PALEMBANG (SINDO) – PT Pusri berencana melakukan perbaikan rutin terhadap tiga unit pabrik pada 2009. Kegiatan tersebut dipastikan tidak mengganggu target produksi.
Direktur Utama PT Pusri Dadang Heru Kodri berharap, kinerja Pusri pada 2009 bisa lebih baik dari 2008. Namun, dia mengingatkan jajarannya bahwa tugas pada 2009 lebih berat karena beberapa pabrik akan mengalami perbaikan besar. Untuk itu, Dadang menginstruksikan kepada unit produksi dan pemeliharaan untuk mempersiapkan segala sesuatunya dengan matang agar perbaikan tersebut bisa selesai tepat waktu dengan perencanaan. “Pada 2009 ini ada tiga pabrik Pusri, yaitu I B, II, dan IV, yang akan menjalani perbaikan rutin. Perbaikan itu untuk mengganti peralatan-peralatan yang kondisinya kurang baik,” ujarnya kepada SINDO kemarin.
Berdasarkan rencana kerja dan anggaran perusahaan (RKAP) PT Pusri pada 2009, lanjut dia, produksi pupuk urea ditetapkan sebesar 2.001.000 ton. Dengan adanya perbaikan ketiga pabrik tersebut, tidak akan memengaruhi target produksi. “Justru kalau tidak diperbaiki, target tersebut tidak bisa tercapai,” ungkap mantan dirut PT Pupuk Kujang ini.
Perbaikan tersebut bukan penghambat produksi karena sudah diperhitungkan dan disesuaikan dalam target produksi yang tertuang dalam RKAP. “Waktunya kapan, akan kami sesuaikan dengan situasi kebutuhan pangan,” tuturnya.
Dadang mengungkapkan, mengenai kebutuhan akan pupuk, pasar dalam negeri masih sangat besar potensinya. Bahkan, pada 2009 ini pemerintah meminta produsen pupuk harus menyerahkan pupuk bersubsidi sebesar 5,5 juta ton. Menurut dia, jika gas bisa maksimal dipasok ke pabrik produsen pupuk, jumlah pupuk yang bisa diproduksi bisa mencapai 7 juta ton. Dengan kondisi pasokan gas saat ini, produksi dari produsen pupuk hanya bisa memenuhi kebutuhan dalam negeri, baik untuk sektor pangan, perkebunan, maupun industri. “Produksi kami pas-pasan saja dengan kebutuhan yang diminta pemerintah, dan tidak ada lagi alokasi untuk ekspor. Kecuali, kami bangun pabrik baru lagi menambah kapasitas produksi pabrik yang telah berproduksi,” paparnya.
Sementara itu, Direktur Produksi PT Pusri Indra Jaya mengatakan, biaya yang dibutuhkan untuk perbaikan rutin pabrik cukup besar. Pihaknya memperkirakan, untuk satu pabrik saja bisa menelan biaya antara Rp 30–40 miliar. “Kalau dihitung memang biaya yang dibutuhkan besar. Namun, kegiatan perbaikan ini kan juga sebagai penunjang produksi Pusri ke depannya, jadi harus dilakukan,” tandasnya. (iwan setiawan)
Direktur Utama PT Pusri Dadang Heru Kodri berharap, kinerja Pusri pada 2009 bisa lebih baik dari 2008. Namun, dia mengingatkan jajarannya bahwa tugas pada 2009 lebih berat karena beberapa pabrik akan mengalami perbaikan besar. Untuk itu, Dadang menginstruksikan kepada unit produksi dan pemeliharaan untuk mempersiapkan segala sesuatunya dengan matang agar perbaikan tersebut bisa selesai tepat waktu dengan perencanaan. “Pada 2009 ini ada tiga pabrik Pusri, yaitu I B, II, dan IV, yang akan menjalani perbaikan rutin. Perbaikan itu untuk mengganti peralatan-peralatan yang kondisinya kurang baik,” ujarnya kepada SINDO kemarin.
Berdasarkan rencana kerja dan anggaran perusahaan (RKAP) PT Pusri pada 2009, lanjut dia, produksi pupuk urea ditetapkan sebesar 2.001.000 ton. Dengan adanya perbaikan ketiga pabrik tersebut, tidak akan memengaruhi target produksi. “Justru kalau tidak diperbaiki, target tersebut tidak bisa tercapai,” ungkap mantan dirut PT Pupuk Kujang ini.
Perbaikan tersebut bukan penghambat produksi karena sudah diperhitungkan dan disesuaikan dalam target produksi yang tertuang dalam RKAP. “Waktunya kapan, akan kami sesuaikan dengan situasi kebutuhan pangan,” tuturnya.
Dadang mengungkapkan, mengenai kebutuhan akan pupuk, pasar dalam negeri masih sangat besar potensinya. Bahkan, pada 2009 ini pemerintah meminta produsen pupuk harus menyerahkan pupuk bersubsidi sebesar 5,5 juta ton. Menurut dia, jika gas bisa maksimal dipasok ke pabrik produsen pupuk, jumlah pupuk yang bisa diproduksi bisa mencapai 7 juta ton. Dengan kondisi pasokan gas saat ini, produksi dari produsen pupuk hanya bisa memenuhi kebutuhan dalam negeri, baik untuk sektor pangan, perkebunan, maupun industri. “Produksi kami pas-pasan saja dengan kebutuhan yang diminta pemerintah, dan tidak ada lagi alokasi untuk ekspor. Kecuali, kami bangun pabrik baru lagi menambah kapasitas produksi pabrik yang telah berproduksi,” paparnya.
Sementara itu, Direktur Produksi PT Pusri Indra Jaya mengatakan, biaya yang dibutuhkan untuk perbaikan rutin pabrik cukup besar. Pihaknya memperkirakan, untuk satu pabrik saja bisa menelan biaya antara Rp 30–40 miliar. “Kalau dihitung memang biaya yang dibutuhkan besar. Namun, kegiatan perbaikan ini kan juga sebagai penunjang produksi Pusri ke depannya, jadi harus dilakukan,” tandasnya. (iwan setiawan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar