliahan. “Saya pribadi sih mengharapkan pihak kampus memberikan kemudahan atau dispensasi bagi atlet seperti saya. Sebab, toh saya absen kuliah bukan buat main atau keluyuran gak jelas. Tapi demi untuk membela nama daerah (Sumsel) dan negara (Indonesia) serta nama kampus sendiri,” tutur wanita kelahiran 7 November 1987 ini.

Mengenal anggar dari sang kakak, Chandra Wijaya, yang telah lebih dahulu menjadi atlet anggar, Novi memulai kiprahnya di tahun 2002. Bermain senjata foil di awal bergabungnya, Novi ternyata lebih bersinar di nomor senjata sabel. “Waktu itu sabel putri boleh dimainkan dan saran pelatih saya diminta pindah ke nomor sabel. Dasarnya sih saya memang lebih suka sabel, karena permainannya lebih cepat,” kisahnya.

Tak butuh waktu lama berguru, Novi langsung menggebrak dunia anggar Nasional dengan merebut medali emas kadet Kejurnas Pra-PON di Palembang tahun 2003. Prestasi tersebut bukan hanya kebetulan. Sebab, pada gelaran Kejurnas 2004, Novi kembali menambah perbendaharaan medalinya dengan menyabet dua medali emas sabel, yaitu kategori kadet dan junior. Prestasi pada tahun-tahun berikutnya pun semakin meningkat. Novi sukses meraih medali emas kategori junior dan senior pada gelaran Kejurnas 2005. Sementara, tahun 2006, dia hanya menorehkan medali emas junior. “Pada Kejurnas 2007 saya tidak ikut, karena menjalani pemusatan latihan SEA Games XXIV Thailand. Sedangkan di Kejurnas 2008, saya tidak memperoleh hasil apa-apa karena persiapan yang minim,” kata putri pasangan Abdulrahman dan Yunaida ini.

Novi membuktikan, dengan persiapan yang cukup, prestasi terbaik bisa diraih. Itu ditunjukkannya pada Kejurnas 2010 dengan kembali memperoleh medali emas senior. Atas prestasinya itu, ia diganjar masuk tim Pelatnas SEA Games XXVI. Menjalani Pelatnas selama tujuh bulan ke berbagai negara seperti Ukraina dan Jerman, Novi harus menerima kenyataan tersingkir dari tim inti SEA Games. “Kecewa, tapi mau diapain lagi. Alhamdulillah tersingkir dari tim SEA Games, saya malah bisa fokus di Kejurnas Pra-PON dan dapat satu emas senior,” ujar penerima penghargaan atlet berprestasi 2011 dari Pemprov Sumsel pada peringatan Haornas 2011, September lalu. iwan setiawan

Tidak ada komentar: