10 Mei 2008

Anggrek Bermotif Macan Tutul Khas Papua

ASIAN ORCHID EXHIBITION 2008 DI PALEMBANG (1)

Pengurus DPC PAI PT Freeport Indonesia menunjuk anggrek macan ciri khas dari hutan belantara Papua.


Asian Orchid Exhibition 2008 akan berlangsung di Palembang mulai 10–18 Mei 2008. Event ini sangat memanjakan pencinta bunga, khususnya jenis anggrek.

Berbagai jenis bunga anggrek, mulai yang biasa hingga yang termahal, dalam sepekan ke depan bisa dinikmati secara langsung. Kegiatan yang dibuka Ketua Perhimpunan Anggrek Indonesia (PAI) Pusat Hj Mufidah Jusuf Kalla ini diikuti 40 stan, terdiri atas perwakilan berbagai daerah di Indonesia, seperti Bangka Belitung,Bandung, Lampung, Bali, Medan, Papua, dan tuan rumah Palembang. Bahkan, kegiatan ini juga diikuti perwakilan dari tiga negara sahabat, yaitu Malaysia, Thailand, danTaiwan. Berbagai jenis bunga Anggrek dan bunga lainnya yang masuk kategori langka dan menjadi ciri khas suatu daerah, tersusun rapi dikawasan Kambang Iwak, Jalan Tasik, Palembang.

Secara umum, stan-stan perwakilan daerah menampilkan bunga dengan jenis grammatophyllum, phalaenopsis, bulbophyllum, coeloegyne, dipodium, liparis, arundina, aerides, spathoglottis, eria, dendrobium danberbagai jenis lainnya.Peserta dari pulau paling timur Indonesia, yaitu DPC PAI PT Freeport Indonesia. Mereka membawa anggrek khas tanah Papua yang dikenal dengan nama anggrek macan atau Grammathophyllum Papuanum. Bunga anggrek dengan motif seperti kulit macan tutul itu merupakan anggrek yang berasal dari hutan Papua. Banyak jenis maupun motif yang sama dengan anggrek macan, tetapi terdapat perbedaan mencolok dengan tanaman khas Papua itu.”Kalau di pulau lain, anggrek jenis macannya berbeda dengan kita. Kalau yang lain itu motifnya harimau atau garis-garis, tapi anggrek macan dari Papua motifnya bintik-bintik seperti macan tutul,” terang Koordinator Bidang Organisasi DPC PAI PT Freeport Indonesia Ricardo Komul.

Menurut Ricardo, selain anggrek macan, tanamanjenis anggrek yang juga menjadi ciri khas Papua adalah Dendrodium subclausum, dan Dendrobium undulatum. Semuatanaman itu ditemukan tumbuh di hutan belantara untuk kemudian dipindahkan ke halaman rumah guna mendapatkan perhatian dan perawatan yang lebih baik. ”Anggrek dari Papua sangat jarang yang dibudidayakankarena sumber dari alam masihbanyak. Karena itu, kita pindahkan ke pekarangan rumah dengan tujuan menjaga kelestarian,” katanya.

Mufidah Kalla memperhatikan anggrek macan tutul dari Papua

Sementara itu, Ketua II DPC PAI PT Freeport Indonesia Lessy Titihalawa yang memimpinlima pengurus lain untuk mengikuti ajang pameran bunga anggrek di Palembang mengatakan, kendala yang dihadapi karena jarak yang jauh adalah menjaga kondisi bunga-bunga tersebut supaya tetap segar. Total waktu perjalanan dari Papua sampai di Palembang memakan waktu hingga sembilan jam. Waktu tersebut terhitung lama untuk bunga yang ditaruh dalam bagasi pesawat. ”Begitu sampai di Cengkareng,bunga yang kita bawa langsung kita semprot air supaya tidak dehidrasi. Tapi masalahnya, bunga ini juga tidak boleh terlalu basah,” tuturnya.

foto : iwan setiawan

publikasi : sindo sumsel; sabtu 10 mei 2008; halaman 9

Tidak ada komentar: