19 November 2008

Interbis Terimbas Krisis

PALEMBANG (SINDO) – Setelah menghantam sektor perkebunan, dampak krisis keuangan global mulai mengancam sektor usaha industri makanan ringan di Palembang. Perusahaan yang terkena imbas krisis keuangan global tersebut adalah PT Interbis Sejahtera, produsen beragam makanan ringan (biskuit) yang beralamat di Jalan HBR Motik Km 9, Palembang.

Pada pekan lalu tepatnya Senin (10/11), perusahaan mengurangi jam kerja selama satu hari dan meliburkan karyawannya. Namun, ketika SINDO bersama wartawan media lokal lain mencoba mengonfirmasi kepada pihak manajemen perusahaan, tidak ada satu pun perwakilan manajemen yang bersedia ditemui.

Ketua Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI) Cabang PT Interbis Sejahtera, Alimin yang dimintai keterangan mengaku tidak mengetahui persoalan yang terjadi. Menurut dia, segala keterangan yang menyangkut perusahaan telah ada mekanisme melalui divisi humas. “Saya nggak bisa ngomong persoalan itu, temui saja humas,” ujarnya saat ditemui di pabrik Interbis kemarin.

Berdasarkan informasi, selain meliburkan karyawan di luar jadwal libur reguler, Interbis juga melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap ratusan tenaga kerja kontrak. Tentu saja hal itu merupakan warning bagi pihak terkait, seperti para pengusaha dan pemerintah, bahwa dampak krisis telah merasuk ke sektor usaha lainnya di Sumatera Selatan (Sumsel).

Sementara itu, Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sumsel Yuan Sjamsi mengaku belum mengetahui secara pasti kondisi yang sebenarnya terjadi di Interbis. Sebab, pihaknya belum menerima laporan mengenai perusahaan-perusahaan yang terkena dampak krisis. Namun, dia tidak membantah kalau situasi tersebut bisa saja terjadi. “Belum ada laporan dari Interbis mengenai kondisi di perusahaan itu. Tapi, mungkin saja hal itu terjadi akibat penurunan produksi dan kesulitan keuangan sebagai respons menurunnya daya beli masyarakat,” ucapnya.

Yuan mengungkapkan, kondisi seperti yang dialami Interbis bisa saja menular ke beberapa perusahaan lain. Untuk itu, pengusaha meminta agar pemerintah segera mengambil kebijakan untuk memproteksi sektor usaha. Saat ini, seluruh perusahaan menengah besar di Sumsel sedang dalam situasi siaga 1. Hal itu berdasarkan perkembangan penanggulangan krisis keuangan global yang dilakukan pemerintah belum bisa memberi jaminan akan keberlangsungan usaha mereka ke depannya. “Pengusaha masih wait and see dulu kondisi perekonomian enam bulan ke depan. Jika tidak ada perkembangan yang berarti, siap-siap saja menghadapi gelombang PHK massal,” tandasnya. (iwan setiawan)

Tidak ada komentar: